"Mel, lo tau kan pak Rudi hari ini ga masuk?" Ulfi, teman sekelas Melsa, bertanya sambil mengaduk jus jeruk di hadapannya. "Aduh ini bang Rahmat kenapa ngaduknya ga bener sih." Keluhnya.
"Yah, sia-sia dong kemaren kita ngerjain tugas mati-matian." Melsa mengerucutkan bibir. Semalam Melsa dan teman-teman melakukan grup call sambil mengerjakan tugas yang diberikan dosennya itu.
"Katanya sih, bakal ada asdos yang gantiin beliau."
Bang Rahmat mengantarkan mie ayam pesanan Melsa dan Ulfi. "Makasih ya, bang." Ucap Melsa. "Jadi hari ini bakal kuliah sama asdos?" Melsa sibuk menambahkan saus sambal ke dalam mangkuk mie ayam di hadapannya.
"Katanya sih pak Rudi cuti sakit, maklum udah tua. Kayaknya kali ini sakitnya agak parah makanya sampe di gantikan oleh asdos."
Melsa tidak berkomentar apa-apa, hanya manggut-manggut karena mulutnya sudah sibuk mengunyah mie ayam yang ternyata kepedasan untuk lidahnya.
"Lo masih sama Alex kan, Mel?" tanya Ulfi di sela-sela kegiatan makannya.
Melsa mengangguk. "Kenapa emangnya?"
"Ga apa sih, cuma gue ngerasa belakangan ini jarang aja liat dia di sekitar lo. Kan biasanya nempel mulu tuh."
"Lagi ngambek dia, beberapa hari lalu gue cuekin."Ulfi menyemburkan tawanya sehingga membuat orang-orang di sekitar mulai ikut memperhatikan mereka.
"Berisik, Fi!" tegur Melsa pada sahabatnya itu. "Ga ada yang lucu juga, ngapain ketawa sih?"
"Tapi gue bayanginnya lucu, Mel." Ulfi masih berusaha meredam tawanya. "Bayangin deh, cowok kayak Alex gitu ngambek. Dan penyebabnya cuma karena lo cuekin."
Melsa berdecak lalu menggelengkan kepalanya. "Lo ga tau aja seberapa sering doi ngambek gara-gara masalah sepele." Ia mengingat saat-saat Alex mengamuk karena masalah kecil di kedai makan depan kafe. "Sampe bikin gue pengin putus rasanya, Fi."
"Masa sih? Dia tuh bukannya sweet dan perhatian banget ya?"
"Emang! Tapi juga dikit-dikit ngambek."
"Jangan-jangan cowok lo punya kepribadian ganda Mel." Canda Ulfi. Namun Melsa memikirkan kata-kata sahabatnya itu. Mungkin ada benarnya, Alex seperti memiliki kepribadian ganda.
Tanpa sengaja Melsa menghembuskan napas memikirkan itu. "Eh, kenapa? Kok suasana hati lo jadi berubah murung sih?" Ulfi kaget karena tiba-tiba Melsa seperti tidak bersemangat. "Sorry deh, gue bercanda doang kok."
"Fi, apa menurut lo gue putus aja ya sama dia?"
"Lo ga bahagia sama dia,Mel?"
"Kadang-kadang gue bahagia. Dia tuh bisa dengan sekejap berubah jadi ngeselin, Fi. Gampang banget bikin gue capek hati."
"Waduh gue ga tau deh kalo lo mikirnya kayak gitu. Obrolin baik-baik aja sama dia masalah lo apa dan salahnya dia dimana." Ulfi tidak ingin ikut-ikutan antara urusan sahabatnya dengan pacarnya itu. Ia takut memberikan nasihat yang salah karena selama ini di mata Ulfi, Alex adalah sosok yang tidak bermasalah dan bisa membuat bahagia sahabatnya itu.
Sudah, tapi Alex tidak menerima diskusi, dia hanya ingin pendapat dirinya sendiri di dengar oleh orang lain, batin Melsa.
Semenjak kejadian Melsa mengabaikan pesan Alex tempo hari, laki-laki itu marah berkepanjangan. Hanya karena ia tidak langsung membalas pesannya dan memilih nonton drama. Padahal selama ini ia jarang sekali mengabaikan Alex, Melsa selalu memprioritaskan dirinya karena tahu pria itu akan mengamuk jika Melsa mengalihkan perhatiannya pada hal lain selain pria itu.
Ting.
Melsa dibuyarkan oleh suara notifikasi ponsel yang tiba-tiba berbunyi.
Berharap Alex yang menghubunginya. Namun ternyata dugaan Melsa salah saat ia melihat notifikasi instagram yang muncul di layarnya.
Reihanadhyasta : Syukur kalo kamu baik-baik aja, aku ikut seneng. You look happy, Mel diliat dari postingan-postingan kamu.
Melsa tersenyum membaca pesan dari Reihan.
Kamuflase, itu yang Melsa ingin sampaikan pada Rei. Semua orang bisa berkamuflase dan berpura-pura bahagia. Menampilkan pada dunia bahwa dirinya baik-baik saja karena tidak ada seorangpun yang menyukai kesedihan, setidaknya Melsa menampilkan kebahagiaan untuk orang-orang disekitarnya. Hanya itu yang bisa ia lakukan.
"Siapa, senyum-senyum ga jelas gitu?" ledek Ulfi. "Udah baikan ya sama Alex?"
Melsa mematikan ponselnya, belum sempat membalas apapun untuk Reihan. "Bukan siapa-siapa?" Melsa meminum jus jeruknya yang masih tersisa sedikit. "Ya udah, yuk ke kelas. Bentar lagi masuk."
=
Seperti biasa Melsa selalu mengambil meja barisan ketiga dari depan. Ia tidak terlalu suka duduk di barisan pertama, bikin ngantuk tetapi dia juga tidak mau berada di belakang karena tidak bisa menyimak pelajaran dengan baik. Belum lagi, bangku belakang biasanya diisi oleh kumpulan lelaki yang malas-malasan untuk kuliah. Terkadang mereka tertidur atau bermain ponsel saat kuliah dimulai. Bisa-bisa bukannya tambah pintar Melsa malah ikutan malas.
Suara riuh di kelas itu berhenti saat seseorang memasuki kelas.
Melsa yang tadinya sedang berdiskusi masalah tempat waxing terbaik dengan teman-temannya pun seketika ikut diam dan memperhatikan bagian depan kelas.
Ia menelan ludah melihat siapa yang baru saja melangkahkan kaki ke dalam kelasnya dan duduk di meja tempat biasanya para dosen berada.
Ulfi menyenggol Melsa entah apa tujuannya tetapi yang disenggolpun tidak bereaksi apa-apa karena pandangan matanya sudah terpaku pada satu sosok.
"Selamat siang semuanya, seperti yang teman-teman ketahui." Ucap pria itu sebagai pembukaan, "hari ini pak Rudi tidak bisa mengisi kelas. Dan saya akan menggantikan beliau mengajar hingga waktu yang belum ditentukan, mohon kerjasamanya."
Melsa bisa mendengar sebagian teman-temannya bertepuk tangan, ada juga yang bersorak menanggapi perkataan pria itu.
"Nama, pak!" seru salah satu teman sekelasnya yang entah siapa.
Pria itu mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas mencari siapa yang bertanya namun sebelum ia menemukannya mata Reihan terlebih dulu bertatapan dengan mata yang selama ini pria itu rindukan. Keduanya bertatapan dengan pikiran masing-masing di dalam otaknya.a
"Nama saya Reihan Adhyasta," Ucap pria itu dengan mata yang masih memaku Melsa membuat wanita itu tidak dapat bernapas dengan benar. "tapi dulu sekali ada seseorang yang memaksa bahwa panggilan Rei lebih mudah dan singkat untuk diucapkan. Jadi, terserah kalian saja."
Benar, Melsa yang mengatakan itu dulu karena ia kesulitan memanggil nama pria itu sehingga ia mengeluh dan berjanji akan memanggil pria itu dengan sebutan Rei saja.
teman-teman, kalo suka cerita ini boleh bantu vote dan komen yaaaa.. biar aku tau yang baca dan nunggu cerita ini banyak soalnya ragu-ragu nih nulis cerita ini hehehehe
luv, meg.
YOU ARE READING
FORCED LOVE
RomanceMelsa tidak akan pernah bisa lepas dari kekasihnya, Alex yang super posesif dan mesum. Alex mengancam akan menyebarkan video mesum mereka jika Melsa pergi darinya. Bagaimanapun, Melsa harus mencoba kabur darinya, bukan?