Takdir memang lucu. Seringkali mengubah intensitas emosi. Dari benci menjadi cinta, terlalu cinta menjadi benci. Terlebih lagi, takdir punya proses kecil yang tersusun rapi menjadi sebuah kejadian-kejadian tidak terduga.
>>><<<
Melody sedang benar-benar sibuk saat ia mendapat telefon dari Sasty, teman sebangkunya masa SMA yang secara kebetulan menjadi guru kelas anaknya di SMA yang sama. Putranya itu membuat masalah lagi. Yang benar saja!
Melody mengempaskan kertas-kertas berisi informasi penyelidikan yang tengah ia tangani, sebelah tangannya menempelkan ponsel di telinga.
"Halo, Sam. Kamu lagi sibuk?"
"Lumayan. Ada apa sayang?" Melody tahu sebenarnya Sam pasti sibuk, namun seperti biasa lelaki itu menjawab seakan baik-baik saja.
"Kita dapat panggilan lagi dari sekolah. Anta membuat masalah."
"Ya, sudah. Kamu lanjut kerja, biar aku yang datang ke sekolah."
Melody merasa tak enak. "Kamu beneran nggak apa-apa, kan?"
"Nggak apa-apa tapi bukan berarti gratis."
Melody mengeryitkan dahinya, kesal dengan gaya bicara Sam yang mulai ambigu seperti ini. "Terus?"
"Spesial servis dong sayang."
"Sam, kebetulan aku udah lama nggak main panahan. Mau jadi relawan target panahan?"
"Eh? Emm, sayang sudah dulu ya. Aku harus cepat-cepat ke sekolah, sebelum terlambat. Tidak baik membuat para giru menunggu. Bye sayang, love you!"
Melody memandangi ponsel itu dengan decakan geli. Entah sejak kapan, Sam berubah menjadi seperti ini. Ah, sepertinya tidak berubah karena hanya kepada Melody, sikapnya yang satu ini akan keluar.
Di tempat lain, Anta tengah waspada memikirkan kehadiran Mamanya. Ini bukan kabar baik. Bisa-bisa dia digantung nanti, atau yang lebih parah bisa-bisa dia dijadikan target panahan. Ngeri!
"Anta, kenapa kamu harus berlaku seperti ini, sih?" Bu Sasty memijit pelipisnya tanda frustasi.
"Maaf, Bu. Anaknya sih ngeyel banget. Mana banyak bacot pula."
"Kamu masih membela diri? Astaga Anta!"
Anta meringis. "Sebelum Mama saya datang, bagaimana kalau saya keluar dulu? Mau nengokin korban saya, Bu.""Korban?" Bu Sasty mendecih. "Nggak usah banyak permintaan. Diam saja dan tunggu orang tuamu datang!"
Tidak berselang lama, suara pintu yang diketuk, menyusul suara handel pintu yang diputar, membuat keduanya beralih menatap pintu tersebut. Sam dan Pak Dewa selaku guru BP senior melangkah masuk dan mengambil duduk di ruangan itu. Sam duduk bersebelahan dengan putranya, sementara Pak Dewa dan Bu Sasty duduk di depan dua lelaki beda generasi yang bagaikan pinang dibelah dua.
"Kali ini apa lagi, Anta?" tanya Sam dengan suara pelan tapi menusuk.
Bu Sasty berdeham. "Saya pikir Melody yang datang."
"Melody sedang sangat sibuk. Lain kali, pihak sekolah boleh menghubungi saya saja."
"Baik." Bu Sasty mengangguk singkat. "Anta melakukan perundungan seperti biasa, namun kali ini ada yang sedikit berbeda dan hal itu cukup keterlaluan."
"Berbeda?" ulang Sam sembari melirik putranya dengan pandangan mengancam.
"Dia mencium salah satu siswi di kantin. Siswi itu pingsan, mungkin karena shock."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy [HIATUS]
Diversos[HIATUS] Bisa dibaca terpisah! Ini tentang seorang Antariksa Irama Aldebran, putra dari Melody Bintang Angkasa dan Samudra Biru Aldebran. Tentang cowok tampan dengan tingkat jenius yang mampu membuat guru terdiam saat berdebat, namun sayang ... gen...