Part 8

524 66 15
                                    

Wahai pembacaku yang baik dan budiman. Bantu koreksi typo, ya.

****

Sisa perjalanan hanya diisi oleh keheningan. Sesampainya Anta di rumah, Caramel bahkan mengikut di belakangnya dengan kondisi yang tetap mempertahankan mulutnya terkunci rapat-rapat.

Rumah Anta besar. Sangat besar sehingga nyaris semua yang ada di lingkungan rumah cowok itu mempesona bagi Caramel. Gadis itu sudah tak terhitung lagi berapa kali kepalanya memutar, memindai seluruh sudut rumah, seakan bisa merekamnya untuk diputar lagi lain waktu. Rumah mewah berlantai dua dengan halaman super besar dan taman yang terawat. Sampai di pintu utama, Caramel harus mengadahkan kepalanya diam-diam mengukur berapa tinggi pintu utama ini?

Anta masuk diikuti Caramel. Saat memasuki ruang pertama yang super luas, keduanya disambut dengan sikap menunduk beberapa pembantu yang memakai aporn senada di ruangan itu. Beberapa sedang membersihkan hiasan-hiasan atau figura yang menggantung, menatap Caramel dengan sarat ingin tahu sekaligus senyum tertahan.

"Mama ada di dalam 'kan?" tanya Anta entah kepada siapa di antara para pembantu itu.

Salah satu dari mereka agak memajukan tubuh, membungkuk pelan. "Iya, Tuan muda. Nyonya dan Tuan sedang di ruang tamu bersama Tuan Rasi."

"Oh ya?" Anta mengangguk, mengerti. Kemudian setelahnya meninggalkan itu dan berpindah ke ruang tamu.

Caramel merasa asing. Anta sama sekali tidak memberinya ruanh untuk bertanya atau setidaknya pemuda itu bisa mengintruksikannya untuk berdiam saja tanpa ikut. Caramel serba salah. Bisa saja dia tak perlu ikut, tetapi siapa yang mau menjadi orang bodoh yang diam tanpa tahu melakukan apa-apa? Tidak. Tidak.

"Hai, Ma!" Terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, Caramel terkejut saat mendapati dirinya telah sampai di ruang tamu.

"Kamu pulang sendiri? Pelangi mana?"

Oke, sepertinya Mama Anta tidak melihat Caramel karena tubuh mungilnya terhalang punggung Anta.

"Ini kue pesanan Mama." Anta tidak menjawab pertanyaan Mamanya, dan malah menyingkir dari hadapan Caramel yang otomatis membuat gadis itu bisa terlihat oleh orang-orang di sana.

"Caramel?" Suara Sam terdengar memecah keheningan saat Anta telah ikut duduk di sofa ruang tamu itu, menyisakan Caramel seorang berdiri bingung. "Duduk, Mel."

"Woah, sepertinya Anta sudah berani membawa anak gadis selain Pelangi ke rumah ini," kata pria setengah baya itu menyeringai kepada Melody dan Sam. Melody merespons dengan putaran mata malas, kemudian ia menatap Caramel lamat-lamat.

"Ini Caramel teman sekolahnya Anta," kata Sam seakan tahu tatapan bingung Melody. "Ayo, Mel. Duduk dulu."

Caramel bergerak kaku, merasa canggung dengan senyum datar Sam dan merasa sangat tidak enak melihat ekspresi kebingungan Melody. Caramel berjanji akan menjitak kepala Anta nantinya. Gadis itu duduk di samping Anta, agak jauh.

"Anta, kamu ngapain anak orang? Kamu nggak lagi culik dia 'kan?" tanya Melody serius kepada Anta.

Anak pertamanya itu malah mendecak dengan wajah super jengkel. "Mama bisa nggak, sih berpikiran positif ke aku? Mana mungkin aku culik anak orang?"

"Bisa saja 'kan?" Melody beralih menatap Sam. "Lagian kenapa kamu juga bisa kenal anak ini, Sam? Dari mana kamu kenal?"

"Oh, itu ...." Sam berdeham dan bertukar pandangan dengan anaknya, bingung menjelaskan kejadian ini. Sementara itu, di duduknya Anta bergerak gelisah. Kalau Mamanya tahu soal yang sebenarnya, ini bencana.

"Sepertinya ada konspirasi terselubung," celetuk Rasi memperparah suasana dengan sengaja. Saat melihat tatapan dingin Sam menghunus padanya, Rasi tertawa puas dan berdiri setelah merapikan setelan jasnya. "Yaudah, Sam. Mungkin gue pamit sekarang aja, istri gue di rumah udah ngechat mulu pengen gue cepetan pulang. Maklum istri gue kalau ditinggal lama-lama, suka kangen berat."

Bad Boy [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang