(ps. Aku lagi baik aja, upload multiple chapter kali ini. lol.
ditunggu likes dan komennya mentemennn)
Setelah mata kuliah selesai Melsa langsung meminta maaf pada Ulfi karena harus pulang lebih dulu karena ada urusan mendadak, katanya.
Untung saja ini mata kuliah terakhir di hari rabu sehingga Melsa bisa segera pergi meninggalkan kampus.
Gedung fakultas Melsa sedikit lebih jauh dari gerbang, maka ia membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk mencapai jalan raya.
Sebelum Melsa mencapai gerbang, seseorang telah lebih dulu menyusulnya.
"Mel."
Melsa memejamkan matanya dan mendesah dalam hati sambil berdoa agar tidak ada teman-teman atau siapapun yang mengenalnya melihat mereka berdua.
Melsa ingin berpura-pura tidak mendengar namun orang itu menarik tangannya dari belakang dengan pelan. "Mel.." panggilnya lagi.
"Oh, hai." Jawab Melsa berusaha tenang.
"Kamu ga mau tanya aku karena tiba-tiba ada di sini dan muncul depan muka kamu?" Melsa bingung harus menjawab apa. Melihat wanita itu tidak menjawab, Rei pun melanjutkan pembicaraan. "Omong-omong, kamu belum balas DM aku."
"Aku ga liat ada pertanyaan yang harus aku jawab dari DM terakhir kamu." Memang benar, Rei tidak mengirim pesan yang harus di balas oleh Melsa.
"Iya juga sih." Rei menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Kamu ada waktu ngobrol sama aku sekarang?"
Wanita itu menggigit bibirnya karena bingung. Tadi saat di kelas Melsa tidak terlalu memerhatikan pria itu karena ia terlalu gugup jika tertangkap basah sedang memperhatikannya tetapi sekarang ia bisa melihat Rei dengan jelas. Pria itu masih sama dengan pria yang ia cintai beberapa tahun lalu, hanya saja lebih dewasa. Dan badan rampingnya lebih berotot jika di banding saat ia masih SMA dulu, rahang pria itu sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus menambah kemaskulinan pria itu. "Duh sorry Rei tapi hari ini aku ada urusan."
"Ya udah, ga apa apa." Pria itu lalu merogoh sesuatu dari kantong celananya. "tapi aku boleh minta nomor kamu kan?"
"Hm, anu, Rei kamu tau kan aku udah punya pacar sekarang. Aku cuma mau make it clear aja sih."
Pria itu mengangguk dan tersenyum. "Tau kok, tenang aja, aku juga cuma mau simpen nomer kamu aja in case aku perlu sama kamu atau malah kebalikannya."
"Oke deh." Melsa menerima ponsel Rei dan mulai mengetikan nomornya di sana. Beberapa detik kemudian Rei menelepon kembali nomor Melsa sehingga wanita itu dapat menyimpan nomornya.
"Nanti aku save." Ucap Melsa. "Aku jalan duluan ya, Rei."
Pria itu menunggu Melsa melanjutkan perjalanannya sebelum ia berbalik dengan hati bahagia karena dapat bertemu kekasih hati yang sempat ia tinggalkan dulu karena terpaksa. Hati kecil Rei mengingatkan pria itu bahwa Melsa sudah memiliki kekasih namun sebagian dari diri Rei menolak mendengarkan itu. ia pernah menyia-nyiakan wanita itu, kali ini ia tidak akan membiarkan itu terjadi lagi dan merenggut kebahagian dirinya.
=
Melsa seringkali kabur untuk menenangkan diri ke starbucks jika ia ada masalah dengan Alex. Namun kali ini, pertemuannya dengan Rei lah yang membuatnya tidak tenang. Melsa bisa goyah walaupun dirinya diingatkan peristiwa menyakitkan beberapa tahun lalu.
Java chip frappe yang sejak tadi ia pesan belum sempat ia sentuh karena terlalu cemas. Akhirnya ia memutuskan untuk menyalakan laptop yang selalu ia bawa ke kampus setiap hari dan memutar video-video BTS di laptopnya.
Jungkook adalah member favoritnya dari boyband asal korea itu. Setiap melihat tayangan pria itu Melsa merasa lebih baik, terkadang jika Melsa sedang kesal ia seringkali memutar video-video mereka. Mereka memang penghibur sejati, batin Melsa.
Getaran di atas meja mengalihkan perhatian Melsa dari layar laptopnya.
"Mel." Suara sang penelepon itu memelas. "Aku kangen."
"Bukannya kamu lagi ga mau ketemu aku, ya?" sindir Melsa.
"Aku samperin kamu ya?" bujuk Alex ingin meluluhkan pacarnya.
Melsa menghela napas. "Aku belum sampe apart."
"Kamu belum pulang ke apartemen dari tadi?"
Melsa diam sebentar sebelum menjawab. "Belum."
"Bukannya kelas kamu cuma sampe jam 2?"
"Aku lagi di starbucks deket kampus."
"Sama siapa?"
Melsa memutar bola matanya, here we go, batin Melsa. "Sendiri."
"Aku jemput kesana."
"Ga usah Lex, aku pulang aja sekarang." Ucap Melsa sambil menutup laptopnya.
"Kenapa? Kamu ga sendirian ya di sana?"
"Kamu muter kejauhan nanti kalo ke sini dulu." Posisi rumah Alex berlawanan dengan lokasi kampusnya, hari ini pria itu tidak memiliki jadwal kampus sehingga Melsa yakin pria itu akan menjemputnya dari rumah. Bukan dari kampus.
"Ga apa-apa, aku ga keberatan."
"Aku yang keberatan, nunggu kamu kelamaan. Udah aku pulang sendiri aja."
"Mel kamu ga bohong kan?"
"Apaan sih, Lex?"
"Coba nyalain video call aku mau liat kamu lagi sama siapa disana."
"Terserah deh." Melsa mematikan panggilan karena kesal dengan pria itu, ia tidak ingin memuaskan ego Alex dengan menyetujui panggilan video dari cowok itu. Biar saja cowok itu mati kesal, putus Melsa.
Ia memasukan laptopnya ke dalam tas dan memesan taksi online untuk mengantar wanita itu pulang ke apartemenya.
Melsa melirik bar starbucks yang sedang kosong, maka ia memutuskan untuk memesan sesuatu untuk Alex selagi menunggu jemputannya tiba.
Lihat, bahkan saat wanita itu sedang kesalpun, pria itu masih mendominasi dalam diri Melsa.
YOU ARE READING
FORCED LOVE
RomanceMelsa tidak akan pernah bisa lepas dari kekasihnya, Alex yang super posesif dan mesum. Alex mengancam akan menyebarkan video mesum mereka jika Melsa pergi darinya. Bagaimanapun, Melsa harus mencoba kabur darinya, bukan?