23 ( Clue yg Terpecahkan )

449 118 10
                                    

Malam itu baik Shin Hye atau Yong Hwa sama-sama tidak dapat memejamkan mata. Keduanya seperti sedang tertidur pulas lantas bermimpi. Apa yang mereka alami itu sungguh seperti mimpi. Tapi subuh menjelang pagi baru Shin Hye dapat terpejam. Ia membuka mata saat matahari sudah tinggi. Tidak ada yang berani membangunkan, kakeknya hanya bertanya jam berapa Shin Hye pulang semalam. Ketika diberitahu Shin Hye pulang dini hari, dia tidak ribut lagi.

Shin Hye seperti yang mengingat-ingat kejadian semalam nyata atau mimpi ketika bangun dan sekian lamanya hanya duduk di tepi pembaringan. Tapi kemudian dengan tergesa ia meraih smartphone. Ia men-tap nomor kontak Sekretaris Choi. Ia meminta tangan kanannya itu untuk datang ke rumah saat itu juga.
"Ada hal sangat penting yang ingin kuberitahukan kepada Ajhussi. Tolong Ajhussi datang ke rumah sekarang juga." pintanya.
"Sekarang, Sajang-nim?"
"Nde, sekarang juga Ajhussi!"
"Aguesmidha."

Kepada Choi Ajhussi Shin Hye menceritakan semuanya yang terjadi semalam. Yang tak pelak hal itu membuat pria kepercayaannya itu menganga kaget. Dia pun merasa bersalah telah teledor meninggalkan Shin Hye sendirian. Tanpa perlindungan. Seharusnya dia mensiagakan ke-4 bodyguard itu di sekitar Shin Hye bila dirinya akan meninggalkannya seperti semalam. Karena malam hari kantor sepi siapa pun bisa berubah mengancam keselamatan jiwa direktur utama itu. Sekretaris Choi benar-benar menyesal karena lalai menjaga majikannya.

"Mohon maaf, Sajang-nim! Mohon maaf sekali untuk kejadian semalam! Yang hampir mencelakai Anda." dia sampai berdiri dan membungkuk dalam menyatakan penyesalannya itu.
"Lupakan, Ajhussi! Aku tidak ingin suasana kantor jadi panik. Anggap tidak terjadi apa-apa. Tapi beberapa hal harus kita lakukan. Pertama, Ajhussi lakukan penyisiran alat sadap di seluruh ruanganku. Panggil ahli dan jangan ribut! Begitu juga dengan mobilku, tolong periksa. Kemudian Ajhussi rumahkan ajhussi sopir dan ke-4 pengawalku semalam. Ajhussi tolong cari orang baru untuk menggantinya. Seo Hyun juga harus kita keluarkan dari kantor, tapi jangan sekarang. Beberapa file penting kita sudah dicuri, begitu pula dokumen rahasia perusahaan salinannya atau mungkin fotonya sudah bocor. Ajhussi tolong perketat pengawasan terhadap Jae Won Samchun. Tapi kita harus diam-diam melakukannya, Ajhussi!" Shin Hye menyampaikan rencananya.

"Untuk beberapa hari mungkin aku tidak akan datang ke kantor. Tolong Ajhussi bereskan semua itu."
"Ada yang akan Sajang-nim lakukan?" tatap Sekretaris Choi.
"Nde. Aku akan bertemu dengan Tn Jung dari BS. Banyak hal yang perlu kami bicarakan rentang masalah pribadi kami, meski demikian masalah kami tersebut berkaitan dengan perusahaan. Mulai sekarang tolong Ajhussi pun hati-hati dengan orang-orang di kantor. Sebagian dari mereka pasti orang yang ingin menggulingkanku. Kita tidak bisa tenang-tenang lagi, Ajhussi." peringat Shin Hye keras.
"Nde, aguesmidha Sajang-nim."

"Pihak lawan sekarang sedang menyusun rencana dan kekuatan untuk menggulingkanku. Dan kita harus bertahan. Oleh sebab itu kita jangan lengah. Setelah urusanku dengan Tn Jung selesai, aku akan segera mendepak Seo Hyun. Jadi sebelum itu tolong Ajhussi awasi dia dengan ketat namun jangan mencurigakan."
"Nde, aguesmidha."
"Selebihnya aku serahkan kepada Ajhussi apa yang sebaiknya dilakukan."
"Nde."
"Ajhussi sekarang boleh pergi. Ingat jangan ada yang boleh tahu tentang kejadian semalam!"
"Ye, akan Ajhussi perhatikan." bungkuk pria itu.
"Kamshahamnidha, Ajhussi."

Hari itu Yong Hwa pun bangun kesiangan. Begitu membuka mata ia langsung memeriksa smartphone, siapa tahu Shin Hye menghubunginya. Namun tidak. Artinya semuanya aman. Tidak segera turun dari tempat tidur, beberapa jenak ia pun hanya duduk mengingat kejadian semalam. Tapi lalu ia melangkah dari tempat tidur. Mencari foto Shin Hye. Ia ingin membandingkan foto itu dengan wajah aslinya yang ia lihat semalam. Astaga! Mereka pasti orang yang sama. Bulat mata itu, bentuk hidung dan bibir serta yang paling khas adalah belahan dagu, semuanya sama.
"Ah, semua ini sungguh gila, Samchun. Bagaimana semua ini bisa terjadi?" gumam Yong Hwa seraya menjatuhkan pantat di sofa. Lantas ditatapnya pula bagian belakang foto itu yang terdapat nama Shin Hye dengan aksara hangul. Dengan hiasan 2 sayap dikiri kanannya dan cahaya memancar.

Semua itu rupanya memiliki makna. Sayap itu adalah sayap Malaikat yang bermakna Angel. Dan cahaya itu dimaksudkan light dari starlight Angel, nama perusahaan dimana kakek Shin Hye pemiliknya. Di kemudian hari, yakni tepatnya saat ini, Miss Park atau Angel Park yang memimpin perusahaan itu. Astaga! Jika saja dirinya jeli, semua itu sebenarnya berkaitan. Dan akan menjawab teka-tekinya selama ini tentang Shin Hye. Dimana nama Shin Hye diapit oleh 2 sayap Malaikat itu sama dengan logo SA Group. Tulisan SA Group diapit oleh 2 sayap dan sinar memancar dari tubuhnya. Yong Hwa memukul kepalanya saat menyadari persamaan itu. Padahal itu petunjuk yang sangat jelas. Ditambah dengan nama Miss Park yang bila di dalam dokumen menjadi Angel Park. Semuanya itu clue.

"Aku bodoh, Samchun. Sangat, sangat bodoh! Seperti kata Abeoji semalam, aku ini bodoh. Seharusnya aku menyadari ini sejak aku mengenal Miss Park. Angel Park." gumam Yong Hwa lagi gemas.
"Lalu siapa dia itu? Mengapa hanya Samchun yang melindunginya setengah mati? Bahkan pamannya saja ingin menggulingkannya. Apakah dia orang yang kau cintai?" tanya Yong Hwa memejamkan mata lalu menjatuhkan kepala ke sandaran sofa.

Tiba-tiba suara smartphone-nya berbunyi. Nama Miss Park tampil sebagai id call. Segera ia menyahutinya.
"Yobseyo."
"Selamat siang, Tn Jung. Apa aku mengganggu?" suara Shin Hye.
"Park Sajang-nim. Aniyo. Aku baru saja bangun. Apa Anda baik-baik saja?"
"Eoh, sangat baik. Taengitha, berkat pertolonganmu semalam. Apa kau masih butuh waktu untuk beristirahat?"
"Ani, sudah cukup. Aku siap untuk beraktifitas lagi."
"Apa Tn Jung akan pergi ke kantor?"
"Awalnya, tapi bila Sajang-nim membutuhkanku, aku bisa mangkir dari kantor. Sebab mereka benar-benar menungguku melakukan lobi kepada Anda supaya lekas mengucurkan dana untuk proyekku itu."

Shin Hye menguakan senyum.
"Nde, itu akan segera kulakukan tapi setelah kita bicara. Kau bilang siap kapan pun untuk bicara denganku?"
"Eoh, sangat siap."
"Apa sekarang pun bisa?"
"Keuroum."
"Dimana kita sebaiknya bicara? Apa kau punya tempat yang bisa  direkomendasikan?"
"Sebuah kedai bubur di Ilsan apa tidak masalah?"
"Ye."
"Kalau begitu tunggu sekitar 30 menit aku akan jemput Anda."
"Kau akan menjemputku?" Shin Hye mengernyit, padahal Yong Hwa bisa menyebutkan saja tempatnya dimana.
"Ya, sebaiknya kita berkendara bersama. Aku masih khawatir dengan keamanan mobil Anda."
"Baiklah kalau begitu. Aku menunggumu di rumah."
"Geurae."
Shin Hye setuju saja. Padahal mobil miliknya itu bukan hanya 1. Ia punya berderet di garasinya. Baik yang berplat SA atau berplat pribadi.

Kondisi Shin Hye tampak sangat baik kala bertemu lagi dengan Yong Hwa siang itu. Dan yang penting Shin Hye menanggalkan topengnya untuk pergi dengannya. Dia tidak menyembunyikan lagi wajahnya.
"Apa tidak ada yang Sajang-nim lupakan?" tanya Yong Hwa sebelum mempersilakan Shin Hye menaiki mobilnya.
"Mwoga?"
Yong Hwa membuat gerakan menyapukan telapak tangan ke wajah.
Shin Hye mengurai senyum. "Ini aku sebagai pribadi. Tidak masalah. Sebab aku tidak membawa nama SA dipundakku." kilahnya.

"Begitu?"
"Eoh."
"Baiklah, mari kita berangkat!" Yong Hwa melajukan mobilnya. Dia bertanya lagi setelah jauh meninggalkan rumah.
"Semalam apa bisa beristirahat dengan baik?"
"Eoh, aku tidur dengan nyenyak meski sebelumnya banyak ketakutan." tukas Shin Hye.
"Sekarang tidak takut lagi?"
"Aniyo. Bila aku terus memelihara rasa takutku, kupastikan aku tidak akan bisa apa-apa. Yang penting aku sudah melakukan langkah proteksi yang dibutuhkan. Selanjutnya aku serahkan keselamatanku ini kepada Yang Maha Menjaga~Tuhan." Shin Hye menjawab diplomatis.
"Joa. Sebaiknya memang demikian."

"Terima kasih Tn Jung sudah menyempatkan waktu untukku."
"Bukan hanya untuk Sajang-nim, tapi untukku juga. Sudah aku katakan semalam, aku pun memiliki hal yang ingin kutanyakan kepada Anda."
"Geurae?"
"Nde."
"Baiklah."
Keduanya lantas saling diam, menunggu sampai tiba di tempat tujuan.

TBC

The Face Behind The MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang