"Kamu dimana?"
Setelah Melsa mematikan panggilan dengan mas Tirta tidak lama ponsel itu berbunyi lagi. Melsa menghela napas saat melihat siapa yang menghubunginya saat itu.
"Apartemen." Ia menjawab dengan ogah-ogahan.
"Kamu ga masuk mata kuliah jam 2?" Alex ini tingkat posesifnya melebihi orangtua Melsa sendiri. Cowok itu hafal jadwal masuk mata kuliahnya satu-persatu.
"Engga, aku ikut jadwal besok numpang kelas lain."
"Kenapa?"
"Ga apa-apa, lagi ga mood aja, ngantuk."
"Ngantuk?"
Melsa diam. Ia jarang sekali berbohong pada Alex, lebih karena malas, bukan tidak bisa. Dan lagipula, Alex itu seperti punya mata batin. Jika Melsa berbohong, instingnya akan meruncing.
"Kamu sakit?"
"Ngga Lex."
"Kok bisa kamu ngantuk dan lebih milih pulang?"
"Ya gimana, daripada aku tidur di kelas terus ga fokus, kan?"
"Mau aku ke tempat kamu?"
"Ga usah, aku masih mau tidur."
"Ya udah, nanti telepon aku kalo udah bangun."
"Oke." Tanpa banyak basa-basi Melsa menutup ponselnya dan kembali memejamkan mata. Pikirannya penuh, dipenuhi oleh Rei dan juga masa lalunya.
Selama bertahun-tahun Melsa selalu menyalahkan dirinya sendiri dan membenci Rei karena memutuskan hubungan mereka tiba-tiba dan tanpa diskusi. Sekarang setelah semuanya terlambat pria itu kembali datang dalam hidup Melsa dan mengungkapkan kebenaran mengenai apa yang terjadi selama ini.
*
Melsa tidak pernah menelepon Alex seharian kemarin karena ia terlalu kesal pada pria itu dan pada kakaknya. Ia kesal pada semua orang di sekitarnya sekarang karena Melsa merasa telah di bohongi dan ditipu seolah-olah ia anak kecil yang bodoh.
Setengah jam lagi adalah jadwal mata kuliah yang selanjutnya, Melsa menyempatkan diri untuk mencuci mukanya sebelum masuk kelas karena perkuliahan di siang hari selalu membuatnya sedikit mengantuk jika ia tidak fokus.
Toilet di fakultas manajemen memang tersebar banyak di penjuru gedung tetapi Melsa lebih menyukai toilet di sisi kiri gedung karena hanya memiliki satu bilik kloset sehingga jarang ada yang mengantre di sana. semua mahasiswi lebih suka toilet yang memiliki banyak bilik sehingga dapat mengobrol sambil merias wajah dengan teman-temannya di dalam toilet.
Saat Mel melangkah keluar dari pintu, seseorang menarik tangannya masuk kembali ke dalam toilet dan mengunci pintunya.
"LEx, kamu ngapain disini?"
"SSShhh.." pria itu menyudutkan Melsa ke balik pintu lalu mencium wanita itu. "I miss you, Mel. Why didn't u call me last night?"
Alex tidak menunggu jawaban gadis itu. bibirnya sudah lebih dulu membungkam bibir Melsa dengan kasar. Tangannya masuk ke balik dress setengah lutut yang hari ini dikenakan wanita itu. mengangkat dress itu berkumpul di sekeliling pinggangnya dan meraba paha bagian dalamnya.
"Lex, kamu apa-apaan sih, ini kampus!"
"Aku tau ini kampus, emangnya kenapa?" pria itu berhenti dan memandang gadis itu sambil mengangkat sebelah alisnya.
Melsa melepaskan tangan Alex dari tubuhnya dan mendorong pria itu ke samping agar ia bisa keluar melalui pintu itu namun pria itu menariknya kembali. Bibir pria itu bersarang di leher Melsa dan menciuminya. Tangannya menyusuri celana dalam Melsa dan menyingkirkan kain tipis itu ke samping sehingga ia bisa memasukan jarinya ke dalam lubang kewanitaan gadis itu.
Alex merasakan wanita itu memberontak dan mendorong dirinya namun tenaga gadis itu tidak sebanding dengannya. Ia tetap memaku wanita itu di sana dan memainkan apa yang seharusnya menjadi miliknya.
Jarinya bermain dengan lihai dibawah sana sementara tangannya menarik dress itu turun hingga bibirnya dapat menciumi setiap jengkal dari payudara wanita itu. dress yang ia wanita itu kenakan sudah tidak lagi menjalankan tugasnya sebagai pakaian penutup tubuh.
Alex berhati-hati untuk tidak meninggalkan jejak merah di leher wanita itu karena ia tahu gadisnya akan marah besar jika ia melakukan itu lagi. Ia membalikkan badan Melsa menghadap pintu sehingga tangan kanannya dapat lebih leluasa meremas payudara wanita itu sementara tangan kirinya masih bertahan di bawah sana membuat gadis itu menahan desahannya di dalam tenggorokan karena tidak ingin membuat keributan.
Paha Melsa menjepit tangan Alex yang masih berada di dalam tubuhnya dan pria itu merasakan gadis di depannya bergetar. Melsa telah mendapatkan orgasme dari tangannya.
"Well, sayang, looks like your body needs me so much." Pria itu mengecup pelipis Melsa dan membantu gadis itu merapikan pakaiannya. "I just came here to say hi. Now lets go, you have to be in your class right now."
Pria itu menggandeng Melsa keluar dari sana sambil memeluk pinggang wanita itu yang wajahnya masih bersemu merah walaupun rambut dan pakaiannya sudah kembali rapi.
"Lex lain kali jangan lakuin lagi."
Melsa melepaskan tangan Alex dari pinggangnya dan berjalan cepat menuju kelas meninggalkan pria itu terkekeh melihat kepergian gadisnya yang terburu-buru.
P.s : ini yang baca banyak tp vote nya miskin bangeeet wkwkwk bakal balik lagi update kalo dah rame vote dan komen
Luv yuuuu
YOU ARE READING
FORCED LOVE
RomantizmMelsa tidak akan pernah bisa lepas dari kekasihnya, Alex yang super posesif dan mesum. Alex mengancam akan menyebarkan video mesum mereka jika Melsa pergi darinya. Bagaimanapun, Melsa harus mencoba kabur darinya, bukan?