part 19

189 22 0
                                    

One Litre Of Tears
-
-
“siapa kau? Kenapa kau tidak sopan mengangkat telpon orang lain” Taeyong mulai tersulut emosi, pasalnya ia tidak mengetahui siapa yang sedang berbicara dengannya, ia tidak mengenalnya sama sekali tapi beraninya dia berbicara tidak sopan pada orang yang tidak di kenal

“aku perawatnya, aku mengetahui setiap kondisinya, dan aku memiliki hak penuh untuk mengatur apa yang Ten lakukan karena aku sudah memiliki izin atas itu dari keluarganya. Jangan membuat Ten dalam bahaya, aku sering mendengarmu menelpon Ten malam-malam, apa kau tidak berpikir bahaya seperti apa yang akan menyerang Ten jika ia tidak cukup istirahat. Ku harap kau menggunakan otakmu, untuk memikirkan keadaan Ten.” Johny menutup telponnya, tak tau kenapa setiap ia melihat nama Taeyong di ponsel Ten ia mendadak emosi.
-
-
“apa-apaan orang ini” rutuk Taeyong sambil menatap kesal ponselnya ‘apa aku mengganggu waktu istirahat Ten?’ batin Taeyong
-
-
Lee Taeyong, kini lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan. Ia seakan tidak tertarik saat teman-temannya mengajak bermain, saat ini ia terfokus pada buku-buku medis. Dihari libur, ia juga mengunjungi perpustakaan kota dan menghabiskan hari liburnya di sana, seperti saat ini.....

“boleh aku duduk di sini?” tanya seseorang sambil menggeser kursi di sebelah Taeyong

“silahkan” Taeyong menjawab sambil masih terfokus pada buku yang dibancanya

“yak! Kau sibuk sekali” seketika Taeyong menolehkan kepalanya pada seseorang yang bicara tidak sopan padanya

“Jaemin!” Taeyong terkejut, ternyata Jaemin yang duduk di sampingnya

“ku pikir kau tidak suka belajar” Jaemin menatap Taeyong

“kau sedang apa di sini?” pertanyaan bodoh Taeyong lontarkan dari bibirnya

“kau bodoh? Kau pikir aku sedang apa jika ada di perpustakaan” Jaemin kembali membuka buku yang tadi ia baca

“EO..... bukankah itu buku medis?” Taeyong menunjuk buku yang sedang di baca Jaemin

“emmp, aku berjanji pada Ten hyung bahwa aku akan meneruskan cita-citanya menjadi seorang dokter” jawab Jaemin yang terlihat sibuk menulis, Taeyong sedikit memperhatikan apa yang di tulis Jaemin dan ternyata Jaemin sedal mengerjakan latihan soal

“ini, ini, dan ini jawabannya salah” tiba-tiba Taeyong ingin membantu Jaemin

“benarkah, bisa tolong jelaskan” Taeyong akhirnya mengangguk. Taeyong bukan orang bodoh, ia cukup pintar dalam hal belajar, sebenarnya ia memiliki basic dalam bidang medis.
Setelah sepanjang hari berada di perpustakaan bersama Jaemin, Taeyong mengajak Jaemin untuk makan dan Jaemin menyanggupinya
Kini mereka berada di sebuah kedai jangmyeon, mereka tertawa dan bercanda seharian ini

“hyung, apa kau pernah mengunjungi Ten hyung?” tanya Jaemin, namun gelengan kepala yang Jaemin dapatkan

“kau jahat sekali hyung” helaan nafas kecewa keluar dari Jaemin

“Ten melarangku mengunjunginya, satu saat aku pergi untuk mengunjunginya tanpa memberi taunya terlebih dahulu, tapi dia tidak mau menemuiku dan beberapa hari setelah itu dia menolak semua telpon dan tidak membaca pesanku” jelas Taeyong

“aku minta maaf atas namanya hyung” Jaemin menunduk menyesal

“wae? Kenapa harus minta maaf, tak ada yang salah” Taeyong terkekeh mengusak rambut Jaemin

“oh ya seperti apa perawat Ten?” Taeyong benar-benar penasaran dengan orang yang memarahinya tempo hari

“ah johny hyung, dia baik, dia merawat Ten hyung dengan sangat baik. Dia pria kelahiran Kanada yang memiliki tinggi di atas rata-rata, dia tampan, dia sangat baik padaku... aaaah bahkan dia rela menggendong Ten hyung kalau dia kelelahan juga....”

“YAK! Itu memang tugasnya harus seperti itu tidak ada yang istimewa, dia hanya melakukan tugasnya. Dan memangnya dia memberimu apa hingga kau menyebutnya baik? Yak setelah ini aku akan mengantarkanmu pulang, apa ada sesuatu yang kau butuhkan? Aaaah aku akan membantumu belajar setiap hari jika kau mau” Jaemin menatap Taeyong tak percaya

“hahahaha apa kau ingin terlihat baik juga di hadapanku? Tenang hyung, aku merestuimu” Jaemin cengengesan sambil menyantap pesanannya

“eeeeiiiy.... apa yang kau bicarakan, ayo makan, makan yang banyak ya Jaeminieeee” Taeyong menepuk-nepuk kepala Jaemin dan itu membuat Jaemin kembali terkekeh

“saat aku mengunjunginya terakhir kali, semangatnya tidak seperti biasanya, aku membayangkan apakah ia terlalu memaksakan dirinya di sana” ucapan Jaemin membuat Taeyong membeku
-
-
Taeyong House

“hallo” Ten tersenyum cerah saat menerima telpon

“aku bertemu Jaemin di perpustakaan kota, ia sangat rajin belajar dan itu membuatku teringat padamu, apa kau baik-baik saja?” Tanya Taeyong

“aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?” Ten bertelepon sambil membaringkan dirinya di ranjang dan tentunya Johny ada di sana

“aku baik-baik saja”

“bagaimana dengan sekolah?” Ten sedikit penasaran dengan keadaan sekolahnya dulu

“kami sedang bersiap untuk festival budaya, apa Doyoung sering menghubungimu?”

“emmp, dia selalu menghubungiku. Aaaaah aku ingin bertemu dengannya” Johny diam-diam memperhatikan setiap ekspresi yang dikeluarkan wajah Ten

“apa kau sibuk akhir pekan ini?”

“tidak” Ten sedikit penasaran apa yang akan Taeyong katakan selanjutnya

“aku akan ke seaworld, kau mau ikut?”

“aku harus bertanya pada orang tuaku terlebih dahulu”

“baiklah, jangan terlalu memaksakan diri Ten” setelah percakapan itu akhirnya Ten menutup Telpon

“kau mau kencan? Dia pacarmu?” tanya Johny

“haha bukan, dia hanya teman SMA ku” Ten menjawab sambil tersenyum malu dan itu cukup membuat Johny kesal
-
-
Tiba-tiba ayah Taeyong masuk ke kamar Taeyong dan mengambil formulir penentuan universitas

“kau belum memutuskan?” tanyanya

“belum” Taeyong tetap memasang muka datar jika berhadapan dengan sang ayah

“haaaaah, kau boleh memilih jalanmu sendiri, kau boleh tidak mengikuti keinginanku” Taeyong kaget mendengar penuturan ayahnya ia mulai menatap ayahnya serius

“tapi..... Ten, adalah permasalahan yang berbeda” lanjutnya

“apa ayah menyuruhku jangan masuk ke kehidupan orang cacat?” Taeyong langsung tersulut emosi

“bukan begitu....”

“aku bertanya padamu apakah kau siap mental jika bersamanya? Kau menyukainya? Apa kau mampu berada disisinya selamanya, apapun yang terjadi?” lanjut sang ayah

“janji? Itu.... kami....”

“hanya teman? Tapi kau mau apa jika kondisinya lebih buruk? Bahkan keluarganya akan merasa lelah, ini bukan situasi yang sederhana, kau bisa bersenang-senang sekarang tapi jangan terus berfikir kekanak-kanakan, pikirkan dengan serius” tuan Lee langsung beranjak keluar setelah melihat ekspresi bingung tercetak jelas di wajah anak satu-satunya itu
-
-
TBC

1 Litre Of Tears | TaetenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang