34. Ujian nasional

2.2K 147 3
                                    

Vote dan komennya jangan lupa ya 😊❤

Follow juga akun aku untuk mengetahui ceritaku yang lainnya ✨

Dan komen tanggal berapa kalian membaca cerita ini, contoh: Minggu, 05, April 2020

***

"Mencintaimu hari ini lebih baik dari hari kemarin, tapi hari esoknya tentunya akan menjadi lebih dan lebih lagi. Aku akan menyimpannya, tepat di jantung penantianku."

-Adelyn Gioona Bella-

Jangan lupa spam komentar yang banyak ya ❤
Part ini cukup panjang jangan pernah bosan ya 💬

Adelyn mengambil papan jalan biru polos miliknya, ia mencepol rambutnya asal. Dan menenteng tote bag biru langit.

"Selamat pagi pacar, udah siap kan?" Adelyn terkekeh pelan. Memegang erat punggung Arkan agar memudahkan ia menaiki motor besarnya.

"Sapaan pagi dulu dong," Arkan menaik turunkan alisnya. Bermaksud untuk meledeki Adelyn di pagi hari.

"Selamat pagi Arkan, sayang buruan jalannya ya. Biar kita gak telat, mau ujian loh" Adelyn memasang wajah secantik mungkin. Sambil menampilkan senyuman paling manis khas dirinya.

"Siap madam! motor mari kita jalan." Arkan menacapkan gasnya di kecepatan rata rata, ia bahkan membiarkan ucapan kekasihnya itu yang menyumpah serapahi dirinya. Karena laju motornya yang ugal ugalan.

"Lo mau mati di jalan! kalau gue sih masih mau idup. Jangan ngajak mati barengan dong!" teriak Adelyn dengan kencang. Roknya susah payah ia tutupi karena terkena angin pagi yang aduhai kencangnya.

Membuat roknya tersikap sedikit, untungnya Adelyn selalu memakai celana pendek. Apa kata dunia jika wanita ke sekolah hanya memakai celana dalam saja, kan gak lucu. Kalau roknya berkibar kibar layaknya bendera merah putih, itu suatu keuntungan bagi para cowok cowok yang haus akan belaian para wanita.

"Kalau mati sama kamu gak papalah!" teriak Arkan sambil meninggikan suaranya tak kalah kencang dengan sang kekasihnya itu.

Arkan menyalip beberapa mobil, bahkan nekat menerobos lampu merah dengan alasan masih sepi tidak ada kendaraan yang melaju.

Arkan semakin menancapkan gas motornya, saat melihat gerbang SMA garuda bangsa yang semakin tertutup.

Dengan lihai akan kemampuan berkendara, layaknya Rossi pembalap motor. Arkan tak segan segan menekan tombol klakson motonya itu.

Tin..
Tin..

"Pak pak! tunggu jangan di tutup dulu!" Arkan menyalakan lampu depannya. Membuat pak satpamnya sedikit terkena silauan dari motor ninja milik Arkan.

"Ya ampun Ar!, kamu ini udah mau lulus juga masih aka telat." pak Wanto selaku satpam kesayangan Arkan itu hanya bisa berdecak sebal sambil memundurkan pagar sekolahan.

"Makasih pak Wanto, nanti abang Arkan traktir makan minum!" teriak Arkan keras. Pak Wanto menggelengkan kepalanya takjub dengan salah satu murid kesayangannya.

***

Adelyn menatap jam bulat yang menempel di depan kelas. Dua belas menit lagi bel berbunyi, dan dia belum mengerjakan lima soal terakhirnya. Bisa saja sebenarnya ia mengandalkan tang ting tung, berhitung dengan jawaban pilihannya. atau dengan cara menghitung kancing baju. Dan langsung menulis jawabannya.

ADELYN & ARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang