22 ( Sebuah Jawaban )

431 107 12
                                    

Yong Hwa mendapatkan sekitar 6 alat sadap yang ditemukan di bawah meja kerja Shin Hye, belakang lukisan, pada Sofa yang biasa diduduki Shin Hye. Meja komputer, filling cabinet dan 1 lagi yang tidak diduga sama sekali dipasang di dekat pintu kamar kerja Shin Hye. Yong Hwa lantas mengumpulkan benda sebesar kancing baju itu di atas meja. Shin Hye yang sedang menangis mengusap matanya.
"Aku hanya bisa menemukan ini. Besok sebaiknya Sajang-nim suruh orang untuk menyisir seluruh tempat di ruangan ini." perintahnya.
Shin Hye menjawabnya dengan air matanya yang menderas lagi berjatuhan.
"Gwenchana?" tanya Yong Hwa.
Shin Hye malah tampak semakin sulit menghentikan tangisnya.

Yong Hwa akhirnya mendekati duduk di sebelahnya. Ada yang ingin dipertanyakannya, yaitu : apa hubungan Shin Hye dengan pamannya. Atau benar kenalkah Shin Hye dengan seorang ajhussi bernama Jang Dong Gun? Tapi situasinya tidak pas baginya untuk bertanya tentang apapun walau sangat penasaran. Ditambah malam yang semakin merambat naik. Disamping itu ia pun mengerti apa yang membuat tangis Shin Hye tiba-tiba meledak justru setelah dirinya selamat, adalah ekspresi lega dan takut yang dirasakannya bersamaan.
"Sebaiknya Sajang-nim pulang. Sudah sangat larut." ucapnya.
Shin Hye tampak ingin menghentikan tangisnya tapi sulit.

Beberapa saat Yong Hwa membiarkannya, sedang benaknya ingat dengan pesan terakhir mendiang pamannya, bahwa dirinya harus melindungi gadis bernama Shin Hye. Terjawab sekarang menjaga dan melindunginya dari apa? Rupanya gadis yang dititipkan kepadanya itu bukan gadis sembarangan, melainkan seorang pimpinan tertinggi sebuah perusahaan besar. Yang 5 tahun terakhir menjadi sorotan publik karena begitu penuh intrik. Perebutan kekuasaan yang dipertontonkan para pewarisnya ke muka publik. Merosotnya produksi membuat perusahaan besar itu hampir-hampir bangkrut.

Namun kehadiran gadis yang tidak diketahui rimbanya itu mampu membalikan keadaan. Dengan penampilannya yang extraordinary plus kebijakannya yang seakan tanpa hati. Tidak aneh mengakibatkan banyak lahir musuh yang ingin menghabisinya. Dan malam itu Yong Hwa menjadi saksi atas serangan untuk menjatuhkannya, disaat tidak ada seorang pun di sisinya. Bahkan ke-4 pengawal pribadi yang selalu ada di sekitarnya tidak tahu apa-apa. Andai saja para penyusup itu memergoki Shin Hye sendirian, tanpa ada seorang pun disampingnya, ceritanya pasti berbeda. Mereka bisa berubah beringas dan sangat bisa melukai Shin Hye dengan kemarahan yang memenuhi kepala mereka selama ini terhadap direktur utama itu.

Kuduk Yong Hwa meruap membayangkan keesokan harinya berita kematian Shin Hye menjadi headline di televisi dan media sosial. Segera saja ia berdiri diambilnya tangan Shin Hye.
"Ayo kita pulang!" ajaknya.
Shin Hye mengusap matanya seraya turut berdiri. Setelah mematikan lampu Yong Hwa menuntun Shin Hye meninggalkan ruangan itu lurus ke lift. Masih tetap menuntun ia membawanya ke basement. Ke-4 pengawal pribadi Shin Hye serta sopir masa bodoh sebab tidak mengenali Shin Hye yang tanpa penutup wajah, tapi kala melihatnya menghampiri mobilnya, baru mereka mudeng. Lalu serempak menghampiri untuk mengawalnya pulang dengan menaiki mobil pengawal dan 1 orang lekas membukakan pintu mobil Shin Hye.

Tapi Yong Hwa merasa ragu untuk membiarkan Shin Hye menaiki mobilnya itu. Barangkali Seo Hyun dan kawanannya, atau bahkan pamannya yang disebutkan Seo Hyun tadi telah melakukan sesuatu kepada sopir pribadinya. Bila ke-4 bodyguard-nya saja meloloskan mereka.
"Mm, ani. Aku akan membawa Sajang-nim di dalam mobilku saja bersamaku. Aku akan mengantarnya ke rumah dengan selamat." putus Yong Hwa menuntun lagi Shin Hye ke arah mobilnya.
Shin Hye tidak menolak, ia mengikutinya dengan patuh membuat ke-4 bodyguard dan sopir tidak ada yang membantah. Mereka hanya membungkuk.

Yong Hwa mempersilakan Shin Hye menaiki mobilnya.
"Aku merasa tidak tenang membiarkan Sajang-nim bersama mereka." ucapnya memberi alasan.
Shin Hye tidak membantah menaiki mobil Yong Hwa. Hatinya sendiri pun merasa hal yang sama. Lebih tenang berkendara bersamanya.
Yong Hwa kemudian melajukan mobilnya lebih dulu meninggalkan basement, diikuti 2 mobil hitam di belakang mengawalnya. Selama di dalam mobil keduanya saling diam. Shin Hye dengan berbagai kecamuk di kepalanya membuat bibirnya sulit untuk bicara. Sedang Yong Hwa juga ngeri sendiri dengan kejadian yang baru lalu.

Lantas bagaimana ceritanya, pamannya~Jang Dong Gun bisa menjadi guardian angel bagi gadis yang kehidupannya sangat tidak aman ini? Bagaimana awal keterlibatannya? Hingga di akhir hayatnya hanya gadis ini yang sangat dikhawatirkannya lebih dari apapun.
"Mianhe, aku jadi sangat merepotkan." setelah sekian lama saling bisu, terdengar Shin Hye bersuara.
"Aniyo, gwenchana. Aku tidak membiarkan Sajang-nim bersama sopir, khawatir mereka pun meletakan sesuatu di dalam mobil itu. Jadi besok pastikan Sajang-nim memeriksa juga keamanan mobil itu sebelum dipergunakan lagi." pesannya.
"Ye, kamsahamnidha."
"Ada banyak yang ingin kubicarakan diluar proyek ataupun kerjasama perusahaan, tapi tentu saja bukan malam ini. Bila Sajang-nim sudah merasa lebih tenang, aku minta waktu untuk berbicara." pinta Yong Hwa.
"Eoh. Begitu pula aku banyak yang ingin kutanyakan padamu. Tentang proyekmu dan kerjasama perusahaan jangan dibahas lagi. Tidak ada perubahan. Besok bila aku sudah merasa lebih tenang aku akan segera menghubungimu, Jung-ssi."
"Baik, aku menunggu, Sajang-nim."

Setelah itu keduanya sama-sama diam lagi. Berceloteh dengan benak masing-masing. Tapi baik Yong Hwa atau pun Shin Hye merasa lega. Yong Hwa merasa pencariannya terhadap seorang gadis berakhir meski tugas untuk melaksanakan amanah pamannya belum tentu dapat dipenuhinya. Sedangkan Shin Hye belum tahu siapa Yong Hwa? Mengapa mengenali namanya? Tapi hati kecilnya merasa pria ini berasal dari masa lalunya, sebab mengetahui namanya. Bila benar dugaannya kehadirannya itu memberikan harapan tinggi. Semoga pria ini jembatan untuk menemukan orang yang setengah mati sedang dicari-carinya, yang seakan tiada akhir. Yong Hwa adalah harapan baru untuk menemukan Jang Dong Gun. Nanti setelah diketahui rimbanya, ia bersiap melepaskan jabatan dan SA dari pundaknya.

Atas petunjuknya, Yong Hwa tiba di rumah besar keluarga SA. Kediaman Shin Hye sejak menjabat dirut SA. Shin Hye turun dari mobil Yong Hwa dengan berat hati. Entah kenapa ia yang biasanya sangat berani, tidak takut apa pun, saat itu nyalinya ciut. Dan bersama Yong Hwa merasa aman. Jika berani, mungkin ia akan meminta Yong Hwa untuk pula menemaninya di rumah. Tapi tentu saja tidak ada keberanian itu.
Anehnya Yong Hwa pun merasakan hal yang sama. Ia menjadi khawatir walau mengantarkan Shin Hye ke rumahnya sendiri. Apakah dia benar-benar aman di dalam rumahnya itu? Yong Hwa menatap wajah Shin Hye yang tampak enggan berpisah dengannya.

"Masuklah! Sudah sangat larut, Sajang-nim harus istirahat." ucapnya.
"Apa semuanya akan aman?" ringis Shin Hye menyuarakan kecemasan di hatinya.
"Nde. Jika ragu tidur di kamar yang lain saja. Atau suruh ajhumma menemani tidur di kamar Sajang-nim. Bila ada apa-apa lekas hubungi aku. Nomor kontakku, yang terakhir menghubungi Sajang-nim hari ini." pesan Yong Hwa meyakinkannya. "Jangan minta tolong kepada para bodyguard itu!" Yong Hwa menunjuk ke-4 pria di belakang dgn dagunya yang digerakan sedikit ke arah mereka.
"Nde, kamsahamnidha, Jung Yong Hwa-ssi! Terima kasih untuk semuanya malam ini." Shin Hye mengangguk tipis.
"Aniya. Itu sungguh bukan apa-apa. Selamat malam, Sajang-nim. Selamat beristirahat. Semoga Anda dapat beristirahat dengan baik malam ini." Yong Hwa membalas anggukan tipis Shin Hye dengan anggukan serupa.
"Eoh, selamat malam. Sampai jumpa!" baru Shin Hye melangkah menuju pintu gerbang yang dibuka lebar oleh security yang berjaga di rumahnya.

Yong Hwa masih berdiri menatap Shin Hye berlalu memasuki rumahnya. Setelah sosoknya hilang dibalik pintu rumah besar itu, baru ia menaiki mobilnya lagi. Ke-4 pria bertubuh gempal, security dan sopir serempak membungkuk saat mobilnya melaju meninggalkan rumah besar SA. Baru mereka memasuki pelataran parkir dan merapatkan kembali pintu gerbang.

TBC

The Face Behind The MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang