Warning!
3k words.
This chapter contains murder and violence, and bad words.
.
.
."Speak, Four."
Four, wanita, yang Jaehyun sempat kira sebagai pria, menyerahkan satu map coklat, berisi data dan foto. "Gudang kita baru saja disusupi, Your Grace. Carrow melarikan diri setelah mencuri beberapa senapan, dan beberapa bahan peledak, dan berlian. Five sudah menyelidiki ini, dan mendapati bahwa Carrow menjual semua curiannya ke pasar gelap, dan kelompok lain yang mengajaknya membelot."
Lalice menarik satu foto yang terjepit di ujung kertas,
"Irish?" Four mengangguk.
Holy Crap.
Lalice memijit pangkal hidung. Tentu saja ia tahu siapa orang dalam foto. Dia adalah Robert Walsh, pria Irlandia, yang pernah berurusan dengan The Serpent. Lalice pikir pria itu sudah berhenti untuk mengganggu mereka, ketika kesepakatan damai disetujui dulu. Tapi nyatanya si sialan itu belum menyerah, hanya menunggu waktu yang tepat, dan ketika Carrow berkhianat dan datang padanya, ia kembali berulah. Jika mereka ingin bermain kotor, Lalice dengan sangat senang hati melayani, dengan cara yang kotor pula. Ia tidak akan menahan diri kali ini, baik untuk Walsh, maupun untuk Carrow.
"Siapkan jet, Four. Kita akan berangkat ke Dublin, aku akan menyelesaikan mereka malam ini juga."
"Baik, Your Grace. Leader berkata bahwa aku dan Eleven yang akan mendampingi anda, untuk misi kali ini."
Lalice mengangguk, "kapan Ten akan pulang dari Beijing?"
"Besok, Your Grace. Leader berpesan, agar selama ia tidak ada, anda bisa memerintah langsung padaku dan Five."
"Tentu." Balas Lalice sambil mengangguk, "aku akan menghubungi Lucas untuk segera menyusul kemari. Kita berempat akan berangkat pukul sebelas, malam ini."
"Lima."
Lalice dan Four, memandang pada Jaehyun yang tiba-tiba saja sudah mendudukkan diri di samping Lalice. "Aku akan ikut." ucapnya.
Jaehyun berniat untuk pergi setelah pertengkaran kecilnya dengan Lalice di Red Square tadi, tapi ketika mengingat bahwa mereka bahkan belum sempat berbaikan, ia membatalkan niat, dan memutuskan menyusul wanita itu kemari, setelah meletakkan lukisan mereka di dalam Audi.
"Tidak." menolak tegas, Lalice menatap Jaehyun dengan alis mengerut. "Jangan memulai lagi, Jones. Aku baru akan melupakan kemarahanku padamu."
"Karena sebab itu lah, aku harus ikut."
"Misiku tidak ada hubungannya sama sekali denganmu."
Pria itu balas menatap, "tentu saja ada. Karena dia, kau jadi marah padaku. Itu hal yang tidak bisa diampuni."
KAMU SEDANG MEMBACA
From Dusk Till Dawn ✔
FanfictionJust about Jaehyun and Lalice. And how they run the world. "We can make the world beneath our feet." "Viva Là Cosa Nostra." "All Hail, Serpents." Trigger Warning! This story contains Mature contents for murder and violence and harsh/bad languages...