Just about Jaehyun and Lalice. And how they run the world.
"We can make the world beneath our feet."
"Viva Là Cosa Nostra."
"All Hail, Serpents."
Trigger Warning! This story contains Mature contents for murder and violence and harsh/bad languages...
This chapter includesmaturecontents for violence , murder and bloody scenes. Full of harsh and bad language(s)! so if you are sensitive about those contents, please do not read this chapter!
A long chapter, please read slowly. Typo(s) alert!
Hit the star!! . .
TARIK NAPAS DULU, FELLAS. Enjoy.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Somewhere, Unknown.
Sosok pemuda yang diikat menggantung terbalik terbatuk ketika tongkat pemukul baseball mengenai perutnya dengan keras untuk sekian kali. Satu tombol ditekan, dan tubuh tergantung tersebut tenggelam dalam air dari kepala hingga pinggang.
“Tick-tock-tick-tock, time isticking and you stop breathing,” sang pelaku bersenandung dengan nada sumbang, menyeringai kemudian tertawa, ketika kawat yang mengikat kedua pergelangan kaki si korban tertarik, membebaskan korban dari kehabisan napas di dalam air.
“Ah, kau masih hidup, tentu saja. Jangan kecewa begitu, membuatmu mati begitu saja tidak akan menyenangkan,” menarik rambut si korban, mengamati detail wajah pria yang bahkan tidak memberikan reaksi apapun, “sudah lama sekali bukan, Kirkland.”
Mendengus, Lucas Claude Kirkland memandang datar pria tersebut. Keadaannya berantakan, dengan wajah penuh lebam yang bahkan mulai berubah ungu kehitaman, rambut biru dan setelan atasnya sudah basah kuyup, dengan tangan terikat di belakang badan dengan tali yang menyambung ikatan pada kakinya.
Sekian tahun mereka tidak bertemu, dan teman lamanya masih sama pengecutnya, “it's nice to be here, I can see three types of trash,” Lucas berujar dengan seringai yang muncul dari sudut bibirnya, “afucker, andacoward—” matanya melirik sekilas kepada Rivera yang tengah merokok sembari mengamati, sebelum kembali menatap lurus pada sosok di depannya,
“—and a traitor as well.” Melirik pada satu orang yang tidak bergerak dan hanya sibuk menajamkan pisaunya, Lucas menyeringai.
Tidak bisa percaya apa yang dicurigainya benar-benar menjadi nyata. Gila. Bagaimana orang yang bahkan sangat dekat dengan mereka melakukan ini. Lalice memilih sendiri orang itu menjadi salah satu anggota The Six, dengan kepercayaan penuh.
