Part 18

189 24 2
                                    

One Litre Of Tears

-

-

"apa Doyoung merindukanku?" tanya Ten yang masih bertelepon dengan Taeyong

"eeeey dia bahkan tidak membicarakanmu sedikitpun" Taeyong berkata seenaknya

"oh begitu" terdengar nada kecewa dari Ten

"hahaha kau ini, semua orang membicarakanmu.... aku malah lebih pusing dengan ocehan si kelinci temanmu itu" Taeyong tertawa terbahak-bahak ia tidak menyadari bahwa ayahnya sudah berdiri di pintu kamarnya, akhirnya sang ayah menutup kembali pintu kamar Taeyong dengan raut wajah masam

-

-

Ten kini bersiap untuk tidur, setelah mandi ia perlahan menaiki ranjangnya dan mulai berbaring untuk beristirahat. Hari ini ia merasa kalau kakinya semakin kaku, dan susah sekali untuk berjalan, maka dari itu sepanjang hari ia lebih banyak menggunakan kursi rodanya.

'sejujurnya, aku tidak merasa sekolah di sekolah penyandang cacat. Eomma, Appa, Jaeminie..... aku akan terus berjuang' batin Ten

-

-

2 bulan kemudian

Yesung kini telah berada di rumah sakit untuk berkonsultasi dengan dr. Zhang

"sudah 2 bulan berlalu, Ten sepertinya sudah mulai menyesuaikan diri, saya sangat lega" ucap Yesung

"begitukah?" dr.Zhang mengulas senyum

"ya" rasa khawatir Yesung sedikit berkurang setelah beberapa kali mengunjungi Ten, dan Ten benar-benar ceria

"ini..... hasil pemeriksaan terbaru" dr. Zhang menyerahkan beberapa catatan hasil pemeriksaan kepada Yesung

"jujur.... hasilnya tidak bagus, ini kondisi otak kecil Ten saat ini" dr. Zhang menunjuk ke sebuah grafik di salah satu kertas

"jika dilihat dari hasil sebelumnya, anda bisa melihat penurunan ekstrim ini. Mohon persiapkan diri anda untuk perkembangan tahap berikutnya, mulai saat ini saya perkirakan Ten akan kesulitan makan dan minum, akan bahaya jika ia tersedak. Selain itu, ia akan mulai kesulitan bicara, orang lain akan sulit memahaminya. Fungsi anggota tubuhnya menurun dan akan meningkatkan resiko jatuh yang berujung cedera serius, sakit berupa demam bisa berubah menjadi pneumonia (paru-paru basah)" lanjut dr. Zhang

"apa?" Yesung benar-benar seakan kehilangan nyawanya saat mendengar penuturan dr. Zhang

"saya yakin, pihak sekolah sudah tau, tapi semua tergantung cara keluarga menyikapinya" dr. Zhang menyerahkan tisue karena kini Yesung mulai menangis

"baiklah, kalau begitu saya permisi" Yesung keluar ruangan dr. Zhang dengan air mata yang mengalir semakin deras

-

-

Di sekolah, Ten menjalani terapi berjalan, terapi keakuratan mengukur jarak, dan terapi suara. Ia kini benar-benar di awasi, pasalnya Ten kini sudah sangat sulit sekali untuk berjalan, tangannya mulai sedikit kaku sampai-sampai tulisannya pun menjadi berubah seperti tulisan anak sekolah dasar yang baru bisa menulis

Ten berteman dengan seseorang yang mempunyai penyakit yang sama dengannya, namun temannya kini terlihat lebih parah darinya namun ia tetap semangat menjalani hari-harinya maka dari itu Ten juga bertekad harus seperti itu.

"Ten...a...pa...kah...kau....pu...nya...ke...ka...sih...?" tanya teman Ten yang kini hampir kehilangan suaranya, tak jarang Ten susah memahami perkataannya

Ten hanya menggeleng sambil tersenyum karena tiba-tiba wajah Taeyong muncul di benaknya saat temannya menanyakan tentang seorang kekasih. Sudah 2 hari Ten menghemat suaranya, ia merasa tenggorokannya sakit ketika ia berbicara

Ten bersama temannya, kini tengah bersiap menyantap makan siang. Ten sedikit menggerakan-gerakan tangannya, ia merasa tangannya semakin kaku bahkan saat akan menyuapkan makanan ke mulutnya ia kerap kali kesusahan.

"Ten mau ku bantu?" tanya sang perawatnya sambil menghampiri Ten

"ti..dak...-sah (tidak usah)" Ten berbicara sambil tersenyum

"ne?" pertanyaan dari sang perawat membuat Ten membeku

Ia menatap teman didepannya lamat 'apa aku mulai tidak bisa bicara?' batin Ten sambil menatap temannya, temannya merasa ditatap terlalu lama dan akhirnya ia tersenyum kepada Ten

Ten kembali melanjutkan makannya sambil di temani sang perawat, Ten terus menerus tersedak hingga tenggorokannya sakit. Sang perawat selalu sigap menepuk-nepuk punggung Ten saat Ten terus menerus tersedak.

Ten sekarang berusaha berjalan ke arah kamarnya, ia benar-benar susah sekali untuk berjalan, hingga ia berpegangan pada besi yang memang diperuntukan untuk membantu siswa yang kesulitan berjalan. Perawatnya mengikuti dari belakang dan selalu memperhatikan Ten karena ia takut Ten terjatuh

"Ten sebaiknya kau menggunakan kursi rodamu" akhirnya sang perawat berjalan sejajar dengan Ten

"aku i...ngin berjalan" tolak Ten tanpa memalingkan pandangannya pada lawan bicara

"tapi hari ini, kau terlalu memaksa tubuhmu untuk terus menerus berjalan" sang perawat khawatir jika Ten terlalu kelelahan

"kau harus tau batasanmu, kau tidak bisa terus memaksa tubuhmu bekerja keras seperti ini Ten" sang perawat kini mulai menaikan nada bicaranya, ia kesal karena Ten tidak mau menurutinya.

Seketika Ten membeku dan akhirnya air mata keluar dari matanya. Tiba-tiba sang perawat menggendong Ten ala bridal dan membawanya ke kamar Ten, bukannya membaringkan Ten tapi sang perawat tetap memangku Ten, ia duduk di ranjang Ten.

"tidak baik memaksa tubuhmu untuk bekerja keras, kau boleh berusaha tapi kau harus tau batasnya. Jika kau terus seperti ini, kau akan sakit" ucap sang perawat, Ten semakin terisak. Sang perawat tersenyum sambil mendekap Ten dipelukannya. Ten sudah tidak asing dengan perawatnya, ia sering memeluk Ten jika Ten sedang down atau kelelahan

Johny itulah nama sang perawat, 2 bulan ini ia dibuat terkagum oleh kegigihan pria manis yang memiliki nasib yang buruk. Saat pertama kali bertemu Ten, ia tidak menyangka kalau Ten anak yang suka bekerja keras. Ia sudah merawat beberapa pasien sebelumnya dan kebanyakan dari mereka menyerah akan hidup mereka namun, baru kali ini ia menemukan pasien seperti Ten yang selalu tersenyum, menebarkan aura positif pada pasien lain, hingga ia tak sadar menaruh rasa pada Ten. Ia tidak mengerti apakah itu sekedar rasa kasihan biasa atau entahlah ia pun tidak tau.

Ten kini tertidur di pelukan Johny, dengan perlahan Johny membaringkan Ten dan menyelimutinya

"aku akan terus merawatmu sampai kapanpun itu" gumam Johny, beberapa detik kemudian ponsel Ten berdering

"Ten, bagaimana kabarmu" ucap seseorang di sebrang telepon

"Ten sedang tidur, ah jangan terlalu sering menghubungi Ten apalagi di malam hari. Ten butuh banyak istirahat sekarang jadi kuharap kau jangan banyak mengganggunya" nada kesal terdengar sangat jelas sekali dari setiap kata yang dikeluarkan Johny
-
-
TBC
Mianhae kalo banyak typo yorobung

1 Litre Of Tears | TaetenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang