Warning!
3k words.
This chapter includes bad words :))
Typo(s) alert!And lemme ask you guys, is 3k words too much? Is it boring?
.
.“I hate that fucking paparazzi.”
Johnny terkekeh mendengar umpatan keluar dari mulut calon adik iparnya. Ia dan Lalice, dan Mark yang mengekor di belakang, sedang dalam perjalanan menuju Neo Tech ketika memutuskan untuk singgah sejenak ke French bistro langganannya untuk sekedar memesan makan siang dan satu gelas penuh bir dingin.
Sudah empat hari berlalu, dan Lalice masih berada di New York, mengurus pernikahan, dan mengurus kerjasama Ringvereine dengan Neo Tech.
Awalnya semua berjalan lancar, namun semuanya perlahan menjadi rumit, ketika ia mengerjakan semuanya sendiri tanpa Jaehyun, yang membuat ia memerintah Lucas dan Ten untuk kembali ke New York; keduanya langsung kembali ke London setelah pesta selesai.
Setelah pesta pertunangan Lalice dan Jaehyun, dengan dibumbui sedikit drama, yang disutradarai sekaligus diperankan sendiri oleh wanita itu, serta melibatkan keponakan salah satu distributor Cosa Nostra. Ia tidak bisa menahan tertawa ketika Jaehyun menceritakan kronologi sebenarnya. Bagaimana Lalice dengan mudah menjebak keponakan David Redfellow untuk mempermalukan diri sendiri. Rencana yang sangat sempurna dengan menjadikan Mrs Brough; wanita yang baru saja mereka temui hari ini, sebagai saksi mata untuk menyatakan ia tidak bersalah.
Johnny bahkan sempat berpikir, jika saja waktu itu mereka sedang tidak bertemu di sebuah pesta, atau mungkin bertemu di jalan dan lainnya, rencana yang disusun Lalice di kepala pasti bukanlah untuk mempermalukan, tapi rencana pembunuhan yang rapi dan bersih. Berterimakasihlah keponakan David Redfellow karena bertemu Lalice di pesta, sehingga dia masih hidup sekarang.
Berbicara tentang Jaehyun, pria itu sedang berada di Los Angeles bersama ayah mereka, segera setelah pesta selesai.
Ayahnya memecat Redfellow dari posisi distributor, dan itu membuat mereka harus mencari distributor lain untuk menggantikan Redfellow. Dan karena kekacauan tersebut disebabkan oleh Lalice, maka Jaehyun yang harus bertanggung jawab mengurus segalanya.
Ayahnya sama sekali tidak keberatan untuk kehilangan satu distributor, tapi bukan berarti ia bisa menerima itu.
“Apa kalian memang selalu seperti ini?”
Johnny menoleh menatap Lalice yang sedang duduk di depannya, menghadap keluar jendela bistro, “seperti ini seperti apa?” tanyanya.
“Membiarkan orang-orang itu mengikuti kalian.” Dari balik kaca mata hitamnya Lalice, melirik ke arah dua orang yang sudah mengikuti mereka sejak keluar dari perusahaan Mrs Brough tadi, “bertingkah bodoh dengan menyamar seperti pengunjung, dan berpikir mereka tidak bisa dikenali. Wot' an idiot.” sinisnya, dengan logat British yang kental.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Dusk Till Dawn ✔
FanfictionJust about Jaehyun and Lalice. And how they run the world. "We can make the world beneath our feet." "Viva Là Cosa Nostra." "All Hail, Serpents." Trigger Warning! This story contains Mature contents for murder and violence and harsh/bad languages...