Sweet Sweet Love

892 56 4
                                    

Melsa tiba lebih awal dari pada Alex, jadi ia punya waktu untuk mandi terlebih dahulu. Melsa selesai berpakaian bertepatan dengan bunyi bel apartemennya. Wanita itu berlari untuk membuka pintu.

Pria yang sedang berdiri di depannya memasang muka masam karena kesal. "Kenapa kamu matiin hp kamu?"

"Abis kamu rese." Jawab wanita itu acuh tak acuh.

"Udah berani ya, sekarang."

Melsa tidak merasa ia melakukan kesalahan jadi wanita itu berbalik menuju kulkas untuk mengeluarkan quiche yang tadi ia pesan untuk Alex.

"Kamu ngapain?" Pria itu mengekor di belakang Melsa yang sudah sibuk dengan microwave.

"Angetin quiche buat kamu, kesel-kesel gini aku masih inget sama kamu." Jawab Melsa tanpa membalikan badannya.

Melsa tidak melihat pria di belakangnya sedang tersenyum karena mendengar jawaban wanita itu.

Alex merengkuh tubuh Melsa dari belakang. "Thank you. Maaf ya, aku selalu bikin kamu jengkel." Ucap cowok itu sambil menghujani tengkuk Melsa dengan kecupan ringan.

Melsa tidak menjawab, ia diam mematung sambil menunggu microwave itu berhenti berputar.

Merasa diabaikan, pria itu menyusupkan tangannya ke bagian depan tubuh Melsa. Meraba kedua payudara wanita itu yang telah ia rindukan berhari-hari. "Mel, aku kangen."

Melsa berbalik dan menatap pria itu, kemudian memutuskan untuk mencium Alex untuk jawaban dari perkataannya. Namun pria itu tidak puas dengan kecupan ringan yang diberi gadis kecilnya. Maka pria itu meletakan tangannya di belakang punggung Melsa memaksa wanita itu mendekat lebih intim dan menciumnya lebih dalam.

Suara dentingan microwave menyela ciuman mereka. Melsa menoleh dan hendak mengambil makanan dari benda kotak pemanas itu tetapi Alex menghalanginya. "Kita makan nanti aja." Lalu pria itu menarik gadis itu ke dalam kamarnya dan melanjutkan ciuman yang tadi sempat tertunda.

Tanpa Melsa sadari, Alex mendorongnya ke atas ranjang secara lembut. Tangannya menggerayangi perutnya lalu perlahan naik ke bagian atas. Kemudian pria itu menaikan baju Melsa ke atas dada dan menurunkan cup bra nya agar pria itu dapat leluasa menyentuh dan menguasai payudaranya.

Melsa membelai pipi Alex saat mereka berciuman, lalu tangannya pindah meremas rambut pria itu saat Alex mengubah targetnya pada payudara ranum wanita itu. Pria itu menjadi gila jika sudah berhubungan dengan wanita di hadapannya ini. Ia secara brutal menghisap puncak yang sudah menegang dan menggigit pelan kulit di samping payudaranya.

Celana tidur pendek yang dikenakan Melsa terbuat dari bahan karet sehingga mudah untuk Alex menyusupkan tangan ke bawahnya.

"Lex, itu nanti aja." Ucap Melsa sambil menahan tangan Alex.

Alex yang masih fokus dengan payduara Melsa, bertanya dengan suara teredam. "Kenapa?"

"Nanti aja, masih sore."

"Tapi aku kangen." Akhirnya Alex mendongak dan menatap mata Melsa.

Melsa kekeuh menggeleng. "Nanti aja, ya."

"Kapan?"

"Nanti." Ucap Melsa sambil membelai rambut pria itu.

Melsa mendengar hembusan napas Alex. Namun pria itu menarik tangannya dan menggunakan sikunya untuk menahan badannya.

"Kamu boleh cium aku aja." Tawar Melsa sebagai penggantinya.

Alex kesal tapi Melsa tertawa melihatnya.

"Jangan ketawa, ga lucu." Ucap pria itu merajuk.

Sebelum Melsa tertawa lagi, Alex sudah mencium kembali bibir Melsa. Menjelajahi setiap incinya dengan khidmat.

Saat mereka berdua kehabisan napas, Alex merebahkan kepalanya di bahu Melsa untuk beristirahat. Tangan Alex masih tidak menjauh dari payudara wanita itu dan tetap memainkan gundukan itu sebagai ganti rasa frustasi Alex karena wanita itu menolak ajakan bercinta darinya.

Melsa mengusap punggung Alex dan sesekali mencium puncak kepalanya.

"Aku harus angetin lagi quichenya nanti."

"Aku ga peduli." Kata Alex kesal.

Melsa terkikik mendengar jawaban kekanakan pria itu.

"Kenapa kamu ga mau angkat video call aku tadi?"

Usapan tangan Melsa dipunggung pria itu terhenti. "Udah deh, Lex, jangan mulai."

"Aku cuma mau tanya aja kenapa."

"Ya karena ga penting, aku udah bilang sama kamu aku sendirian." Bela wanita itu.

"Siapa tau kamu bohong."

"Ya itu sih terserah kamu kalo mikirnya kayak gitu."

"Harusnya kamu yakinin aku kalo emang kamu sendirian bukannya bikin aku curiga dengan cara kamu matiin panggilan." Alex berbicara seperti ini dengan tangan yang masih memainkan payudara kanan Melsa.

"Aku matiin telepon bukan mau bikin kamu curiga, tapi aku kesel."

"Kok jadi kamu yang kesel?"

"Lex, aku kurang apa sih sama kamu. Aku udah kasih segalanya buat kamu tapi kamu dikit-dikit curiga."

"Aku bukan curiga, aku takut."

Melsa menautkan alis mendengar Alex berbicara seperti itu. "Apa, takut apa, heh?"

"Kamu bisa aja tiba-tiba ninggalin aku karena ada yang lebih menarik dibanding aku."

"Banyak kok Lex yang lebih menarik dari kamu."

"Meeeel.."

Melsa terbahak-bahak. "Canda, sayang."

Alex tersenyum mendengar panggilan sayang dari wanita itu. Melsa sangat jarang memanggilnya seperti itu. "Coba panggil aku lagi."

"Ga mau."

"Mel, ayo dong."

"Ngga. Udah Lex aku dingin, nih." Ujar Melsa sambil berusaha menarik bajunya turun. Namun tentu saja tidak berhasil karena bajunya tertahan oleh kepala Alex yang masih menempel diatas pundaknya dan tangan pria itu masih bergerilya di sana.

"Diem, aku masih kangen."

"Kamu bukan kangen sama aku."

"Ini kan termasuk bagian dari diri kamu, Mel." Alex menengadah dan mencium dagu Melsa. "Kamu jangan iri dong sama bagian tubuh kamu sendiri."

"Apaan sih!" Sembur Melsa sambil memukul ringan lengan pria itu.


(ps: aku juga heran Alex kalo ketemu Melsa bawaannya gini mulu, kenapa yak? wkwk)


FORCED LOVEWhere stories live. Discover now