Warning!
3k words.
This chapter includes bad words.
Typo(s) alert!
.
.
.Jones Chapel;
Wedding day.Jeffrey Fucking Jones. Lalice akan menyebutnya begitu sekarang.
Masih berdiri di depan cermin besar, hanya menggunakan petticoat dan strapless longline bra. Ia mengerut, kemudian mendengus, ketika suara terkikik pelan keluar dari bibir wanita yang membantunya mengenakan gaun pengantin.
Sesekali kembali mengoleskan foundation ke bagian leher, bahu dan dada atas Lalice, menutupi ruam biru yang tersebar di sana. Suara tertawa kembali terdengar, lebih jelas dari sebelumnya.
"Berhenti tertawa," Lalice menyergah, dan kedua wanita yang menginvasi suite Jaehyun menjadi ruang rias pribadi, tertawa semakin keras.
"Kalian pasti melewati malam yang panjang." Ennik; orang yang membantu mengoleskan foundation demi menyamarkan bekas di tubuhnya, berkata sembari menahan tawa.
"stop it." Lalice melotot menatap adik perempuannya yang masih sibuk tertawa. Dalam hati ia mengutuk pelaku utama dari masalah ini.
Dua puluh lima tahun hidupnya, tidak pernah ada seorangpun yang berani meninggalkan bekas di tubuhnya, tidak para mantan pacarnya, bahkan tidak untuk Viktor. Bagaimana bisa ia membiarkan Jaehyun melanggar itu, dan memberi tanda di seluruh tubuhnya, membuatnya malu di depan adik perempuannya yang walau sudah memasuki usia legal, tetap saja Lalice benci terlihat memalukan di depan orang lain.
"Apa kau dan Jeffrey bahkan tidak bisa menahan diri, menunggu hingga pesta pernikahan kalian selesai?" Jennie, yang lagi-lagi menjadi penata rambutnya, mengucap sembari menyisir rambut kelabu panjang miliknya. Ibu satu anak itu bahkan sudah menertawakannya sejak pertama kali menginjakkan kaki di suite ini.
Lalice menyentuh salah satu tanda yang Jaehyun tinggalkan di collarbone-nya, menyapu foundation yang Ennik oleskan. Jika bukan karena Jeffrey Jaehyun Jones, ia tidak perlu repot dibantu adiknya dan mendapat tertawaan.
"Kau mau aku meninggalkan yang satu itu sebagai kenang-kenangan, sestra?"
Dengan muka masam Lalice merebut spons dari tangan Ennik, dan mulai menutupi tanda tersebut. Matanya mengamati Jennie yang sibuk mencari bobby-pin di kotak kayu yang ia bawa. Lalice terheran.
Jaehyun mengatakan pekerjaan Jennie sebelum menikah dan menjadi ibu rumah tangga adalah seorang arsitek, namun dimatanya, Jennie lebih tepat menjadi seorang hairstylist.
Rambut grey steel miliknya, ditata dengan twisted updo, gaya klasik, namun memperlihatkan identitas Lalice dengan jelas, menonjolkan leher jenjang, dan wajah aristokratnya. Hair diamond bobby-pins dipasang di sela-sela sanggul, memperlihatkan kemewahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Dusk Till Dawn ✔
FanfictionJust about Jaehyun and Lalice. And how they run the world. "We can make the world beneath our feet." "Viva Là Cosa Nostra." "All Hail, Serpents." Trigger Warning! This story contains Mature contents for murder and violence and harsh/bad languages...