New York, United States.
Awal bulan musim semi di New York tidak pernah berbohong dengan udara menyenangkan dan mataharinya yang hangat. Membuat mereka para New Yorkers akan dengan senang hati mengabiskan sebagian besar waktu mereka di luar menikmati udara hangat dan kicauan burung, bahkan sekedar berjalan menikmati jalan berbunga di Brooklyn Botanical Garden atau di pasar Midtown.
Jeffrey J. Jones, keluar dari Porsche-nya sembari merapikan kembali jas hitam yang ia kenakan. Blitz dan suara jepretan kamera para pencari berita yang sedang bersembunyi tidak dipedulikannya.
"Jones." ucapnya kepada seorang resepsionis restaurant ternama, yang segera menuntun jalan menuju meja bertuliskan reserved disertai nama belakangnya.
Jelaga hitam miliknya menangkap sosok wanita yang berjalan masuk, hentakan heels dan langkah kaki yang tegas menuntun wanita itu kini berdiri di hadapannya. "Mr. Jeffrey Jones, nice to meet you."
"Miss Lalice Kirkland."
Lalice tersenyum tipis sembari membalas jabat tangan pria di hadapannya.
"Lalice Beilschmidt-Kirkland. Jangan melupakan nama belakangku yang lain mister, kau tahu itu. Bahkan jika aku bertanya berapa ukuran pakaian dalamku, aku rasa kau juga tahu, Mr. Jeffery Jaehyun Jones."
Jaehyun dibuat terkejut ketika Lalice tanpa basa-basi langsung menyebutkan nama tengahnya dengan benar; dalam artian menyebutkan nama Koreanya dengan accent yang tepat, tidak seperti kebanyakan orang jika menyebutkan nama Koreanya akan terdengar sangat aneh.
Well, Lalice benar. Jaehyun tahu berapa ukuran pakaian dalamnya, dan seluruh hal-hal besar maupun kecil di kehidupan wanita itu. melakukan background check adalah suatu keharusan.
Lalice tidak akan berkelakuan manis. Wanita itu malah berpeluang untuk melempar pisau kecil yang terselip di dalam boots tinggi yang dikenakannya, atau menodongkan pistol yang berada di dalam kemeja bagian punggung wanita itu.
Selama hidupnya belum pernah ada wanita yang mengeluarkan aura bossy di depan mukanya secara terang-terangan. Jaehyun tentu pernah menemui beberapa mantan teman kencan yang degan keberanian -atau kebodohan- untuk membuatnya tunduk. Dan tidak ada hal lain yang para wanita itu dapatkan selain berakhir di pemakaman.
Jaehyun tidak peduli meskipun mereka wanita. ketika mereka berani memerintah itu sama halnya dengan menghina. Tidak boleh ada yang memerintahnya selain ayahnya dan dirinya sendiri.
Lalice Kirkland adalah wanita pertama yang selamat. Setidaknya untuk kali ini.
Jaehyun menggulirkan bola mata, mengamati wanita dihadapannya yang tengah sibuk dengan buku menu. Rambut steel gray milik Lalice diikat tinggi, memperlihatkan leher jenjang wanita itu. Jaehyun bahkan bisa melihat dengan jelas mole kecil dekat tulang selangkanya. Kemeja satin hitam, denim jeans, knee high boots, serta kalung berlian dan anting emas putih.
Selesai dengan seluruh observasinya, Jaehyun mengangkat tangan dan seorang pelayan mendatangi meja mereka dengan segera, mencatat seluruh pesanan mereka.
"And what would you like for the drink, sir, maam?"
"Utopia." Lalice menyebut salah satu brand minuman favoritnya. "Amerika seharusnya punya itu kan?"
Pelayan itu tersenyum, "kami punya semua jenis minuman terbaik, maam."
"Great."
"Aku tidak akan membantumu jika kau mabuk." Segera setelah pelayan itu pergi, Jaehyun berujar sembari menyandarkan punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Dusk Till Dawn ✔
FanfictionJust about Jaehyun and Lalice. And how they run the world. "We can make the world beneath our feet." "Viva Là Cosa Nostra." "All Hail, Serpents." Trigger Warning! This story contains Mature contents for murder and violence and harsh/bad languages...