Part 1

907 83 6
                                    

PEMBUKAAN :

Caramel Alaska

Jangan menilai seseorang hanya dari tampilannya saja, aku setuju

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan menilai seseorang hanya dari tampilannya saja, aku setuju. Namun, seseorang dengan penilaian seperti ini tidak sepenuhnya salah. Sejatinya, hal pertama yang menyapa segala sesuatu adalah pandangan. Sebab itulah, mengapa mata diibaratkan sebagai jendela hati.

***

Kelas XI IPA 1

Caramel menyusuri koridor kelas itu dengan pandangan memindai yang sangat teliti. Dia sedang mencari kelas barunya. Sebelum bertemu dengan kelas yang ia cari, ia memutuskan berlama-lama di mading untuk mencari informasi seputar kelas. Lalu benar saja, Caramel mendapati deretan nama siswa kelas XI IPA 1 sesuai peringkat di semester kemarin. Mengerikan! Apa pegumuan peringkat selalu dipajang seperti ini? Caramel tak pernah mendapatkannya di sekolah yang dulu.

Matanya langsung terpaku pada deretan nama tiga teratas. Dia harus berteman dengan orang-orang baik agar hidupnya di sekolah ini jauh dari masalah.

Raihan Saputra di urutan ketiga.

Beby Sasmita di urutan kedua

Antariksa Irama Aldebran di urutan pertama.

Caramel mengetuk-etukkan jarinya di nama itu. Dia harus berteman dengan orang seperti ini.

Tiba-tiba saja tubuh Caramel limbung ke depan. Jidatnya menyentuh mading dengan kuat, ia meringis saat merasakan sensasi perih di keningnya. Dia bisa merasakannya dengan persis, seseorang baru saja menyenggol punggungnya dengan tanpa perasaan.

Caramel membalik badan, mencari si pelaku, namun matanya terpaku begitu saja melihat seorang cowok tengah meletakkan kakinya di atas bahu cowok berkacamata yang saat ini berlutut dengan kedua tangan tertaut ketakutan. Orang-orang mulai ramai berdatangan, berbisik-bisik heboh melihat pemandangan tersebut.

Cowok kurang didikan yang kini tertawa itu, makin mencondongkan wajahnya ke arah mangsa, lalu mencopot kacamata si cowok malang dan membuangnya dengan raut minta ditabok.

"Lo kemana aja tadi? Gue ini haus. Lo denger? Gue haus dan lo lelet banget!" Cowok itu menghentakkan kakinya hingga membuat cowok yang tadinya berlutut, kini terjungkai ke belakang. "Siapa lo yang bisa ngebuat gue menunggu? Seenaknya lo ya, hanya karena kemarin lo dibelain Bu Sasty!"

Caramel mengamati pemandangan itu dengan dada sesak. Dia merasa wajahnya mulai panas, atau mungkin udara hari ini memang sedikit panas? Ah, terserahlah karena yang jelas Caramel kesal. Sangat kesal.

Tidak ingin menahan diri lagi, Caramel berjalan menuju dua orang itu, lalu secara mengejutkan mendorong cowok si penindas dengan kasar. Tentu saja, cowok itu terkejut. Namun, selanjutnya ia menatap geli pada Caramel yang membantu sasaran bullynya hari itu.

Bad Boy [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang