Warning!
3k words.
This chapter contains many places. If you can't imagine it, please see the image(s) down below.p.s read the a/n downs below
Enjoy!
.
.
.Berdiri di depan jendela besar, Lalice mengamati pemandangan kota London, terlihat sangat menakjubkan dari lantai paling atas gedung Ringvereine. Ia Melirik majalah di atas meja kerja, menampilkan masing-masing fotonya dan Jaehyun, dan foto mereka berciuman di Clos Maggiore, dengan judul yang diberi headline besar bertuliskan 'Beilschmidt Heiress Royal Wedding?' atau tajuk bertuliskan 'USUK, Jones Heir and Beilschmidt Heiress. Love or Business?'
Setelah makan malam, dan mengantarnya ke manor, Jaehyun langsung kembali ke New York malam itu juga, berkata bahwa ada hal yang harus pria itu selesaikan, sebelum pelaksanaan pertunangan mereka dalam waktu dekat.
Lalice hampir saja lupa tentang kenyataan bahwa ia menikahi Jaehyun untuk sebuah tujuan, ketika Harold Beilschmidt; kakeknya, menamparnya, keras.
"Remember, Lalice, what's the purpose of your marriage,” Lalice masih menatap sang kakek tanpa mengeluarkan suara9, "seberapa tidak sukanya aku padamu, kau adalah anak dari anakku, kau calon Regina. membiarkan The Serpent dipimpin oleh wanita sudah sangat memalukan, aku tidak akan membiarkan kau, mempermalukan klan ini." Lanjutnya.
Masih terdiam, Lalice tidak merespon ucapan Harold. Dua puluh lima tahun hidupnya, Lalice tidak asing lagi dengan perlakuan paruh baya tersebut, yang tidak akan pernah dan tidak akan mungkin mengakui ia sebagai cucu.
"Don't fall in love, you were not born to do it. Love will take away your strength, your power, your rational sense. Love makes you weak, and you CAN'T be weak. You have Beilschmidt on your name, so you were born for this society. Mark my word, Lalice."
Masih terdengar jelas suara Harold di telinga, memperingatkan, mengancam, demi membawa kembali kesadarannya, ia bahkan belum menikah, hanya menghabiskan satu kali makan malam dengan Jaehyun. Lalice sadar bahwa yang dikatakan Harold adalah benar, untuk society ini lah dirinya ada, untuk The Serpent lah dia dilahirkan, tidak akan berubah, bahkan untuk ribuan makan malam.
pintu diketuk tiga kali, membawa ia kembali ke kenyataan, "Who's there?" tanyanya.
"Miss Ennik datang untuk bertemu, Madam." Suara wanita, sekretarisnya, menjawab.
"Biarkan dia masuk."
Pintu besar bercat ebony itu terbuka, menampilkan sosok gadis cantik, Ennik Kirkland, "sestra?" mencari keberadaan kakaknya, Ennik mengedarkan pandangan, mendapati Lalice berdiri menatap London, ia berjalan mendekat setelah menutup kembali pintu.
"Aku masih di St Petersburg, dan bergegas pulang, ketika menemukan fotomu beredar di seluruh media, dan portal internet. Aku mencarimu di manor, tapi kata Lucas kau sedang ada di kantor. Kau tidak lupa bahwa sekarang hari Minggu kan?"
Lalice menatap ke arah Ennik tanpa menjawab, tidak ada yang perlu dijawab dari perkataan adik perempuannya. "Benarkah kau akan menikah, sestra?" tanya gadis itu lagi.
"Tidak ada pelukan untuk aku, dari kau yang baru pulang, menghabiskan satu bulan di Rusia?" tanpa senyuman, Lalice bertanya, membuat gadis delapan belas tahun itu terkekeh, bergegas memeluk, serta mencium pipinya.
Lalice tersenyum tipis, mengusap pelan rambut Ennik, "harusnya kau datang lebih pagi, sehingga bisa ikut Sunday service."
"How's Lomonosov?" menyebut tempat Ennik melanjutkan pendidikan, berjalan menuju sofa beludru di sudut ruangan, lengan adiknya masih melingkar di pinggangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Dusk Till Dawn ✔
FanfictionJust about Jaehyun and Lalice. And how they run the world. "We can make the world beneath our feet." "Viva Là Cosa Nostra." "All Hail, Serpents." Trigger Warning! This story contains Mature contents for murder and violence and harsh/bad languages...