26 ( Akhir Pencarian )

699 122 17
                                    

Melihat itu kakek Shin Hye terkejut, ia banyak bertanya kepada Yong Hwa, tapi Yong Hwa pun hanya bisa menjelaskan kejadian hari itu saja.

"Menengok abu siapa?" tanyanya melirik Yong Hwa.

"Pamanku, Jang Dong Gun."

"Jang Dong Gun? Maksudmu, Jang Dong Gun sudah tiada?" dia sendiri sangat kaget.

"Betul, Tuan."

"Kapan Dong Gun meninggal?"

"3 tahun yang lalu di Belanda."

"Aigo... Dong Gun-ah. Jang Dong Gun... Mianheyo! Mianhe, Dong Gun-ah! Tidak kusangka kau pun mendahuluiku..." mata keriputnya tampak berkaca.

Hal ini membuat benak Yong Hwa mengingat cerita tentang pamannya tersebut. Bahwa Dong Gun malah memilih mengabdikan dirinya di perusahaan orang lain daripada mendukung perusahaan keluarganya sendiri. Dan itu yang membuat ayah Yong Hwa marah lalu mereka tidak akur. Jadi rupanya SA Group perusahaan yang dimaksudkan ayahnya itu? Dong Gun lebih memilih bekerja di SA Group daripada di perusahaannya yang sekarang sudah diakuisisi oleh Blue Sky.

Untuk beberapa jenak lamanya kakek Shin Hye tampak begitu terpukul. Ia diam sambil matanya meneteskan air. Setelah itu ia menugaskan asistennya, menyuruh Sekretaris Choi supaya datang setelah sebelumnya memanggil dokter keluarga untuk memeriksa Shin Hye. Ia sendiri kemudian mengajak Yong Hwa berbicara, ia ingin mendengar akhir hayat Dong Gun. Kondisi terakhirnya seperti apa? Sebab yang diketahuinya mantan asisten pribadinya yang sangat loyal itu melakukan pengobatan di Belanda. Dan ia mengira Dong Gun menetap disana saat ini bukan telah kembali ke haribaan Tuhan

Tidak lama dokter keluarga yang dipanggil asisten pribadi kakek Shin Hye datang, langsung memeriksa kondisi Shin Hye, ditemani Jin Hyuk dan ajhumma. Sedang Sekretaris Choi datang tidak lama kemudian. Sekretaris Choi sangat kaget mendengar dari Jin Hyuk kondisi Shin Hye. Maka tanpa buang waktu ia langsung pergi ke rumah besar itu. Padahal ia sudah meninggalkan kantor, sedang dalam perjalanan menuju rumah.

"Jadi Sajang-nim sudah menemukan Jang Dong Gun Sunbae-nim?" belalak Sekretaris Choi tidak percaya. Mengingat sudah nyaris putus asa Shin Hye melakukan pencarian dan hasilnya masih nol besar.

"Abunya, Biseo-nim." tandas Yong Hwa.

"Iya, tapi akhirnya pencariannya menemukan akhir. Orang yang dicari-carinya selama ini akhirnya diketahui rimbanya. Ini melegakan, Jung Pujang-nim." senyum pria paruh baya itu.

"Selama ini Shin Hye mencari-cari Dong Gun, Choi Biseo?" kakeknya pun tampak tidak mengetahui tentang itu.

"Benar, Gieobju-nim. Sudah sejak awal Sajang-nim menduduki kursi Direktur Utama, beliau mengerahkan orang untuk mencari Tn Jang." angguk Sekretaris Choi.

"Selama 3 tahun, Choi Biseo?" Tn Park terbelalak. Seorang penguasa seperti Shin Hye bisa mengerahkan orang dan membayar mahal detektif profesional untuk menemukan orang. Apa yang membuat Dong Gun sulit ditemukan?

"Benar, namun tidak pernah ditemukan barang jejaknya. Itu yang membuat Sajang-nim nyaris putus asa, Gieobju-nim."

"Apa keluarga sengaja menyembunyikan kepergiannya?" sekarang Tn Park menuding Yong Hwa.

"Permintaan Samchun sendiri, Tuan. Samchun berpesan, kami harus diam-diam saat menengoknya di Belanda. Begitu pula setelah beliau wafat, kami tidak boleh mengabarkan kepergiannya itu kepada siapa pun. Membersihkan tempat peristirahatan terakhirnya di Belanda, sehingga siapa pun yang mencarinya tidak akan menemukan jejaknya."

"Aigo... kenapa Dong Gun melakukan itu? Dia sembunyi dari siapa? Harabeoji mengakui telah mengabaikannya." mata keriput itu berair lagi.

"Kurasa Sunbae-nim sembunyi dari Agashi, Gieobju-nim. Dong Gun Sunbae-nim pergi dan sembunyi di Belanda semata menghindari Agashi. Yang saat itu harus konsentrasi menyelesaikan pendidikannya di Amerika. Dan beliau memilih menghilangkan jejak ketika mengetahui penyakitnya semakin parah, sebab tidak mau menjadi beban Agashi. Sepertinya demikian, Gieobju-nim." Sekretaris Choi menyampaikan pendapatnya.

Air mata pria tua itu makin deras menetes. Dia semakin menyesal tidak memperdulikan asisten pribadinya yang juga sangat setia mengurus anaknya yang hilang ingatan. Pria yang rambutnya sudah dipenuhi uban itu akhirnya berdiri, dadanya terasa sesak. Dan air di matanya tidak mau henti. Itu membuatnya hanya ingin memasuki kamarnya saja. Sekretaris Choi sontak ikut berdiri dan mengantar Tn Park ke dalam kamarnya. Lalu meninggalkannya sendiri sebab dia ingin sendiri.

Di ruang keluarga rumah besar itu tinggal mereka berdua. Sekretaris Choi dengan Yong Hwa.

"Jadi Dong Gun Sunbae-nim adalah paman Pujang-nim?" Sekretaris Choi tidak menyangka walau sempat terpikir mereka memiliki kemiripan.

"Nde, Samchun adik ibuku satu-satunya. Tapi mendiang Samchun kurang akur dengan ayahku. Itu sebabnya sejak remaja kami agak jauh." jelas Yong Hwa.

"Majj-a, Ajhussi pun tahu tentang itu. Ayah Pujang-nim menginginkan Sunbae-nim bergabung di perusahaan yang dengan sulit dirintis keluarga, namun beliau malah menjadi asisten Gieobju-nim yang dulu masih direktur utama. Ajhussi mengerti alasan beliau, ingin menimba ilmu sebanyak-banyaknya terlebih dahulu dari pendiri SA Group." Sekretaris Choi mengamini.
"Sunbae-nim itu orang baik, amat sangat baik. Gieobju-nim sangat menyayanginya dulu. Tapi Gieobju-nim menjadi kurang memperhatikan beliau ketika terjadi guncangan di tubuh SA. Dan lalu mangabaikannya dengan tidak sengaja hingga sekarang." imbuhnya.

"Lalu, selama ini Park Sajang mencari-cari keberadaan Samchun, Biseo-nim?" tanya Yong Hwa.

"Benar. Bahkan pencarian yang dilakukan sudah sampai pula ke Belanda. Tapi tetap nihil."

"Memang apa hubungan mereka, apa Biseo-nim tahu?" Yong Hwa menatap wajah tangan kanan Shin Hye itu lekat.

"Sajang-nim selalu mengatakan sangat mencintai Dong Gun Sunbae-nim. Baginya tidak ada pria lain selain Sunbae-nim yang patut menerima cintanya. Selama ini bahkan Sajang-nim menutup pintu hatinya dari banyak pria yang tertarik terhadapnya. Tapi Ajhussi sendiri berpendapat cinta yang dirasakannya cinta seorang anak terhadap orangtua, bukan cinta wanita untuk pria." tukas Sekretaris Choi.

Yong Hwa terdiam. Ia sendiri justru berpendapat berbeda. Bila mengingat pesan terakhir pamannya, Dong Gun bahkan menyebutkan Shin Hye sudah seperti separuh dirinya. Barangkali Dong Gun pun merasakan hal yang sama dengan Shin Hye, yakni mencintainya sebagai pria terhadap wanita. Bukan sebagai paman terhadap keponakannya. Dan mengenai alasan Dong Gun ingin menghilangkan jejak, Yong Hwa setuju dengan pendapat Sekretaris Choi. Yaitu Dong Gun tidak ingin menjadi beban bagi Shin Hye. Maka ia milih sembunyi dan akhirnya menghilangkan jejak dari gadis itu.

Saat dokter mengatakan Shin Hye siuman namun harus beristirahat, Sekretaris Choi menyempatkan menemuinya. Saat itu Yong Hwa pun mengikuti untuk berpamitan. Kondisi Shin Hye tampak tidak dapat melupakan kesedihannya. Matanya masih meneteskan air setiap ingat bahwa Jang Dong Gun kini telah tiada. Sebelah tangannya ditancapi infus. Ajhumma dan seorang perawat ditugaskan menjaganya di dalam kamar. Akhirnya Sekretaris Choi pun pamit, sebab Shin Hye tidak bisa diajak bicara. Terlebih malam pun menjelang.

Malam itu Yong Hwa seperti malam kemarin, sulit memejamkan mata. Tiba-tiba ia pun sangat merindukan Dong Gun. Ia jadi ingin bertanya : sesungguhnya apa yang dirasakan pamannya itu terhadap Shin Hye. Apakah juga mencintainya sebagai lelaki? Andai diketahuinya sejak awal bahwa gadis itu adalah direktur utama SA, Yong Hwa memilih untuk menolak amanat pamannya itu dan melemparkan foto yang diberikannya ke dalam api yang membakar jasad Dong Gun.

Mendengar pertengkaran ayah dengan pamannya ia sangat benci. Dan berurusan dengan gadis yang fotonya Dong Gun berikan kepadanya, mau tidak mau harus mendengar lagi cerita tentang ketidak-akuran mereka. Bagaimana pun Yong Hwa tidak bisa memihak salah satu. Yong Hwa terlalu menyayangi ayah juga pamannya. Ia tidak punya alasan untuk memihak salah satu lantas membenci yang lain. Ia tahu pamannya punya alasan melakukan itu, dan ia juga percaya karena rasa sayang ayahnya melarang apa yang menjadi pilihan pamannya. Buktinya, ayahnyalah yang mengurus jenazah Dong Gun di Belanda lalu membawa pulang abunya dan meletakan di persemayan keluarga. Sekarang ayahnya juga yang rajin datang menengok persemayamannya, untuk mengirimkan doa dan membersihkan tempatnya supaya tidak berdebu.

TBC

Ku skg sdg merajuk sbenarnya... Td'y ga mau nulis atau publish lg

Tp bbrp pesan dtg ke papan pesanku tanya kpn kumo publish...

Jd ku publish kali ini unt mereka yg sdh meminta

The Face Behind The MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang