10 (Permintaan Terakhir)

443 111 10
                                    

Yong Hwa mengusap matanya yang membasah. Mengingat pamannya selalu membuat air matanya jatuh. Dan foto gadis yang dia berikan itu adalah permintaan terakhirnya yang tidak bisa ia tolak. Saat kondisi pamannya sudah berbaring lemah sambil wajahnya ditempeli macam-macam alat medis, Yong Hwa baru bisa menjenguknya ke sebuah kota kecil di Belanda yang bernama Giethoorn. Atau tepatnya sebuah desa terbersih di dunia. Desa dengan kanal-kanal dan tanpa polusi kendaraan bermotor itu dipilih Dong Gun untuk menghabiskan sisa umurnya. Ia ingin menutup matanya dengan mengenang keindahan desa kecil yang mirip dalam dongeng itu. Pemandangan indah, tidak ada polusi baik udara atau pun suara. Ia ingin pergi dalam suasana yang benar-benar tenang dan damai.

Sebelum Dong Gun memutuskan untuk menetap di desa cantik itu di akhir hayatnya, dia pun berulang kali bolak-balik antara Giethoorn dan Seoul untuk sekedar mencari udara segar. Bila kondisinya membaik, dia kembali ke Seoul. Dan bila keluhan tubuh sehubungan dengan sakit yang dideritanya kambuh, dia pergi ke Giethoorn. Hal itulah yang membuat Yong Hwa tidak bisa mendampingi pamannya itu untuk waktu lama. Selama 5 tahun, hanya sekitar 2-3 kali mereka bertemu, hingga akhirnya tepat di tahun ke-5 ibunya menyuruh Yong Hwa untuk pergi ke Giethoorn dan meninggalkan segala kesibukannya di AS. Yong Hwa pun tidak membantah. Ternyata itu adalah pekan terakhir dirinya dapat bersama-sama dengan paman yang sangat dicintainya itu.

Yong Hwa menangis melihat kondisi Dong Gun kala itu, tapi jemari pria itu menyeka air mata Yong Hwa.
"Jangan menangis! Bila baru melihat kondisi Samchun kau sudah menangis, bagaimana kau akan tegar menghadapi persoalan yang lebih pelik dari sekedar kondisi Samchun sekarang." ujarnya dengan napas terengah.
"Mianhe, Samchun! Aku kurang memperhatikanmu. Seharusnya aku tidak pergi sejak terakhir bertemu Samchun setahun lalu." Yong Hwa amat sangat menyesal bertemu lagi pamannya itu kondisinya sudah jauh lebih parah.
"Gwenchana. Apa ibumu yang memberitahumu?"
"Eoh. Sekarang aku akan terus di samping Samchun."
"Gomowoyo."

Berbeda dengan saat ditemani keluarganya yang lain, saat Yong Hwa yang ada di sampingnya, kondisi Dong Gun membaik. Masker oksigennya dilepas, dan bisa duduk lama diluar rumah menikmati sinar matahari pagi. Yong Hwa bahagia. Semoga itu adalah pertanda baik. Dong Gun menuju kesembuhan. Dia bahkan dapat berbicara lancar tanpa diganggu sesak napas saat menyampaikan sesuatu kepadanya.
"Kau bisa mengambilkan tas di dalam kamar Samchun, Yong Hwa-ya?" pintanya.
"Tas?"
"Eoh, yang berwarna hitam."
"Nde, sebentar Samchun."
Dari dalam tas itu Dong Gun mengeluarkan selembar foto lalu diasongkan kepada Yong Hwa.
"Siapa ini?" tanya Yong Hwa menatap wajah seorang gadis di foto itu.
"Kau mau menjaganya?" Dong Gun balas bertanya membuat Yong Hwa menatap padanya.
"Nugu...?" ulang Yong Hwa.
"Seseorang yang harus kujaga namun tidak bisa. Apa kau mau menjaganya untukku?"

"Apa dia... kekasih Samchun?" terka Yong Hwa.
"Dia sepantar denganmu."
"Putrimu?"
Dong Gun menggeleng sambil tersenyum kecil.
"Bila kau bersedia menjaganya foto itu aku berikan padamu. Namun bila tidak, saat Samchun mati dan dikremasi, sertakan foto ini ke dalam peti mati Samchun."
Yong Hwa kaget. "Tolong Samchun jangan bicara ngelantur, kondisi Samchun membaik 2 hari ini." hardiknya.
"Dia sangat berarti buat Samchun, Yong Hwa-ya. Dia sudah seperti separuh diri ini. Bila kau bersedia menjaganya, Samchun akan pergi dengan tenang."
"Hentikan bicara Samchun seperti itu, jebal!"
"Apa kau bersedia menjaganya? Ini permintaan terakhir Samchun."
"Siapa dia itu?"
"Namanya Shin Hye. Lihat, dia menuliskan sendiri namanya di belakang foto itu." Dong Gun menunjuk belakang foto.

Nama Shin Hye ditulis dengan aksara Hangeul dimana diujung tulisannya itu dihiasi dengan gambar bintang dan 2 buah sayap di kiri kanan tulisan itu. Serta garis-garis tipis di atasnya seakan nama itu memancarkan sinar, laksana malaikat.
"Kau simpan foto itu, atau musnahkan bersama jasad Samchun. Jangan kau letakan di dekat tempayan abu Samchun, eoh?" lanjut Dong Gun dengan napas yang mulai menyesak lagi.
Melihat itu Yong Hwa langsung mendorong kursi roda pamannya kembali ke dalam, harus dipasang lagi masker oksigen. Jangankan untuk mendesak bertanya apa hubungan pamannya dengan gadis itu, setelah itu pamannya bahkan tidak kuat lagi bicara.

Hari berikutnya kondisi pamannya memburuk dan terus semakin buruk. Hingga akhirnya menghembuskan napasnya yang terakhir tanpa dapat lagi menambahkan informasi tentang identitas gadis di dalam foto itu. Saat jasad pamannya hendak dikremasi Yong Hwa menatap dalam-dalam foto itu dengan air matanya yang tak mau henti.
"Apa aku harus melemparmu ke dalam api bersama jasad Samchun, atau menyimpanmu?" tanyanya dalam hati. "Bila menyimpanmu artinya aku harus melakukan apa yang diperintahkan Samchun. Siapa sebenarnya kau? Mengapa Samchun menyempatkan sembuh hanya untuk menitipkanmu?" lanjut Yong Hwa dengan air mata yang tak kunjung surut.
Namun saat jasad itu akan dikremasi, Yong Hwa akhirnya meletakan foto itu di saku dalam jas hitamnya. Sambil hatinya berjanji untuk melaksanakan amanatnya itu. Menjaga gadis yang entah siapa, dimana dan bagaimana dirinya dapat menemukannya?

Sebagai baktiku untuk Samchun, aku akan mencari dia dan menjaganya seperti yang Samchun minta. Semoga Samchun tenang disana! Terima kasih untuk cintamu padaku yang tidak sempat aku balas, Samchun. Aku mencintaimu...

Bisik Yong Hwa sambil melarung abu jenazah pamannya dengan air mata yang juga tidak mau henti menetes.

Itulah janji kepada pamannya yang masih dipegangnya hingga kini. Sejak kepergian pamannya itu bukan tidak pernah Yong Hwa mencari gadis bernama Shin Hye. Tapi sangat sulit, setiap kali ia memasukan nama itu di mesin pencarian, ratusan nama Shin Hye tampil dengan berbagai marga, tempat lahir, usia, foto.... Tapi malah ingin muntah melihat begitu banyak data yang harus dipindainya. Akhirnya ia menyerahkan semua itu kepada takdir saja. Sebab hidupnya betul-betul bukan hanya untuk mencari seorang gadis. Lebih dari itu terlebih dahulu ia akan membangun kekuatan supaya dapat mencari pemilik nama Shin Hye dengan sebuah sistem. Seperti para chaebol yang mempergunakan kekuasaan serta kekayaan untuk menemukan orang.

Yong Hwa menghela napas dalam. Disaat gadis dalam bingkai foto yang tengah ia cari-cari belum dapat ditemukan, wanita misterius lain datang. Tidak ada kewajiban untuk menemukan identitas Miss Park, seperti menemukan Shin Hye. Tapi keinginan untuk menemukan siapa Miss Park jauh lebih mendesaknya. Sebab wanita itu telah mengusik harga dirinya.

Meleset dari dugaan Seo Hyun, bahwa akan mudah menemukan siapa staf SA yang telah melukai Yong Hwa dengan kata-katanya, faktanya orang itu sulit ditemukan. Para sekretaris kepala departemen tidak ada yang mengaku, sebab memang bukan mereka. Seo Hyun merasa sangat kesal karena tidak bisa menjadi pahlawan buat Yong Hwa. Justru di hari kesekian disaat dirinya masih belum menemukan pelaku, Yong Hwa datang ke SA untuk menemui orang yang telah ia lukai itu.
Seo Hyun tidak sengaja menemukan Yong Hwa di front office sedang membungkuk dalam kepada petugas disana. Segera ia menghampirinya.

"Apa yang sedang kau lakukan? Apa kau tidak tahu siapa tamu ini? Beliau adalah wakil direktur BS." semprotnya kepada petugas front office yang rautnya tampak tidak enak dengan yang sedang Yong Hwa lakukan kepadanya, yaitu membungkuk.
"Saya tahu beliau wakil direktur BS, mohon jangan lakukan, Tuan. Saya sudah memaafkan Anda jauh sebelum ini. Maafkan saya yang tidak sengaja bermulut besar, saya tidak nyana hal itu akan mempengaruhi penilaian Sajang-nim terhadap proposal Anda." tepis staf itu.
"Mworagu...? Jadi kau yang telah mengadu kepada wani... ani, sajang-nim, bahwa perkataan Jung Pujang-nim melukai hatimu?" pelotot Seo Hyun.
"Aku tidak mengadu, Biseo-nim. Aku hanya bilang..."
"Terima kasih karena Tuan telah memaafkanku. Aku merasa lega. Dan ijinkan sekarang aku akan menemui lagi Sajang-nim." Yong Hwa sama sekali tidak mempedulikan Seo Hyun yang marah kepada staf itu.
"Saya akan mengantar Anda, Pujang-nim. Akan saya jelaskan bahwa saya sudah memaafkan Anda kepada Sajang-nim." staf itu siap mengantar Yong Hwa ke ruangan dirut. Juga tanpa mempedulikan Seo Hyun.

TBC

Tadinya hari ini ku tak kan publish, WFH t'nyata unpredictable... Tiba2 hrs kerjain ini itu dgn tim yg disana sini...

Yes, inilah indahnya WFH!😊😷

Slmt lanjutin baca walau telat up...

The Face Behind The MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang