a mistake, isn't it?

771 44 3
                                    


"Sorry ya berantakan, aku ga tau kamu bakal mampir ke sini." Ucap Melsa panik ketika ia masuk ke dalam apartemennya sendiri. Melsa kocar – kacir membawa barang – barang yang berserakan di depan ruang menonton. Benda – benda yang seharusnya tidak ada di sana, seperti skincarenya, alat make up bahkan beberapa buku yang tertumpuk bekas ia membaca semalam.

Reihan tersenyum melihat wanita itu sibuk berlarian kesana – kemari. Pria itu akhirnya memilih duduk di sofa yang sudah di bereskan Melsa tadi. Matanya memandang berkeliling mengamati ruangan itu. Ia menemukan beberapa bingkai foto yang di pajang di atas meja tv. Foto wanita itu dengan keluarganya, lalu dengan Andre dan terakhir ia bisa melihat Melsa memajang fotonya bersama Alex. Membuat Reihan kesal dan ingin melempar foto itu ke dalam tong sampah. Tetapi ia sadar bahwa saat ini dirinya bukanlah siapa – siapa bagi perempuan itu.

Melsa datang dengan membawa dua gelas air putih dan satu kaleng soda untuk Rei. "Kamu masih suka nyimpen minuman kayak gini ya, Mel?" Tanya rei merujuk pada minuman soda yang di suguhkan melsa.

Wanita itu tersenyum merasa bersalah seolah ia ketahuan menyontek oleh gurunya. "Abis kadang – kadang tiap malem suka pengen minum yang seger." Kilah Melsa.

"Kenapa ga stok jus buah aja?"

"Kurang seger." Jawab Melsa.

Rei menggelengkan kepalanya dan berdecak mendengar jawaban wanita itu. "Orang tua kamu sering nengok ke sini?"

"Engga, palingan aku yang sering pulang ke sana."

"Oh ya? Sebulan sekali?"

"Kadang sebulan sekali, kadang dua bulan sekali. Sesempetnya aja. Makanya kalo kasih tugas kuliah jangan bejibun. Aku bisa aduin ke mama kalo kamu bikin aku sibuk sama tugas kuliah."

"Aku bisa bantah tuduhan itu sama mama kamu, aku bisa bilang anaknya sibuk pacaran sampe lupa jenguk orang tuanya."

Melsa melempar bantal sofa pada Rei. "Engga ya!"

Pria itu tertawa saat merasakan serangan bertubi – tubi dari bantal sofa itu. Sudah sejak lama ia tidak merasakan kedekatan bersama wanita yang dulu ia cintai ini. Jika bukan karena Andre mungkin sekarang ia dan Melsa sudah menuju ke hubungan yang lebih serius. Bukan lagi sekedar pacaran, bisa saja saat ini seharusnya mereka sudah bertunangan atau mungkin merencanakan pernikahan.

Rei mengambil bantal sofa itu dan menahan tangan Melsa dengan lembut di cengkramannya. Pria itu menatap wanita yang sedang tertawa. Tiba – tiba tawa mereka terhenti dan pandangan mata mereka saling tertaut. Rei melihat wajah Melsa yang masih terengah – engah karena tertawa dengan keras tadi hingga ia kesulitan bernapas. Wajah polos wanita itu masih sama dengan wajah saat ia masih menginjak bangku SMA. Melsa masih menawan seperti dulu.

Rei mendekatkan wajahnya pada Melsa, dan menempelkan bibirnya pada bibir gadis itu. Ia tidak merasakan Melsa menolak jadi Rei meneruskan ciumannya. Ia merindukan bibir mungil gadis itu yang selalu ia kecup jika ia merindukan wanita itu saat dulu sepulang sekolah.

Tangannya menyusup ke dalam rambut ikal yang halus milik Melsa. Menjalar ke tengkuknya untuk menarik wanita itu lebih dekat agar ia bisa mencium bibirnya lebih dalam.

Melsa mengalungkan lengannya pada leher Rei membalas ciuman pria itu. Mengingat kembali rasa pria itu yang pernah ia rasakan beberapa tahun yang lalu. Mengulang kerinduan yang belum terbayarkan selama beberapa tahun berpisah.

Hingga akhirnya keduanya kehabisan napas dan menjauhkan diri satu sama lain. Rei melihat bibir Melsa yang bengkak. Lalu pria itu menyusurkan jarinya pada bibir bagian bawah milik wanita itu. Dan mengecup kembali dahinya dengan lembut.

Jantung Melsa berdegup dengan kencang. Ia tidak memperkirakan ini terjadi. Seharusnya ini tidak boleh terjadi. Saat ini dirinya masih berstatus sebagai pacar Alex. Apa ini artinya ia berselingkuh?

Rei bangkit dari sofa itu. "Aku pulang dulu ya, Mel." Ucap pria itu di tengah pikiran Melsa yang sedang berkecamuk di dalam dirinya.

"Oh, pulang sekarang?" Tanya Melsa refleks.

Rei tertawa kecil. "Aku ga percaya sama diri aku sendiri kalo kelamaan berduaan sama kamu di sini." Jawab pria itu sambil terkekeh. Ia mengantongi kunci mobilnya lalu berjalan keluar dari apartemen Melsa.

Melsa mengekor di belakang Rei, mengantarkan pria itu hingga depan pintunya.

Ia mengira Rei akan langsung pergi, namun dugaannya salah. Pria itu berbalik padanya dan meraih tubuh melsa ke dalam pelukannya sembari menghirup aroma vanilla samar dari perempuan itu. Rei menghadiahi wanita itu dengan mencium puncak kepalanya sebelum pergi.

Melsa yang masih tidak bisa mencerna dirinya sendiri, terpaku di pintu apartemennya untuk waktu yang lama.

Hingga akhirnya ia sadar dan kembali masuk ke dalam kamarnya memikirkan apa yang telah terjadi dan apa yang harus ia lakukan setelah ini.

Wanita itu membaringkan tubuhnya dan mengambil bantal untuk menutup kepalanya. Ia sedang tidak ingin berpikir. Tetapi, langkah itu malah menyebabkan dirinya mengingat ciuman Rei kembali di dalam kepalanya.

Seolah – olah hanya itulah yang Melsa dambakan selama ini.

Kemana kenangan dirinya bersama Alex? Saat ini semuanya tergantikan dengan hanya satu ciuman di bibir dari pria itu. Dari cinta pertamanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 19, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FORCED LOVEWhere stories live. Discover now