15 (Kehidupan dan Cinta)

485 114 10
                                    

Jang Dong Gun pertama kali memasuki dunia kerja saat belia menjadi asisten pribadi dirut SA. Sebagai junior putra semata wayang dirut SA ketika kuliah, Dong Gun pun dekat dengan putra sang dirut~Park Jun Soo. Bahkan Dong Gun-lah yang menjadi perantara ayah dan anak itu berkomunikasi bila keduanya sedang bertengkar.

Jun Soo sendiri menjadi pembangkang terhadap ayahnya karena dipaksa untuk berkecimpung di perusahaan keluarga padahal pria itu lebih menyukai seni. Dari sanalah pertengkaran demi pertengkaran ayah dan anak itu dimulai. Jun Soo yang hatinya berat untuk bekerja di SA menjadi umpan yang empuk bagi paman-pamamnya yang ingin menggulingkan ayahnya. Dia mudah terhasut hingga suatu saat ayahnya mengusirnya pergi setelah mereka bertengkar hebat.

Jun Soo yang baru menikah itu meninggalkan rumah ayahnya. Dia hidup sederhana bersama istrinya di sebuah rumah sewa. Ketika mereka memiliki seorang putri, barulah ayahnya membantu kehidupan mereka dengan menanggung seluruh kebutuhan hidupnya. Tn Park bagaimana pun tidak ingin cucunya hidup menderita. Dong Gun-lah utusan Tn Park yang bertugas memenuhi segala kebutuhan mereka.
Kehadiran putri kecil Jun Soo meluluhkan kekerasan hati Tn Park. Meski tidak memanggilnya pulang tapi Tn Park tidak lagi menelantarkannya. Walaupun begitu, ibunya Shin Hye tetap bekerja dan ayahnya mengurus sebuah Gallery.

Shin Hye tumbuh baik dalam pengasuhan kedua orangtuanya. Bila ibunya sibuk bekerja, ia bersama ayahnya di Gallery. Karena Dong Gun sering menemui Jun Soo di Gallery itulah awal kedekatan kedua orang yang bagai paman dengan keponakan itu. Dong Gun bahkan sering sengaja datang untuk mengasuh Shin Hye. Membawanya jalan-jalan keliling kota. Sehingga Jun Soo pun tidak canggung untuk menitipkannya kepada Dong Gun.

Shin Hye ingat betul, usianya mungkin baru 7 tahun saat pertama kali hatinya terpesona oleh Dong Gun. Jun Soo menitipkannya karena harus pergi ke Bank. Dong Gun yang datang ke Gallery untuk memberikan cek bulanan kepada Jun Soo, dimintanya tidak segera pergi. Shin Hye sedang menggambar dan Dong Gun bermain piano di depannya. Permainan pianonya itu membuat Shin Hye seketika melupakan gambarnya. Shin Hye terpesona dan terlarut mendengar permainan piano yang indah itu. Sejak itu ia mengagumi Dong Gun sebagai pianist.

Seiring berjalannya waktu ia semakin dekat dengan Dong Gun tak ubah seperti keponakan dengan paman. Dan ia pun menganggapnya sebagai paman. Terlebih setelah kepergian ibunya akibat kecelakaan dan ayahnya menderita kelainan jiwa, dirinya semakin mengandalkan Dong Gun sebagai pengganti ayah. Begitu pun Dong Gun memberikan kasih sayangnya tak ubah seperti seorang ayah terhadap putrinya sendiri. Namun saat SMA, panggilannya terhadap Dong Gun mulai berubah. Bukan lagi Samchun tetapi Oppa. Dong Gun yang datang menengoknya ke New Zaeland sampai kaget mendengar panggilannya itu.

"Mworagu? Kau sebut Samchun apa barusan?" tatap Dong Gun.
"Oppa. Dong Gun Oppa."
"Aniyo. Dong Gun Samchun."
"Itu dulu saat aku kecil, sekarang aku sudah remaja jadi akan panggil Dong Gun Oppa."
"Andwe! Panggilanmu pada Samchun tidak harus berubah sekali pun kau sudah jadi nenek-nenek. Tetap Samchun!" pelotot Dong Gun.
"Itu kalau aku masih mencintai Dong Gun Ajhussi sebagai paman, tapi sekarang rasa cintaku padamu sudah berubah. Menjadi rasa cinta seorang gadis kepada seorang pria. Jadi panggilan pun otomatis berubah dari Samchun menjadi Oppa. Arrachi?"
"Mworagu...?" mata Dong Gun sampai terbelalak lebar.
"Nde, saranghae Dong Gun Oppa!" ucap Shin Hye sambil melengkungkan kedua tangannya di atas kepala membentuk tanda hati.
"Geumanhae!" bentak Dong Gun. "Kau ini apa-apaan? Tugasmu disini untuk belajar dengan baik bukan untuk mencari pacar. Arra?" omel Dong Gun.
"Tapi teman-temanku banyak yang sudah memiliki pacar."
"Kalau begitu cari pria yang sebaya denganmu, bukan aku."
"Tapi aku mencintai Samchun."
"Hentikan kataku! Apa kau tuli?"
"Kalau Samchun tidak mau aku cintai sebagai pria, segera kau menikah! Maka aku akan mencari pacar yang sebaya denganku." jerit Shin Hye tak kalah kesal.

Dong Gun terbelalak sambil mulutnya bisu. Ya, usianya hampir 40 tahun tapi msh juga lajang. Apa Shin Hye merasa iba dan prihatin terhadapnya yang tak kunjung menikah? Makanya bicaranya ngelantur seperti itu. Melihatnya diam Shin Hye melanjutkan bicara.
"Apa Samchun menolak semua wanita karena aku dan Appa? Karena harus mengurus kami? Benar begitu?" desak Shin Hye.
"Menurut siapa bahwa semua orang harus menikah?" ia membalas ucapan gadis remaja itu dengan berlagak marah.
"Tuhan mengisyaratkan demikian di dalam kitab suci, Tuhan menciptakan pria dan wanita untuk hidup berpasangan. Karena dengan berpasangan akan lahir keturunan yang akan melanjutkan kehidupan ini. Dan usia Samchun sudah tidak muda lagi sekarang, jika Samchun menunda menikah karena kami, maka aku akan menikahi Samchun."
Terlihat bibir ajhussi itu menyeringai.
"Kau ini tahu apa tentang kehidupan dan cinta, usiamu baru melek untuk berbicara tentang kehidupan dan pernikahan. Dan kau pikir aku yang sudah kenyang pengalaman begini, akan tertarik oleh gadis ingusan sepertimu?" tukasnya sinis.
"Jika begitu cepatlah Samchun menikah, dengan begitu aku tidak akan resah!" bentak Shin Hye.
"Dan kau tidak akan ada yang mengurus lagi, apa begitu maumu?"
"Benar, jadi akulah alasan Samchun tak juga kunjung menikah. Jika begitu kau jangan sok jual mahal, Ajhussi. Terima saja cintaku! Aku tidak akan mengecewakanmu walau usiaku masih ingusan. Oke? Oppa, I love you." senyum Shin Hye merasa menang sambil berlari pergi.
Dong Gun memejamkan mata.

Rupanya Shin Hye tidak sekedar main-main dengan ucapannya, disamping dia selalu mengulang-ulang mengatakan mencintai Dong Gun dia pun betulan merubah panggilannya terhadap Dong Gun.
"Panggil aku yang benar, aku ini pamanmu." pelotot Dong Gun setiap Shin Hye menyebutnya Oppa.
"Aniyo, kau kekasihku. Jadi panggilanku padamu Oppa." tepisnya pula keras kepala.
"Apa kau tidak malu dilihat teman-temanmu pacaran dengan pamanmu sendiri?"
"Ajhussi bukan pamanku, Ajhussi kepercayaan kakek dan ayahku."
"Tapi aku malu setiap mendengar kau memanggilku Oppa."
"Itu karena belum terbiasa saja, sebab sejak balita aku memanggilmu Samchun. Tapi nanti pasti akan terbiasa."

Dong Gun geregetan dibuatnya setiap mendengar jawaban gadis itu mengonternya.
"Dengar Samchun, Shin Hye-ya! Samchun pernah katakan padamu bahwa Samchun punya keponakan laki-laki bukan?"
"Entah, aku lupa."
"Kau dulu sering meminta Samchun untuk mempertemukan kalian."
"Itu pasti saat aku masih balita, sebab aku tidak ingat."
"Lebih sering lagi saat kau SD, saat kau ingin belajar main piano setelah kubilang keponakan Samchun seusiamu pandai bermain piano. Kau sangat ingin melihatnya bermain piano. Apa kau ingat kau selalu memintaku menjemputnya dari sekolah dan membawanya ke Gallery?"
"Tapi Ajhussi pun tidak pernah membawanya, bagaimana aku akan ingat?"
"Nde, sekarang Samchun ingatkan lagi. Usianya sepantar denganmu, dia tampan, baik, anak penurut juga cerdas. Selain jago bermain piano, dia juga pandai bermain basket... Kau ingin tahu namanya?"
"Aniyo, aku tidak tertarik selain olehmu."
"Hentikan, Shin Hye-ya. Jebal!"
"Aku tidak akan meminta Oppa menikahiku sekarang, tenang saja! Aku janji akan menyelesaikan dulu sarjanaku, saat itu penampilanku pasti lebih dewasa dari sekarang. Dan kau tidak akan dibilang menikahi gadis remaja. Lihat saja!"
Dong Gun hanya bisa mendesah dalam.

Tentu saja ia menolak pernyataan cinta gadis yang baginya sudah seperti keponakan itu. Gadis yang malang, kehilangan kasih sayang kedua orang tua pada usia yang sangat muda. Ayahnya masih ada tapi dengan kondisi kejiwaan yang tidak lagi sempurna. Sehingga Shin Hye-lah yang justru harus lebih memperhatikannya. Kakek yang tega, membuangnya dengan alasan Shin Hye harus menimba ilmu setinggi-tingginya di negeri orang. SMA di New Zaeland, kemudian kuliah di Amerika. Dan siapa lagi yang dapat mengurusnya selain Dong Gun. Maka wajar bila karyawan SA tidak pernah mengetahui seperti apa wajah cucu presdir SA itu.
Dong Gun selalu mendengar presdir SA mengatakan, dirinya harus turut mempersiapkan Shin Hye untuk menjadi pimpinan SA. Shin Hye memang sudah direncanakan kakeknya untuk menjadi pucuk pimpinan SA yang dirahasiakannya.

TBC

The Face Behind The MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang