Sechzehn (16)

20 5 0
                                    

Saat aku masih kecil, mungkin sekitar umur 9 tahun, aku sudah senang menulis. Kala itu aku suka menulis cerpen. Aku menulisnya di selembar kertas dengan pensil. Aku sudah lupa sebagian besar cerita ku saat itu tentang apa. Sepertinya tak jauh dari konflik di sekolah.

Dan beranjak SMP, aku menulis di sebuah buku kosong. Buku yang sengaja kusediakan untuk ceritaku, bukan untuk pelajaran sekolah. Buku itu bahkan sampai kusampul kertas kado, lalu dibungkus plastik. Tak lupa kuberi label nama dan kutulis judul ceritanya. The Rainbow Friendship. Teman-teman di SMP ku pasti sudah tidak asing lagi dengan bukunya.

Kutulis sampai 3 seri buku. Dan, semuanya tulis tangan. Kalau dipikir-pikir, aku tak menyangka bisa kuat menulis buku-buku itu. Di dalamnya bercerita tentang sekumpulan sahabat yang mengalami petualangan hebat. Di buku pertama, mereka bertualang di sebuah hutan belantara yang terdapat pensil ajaib. Di buku kedua, mereka pergi ke Jepang untuk mendatangi festival dan mengalami kejadian horror saat menginap di hotelnya. Lalu di buku ketiga, masih berbau misteri, sekolah mereka mengadakan study tour dan menginap di penginapan yang ternyata menyimpan masa lalu kelam. Sayangnya, buku ketiga itu belum selesai kutulis. Dan sayangnya lagi, buku itu kini sudah hilang. Ntah lah ada dimana. Karena buku itu sering berpindah tangan, aku jadi tidak tahu siapa yang terakhir membacanya. Hanya tersisa buku pertama, namun sekarang setelah kucari-cari, buku itu juga sudah tidak ada.

Sedih harus kehilangan buku-buku itu. Tapi tak apa, aku masih bisa menulis lagi. Dan kali ini, tidak perlu menulis manual di atas buku, tapi cukup kuketik saja di handphone. Atau jika sudah rejekinya, akan kuketik di laptop. Zaman sudah berkembang sangat pesat. Disaat dulu orang hanya bisa menuliskan isi kepalanya lewat pena, kini mereka bisa dengan mudah mengetiknya dan mudah disebarluaskan.

Sehingga.. jika aku hanya diberi kesempatan untuk menulis satu buku di hidup ini, maka aku ingin menulis kembali semua buku yang hilang. Buku fiksi yang menceritakan tentang petualangan sahabat, dan tokohnya kuambil dari sahabat ku sendiri di dunia nyata. Aku ingin menuliskan itu.

Selamat berkarya!^^ apapun keahlianmu, berkaryalah. Jika kamu belum menemukannya, maka sudah kewajibanmu untuk mencarinya. Barangkali, sebenarnya mereka tak perlu dicari. Mereka sudah ada. Hanya saja kita yang kurang peka, atau tanpa sengaja membiarkan keahlian itu hilang karena malas menggalinya. Yuk, semangat!

#writefromhome
#day13

ein SchreibenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang