Part 4

735 73 4
                                    

Salah satu ciri ketika kita tertarik kepada sesuatu adalah terbayang-bayang. Terbayang, lalu tidak bisa menahan diri untuk tidak terusik.

>><<

Pikiran Anta berkecamuk, apalagi saat melihat potongan video yang beredar di grup chat angkatan. Itu adalah video aksi bajingannya mencium Caramel di kantin. Anta tentu saja kesal setengah mati, dengan amarahnya ia memerintah segera menghapus video itu, bahkan mengancam akan membunuh siapa saja yang berani menyebarkan. Praktis saja, tak menunggu waktu lama, video itu terhapus. Pembahasan soal kejadian itu pun berhenti.

"Bang!" Panggilan Pelangi mengagetkan Anta. Pemuda itu kontan berdiri dan memutar tubuhnya menghadap ke asal suara. "Lagi ngelamun?"

"Ya, ampun, Dek! Lain kali ketuk pintunya, kalau Abang lagi ganti baju gimana?" gerutunya sambil mengelus dada.

Pelangi mengangkat bahu, kemudian duduk di sisi ranjang Anta. "Tinggal aku ambil hp, fotoin terus viralkan!"

"Emang dasar otak kamu jahanam!"

Pelangi mendecak, menatap Anta malas. "Seharusnya aku yang bilang gitu. Dasar Abang otak jahanam! Ini nih, ini yang aku nggak suka harus sekolah di tempat yang sama dengan Abang. Pemberitaan heboh, pasti aku juga dikait-kaitkan!"

"Maksud kamu apa?" Anta mengangkat sebelah alisnya. Pelangi mencibir.

"Nggak usah pura-pura pasang wajah polos begitu deh. Kejadian tadi itu apa? Temen-temenku pada ngomongin itu. Astaga, hari pertamaku memakai putih abu-abu disambut dengan berita hot yang Abang buat." Pelangi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Rusak sudah ekspetasi dari imajinasi indah yang aku rangkai jauh-jauh hari."

Anta malah tidak peduli dengan hal itu. Dia kembali duduk dan mengambil salah satu buku dari deretan buku yang tersedia pada rak kecil di atas meja belajarnya. "Nggak usah didengerin lah. Bilang aja, kamu sama Abang nggak selamanya harus dikait-kaitkan. Mengelak sebisa kamu, biar nggak kena masalah."

"Tapi, Bang. Sebenarnya akutuh nggak mengeluhkan soal itu. Ada sisi positifnya juga, sih. Abang kan famous, kena cipratannya lah aku, lumayan."

Anta memutar lehernya memandang Pelangi yang masih setia duduk bersila di atas kasurnya itu. "Jadi, maksudnya kamu oke-oke aja ikut famous di bawah bayang-bayang Abang? Justru itu salah, Pelangiku."

"Nggak maksud gitu ih!" Pelangi mendengus. "Nggak ada Abang juga aku terkenal kali!"

"Iya deh." Anta kembali berbalik, menunduk pada buku yang sebenarnya tidak menarik. Dia hanya membuat pengalihan dari topik Pelangi.

"Tapi, yah, Bang. Akutuh penasaran dengan cewek yang Abang cium ini. Di grup angkatanku nggak ada videonya, sih. Sama salah satu senior aku tanyain, katanya udah dihapus atas perintah Abang. Punya videonya, nggak?"

Cukup sudah. Anta berdiri dari duduknya, memutar tubuh menatap Pelangi. "Itu bukan tontonan anak-anak."

"Yah, tapi, Bang."

"Pelangi, keluar dari kamar Abang." Anta buru-buru menyeret pelan, adiknya itu agar segera keluar. Pelangi mencoba memberontak namun sia-sia.

"Abang mah!"

Anta tidak peduli, dia segera menutup pintu saat dilihatnya Pelangi hendak kembali masuk. Akibatnya, kepala gadis itu terkantuk di daun pintu yang dibantingnya.

Salah sendiri!

Anta mendengus. Ini semua gara-gara cewek jelek kampungan itu! Anta harus bersyukur karena Melody berhasil ditenangkan Sam. Wanita itu langsung mencerocos begitu sampai di rumah, namun Sam, dengan begitu tenangnya menjelaskan aksi perundungan Sam, tentu minus insiden ciuman bibir itu.

"Mana besok gue harus jemput dia lagi. Ah, emang sialan!" Saat menggerutu seperti itu, Anta baru teringat sesuatu. "Lah, gue kan nggak tahu si bekicot itu tinggal di mana! Emang bego, minta dijemput tapi nggak ngasih alamat! Sableng tuh cewek!"

>><<

Caramel harus rela menerima tatapan tak mengenakan dari para siswa ataupun siswi yang dilewatinya. Ini baru awal dia pindah, tapi skandal yang dia buat sungguh tidak tanggung-tanggung. Begitu fenomenal. Hari ini Caramel menggerai rambut semi panjangnya. Semalam ia memutuskan untuk merapikan rambutnya sendiri, memotongnya menjadi agak pendek dari sebelumnya hingga nyaris mencapai bahu saja, untuk tambahan Caramel membuat poni tipis yang membuat wajahnya semakin baby face.

Caramel menunduk dalam-dalam, dia tak ingin mengangkat kepalanya dan membalas tatapan bagai laser para pengikut setia raksasa kurang didikan itu.

"Ohh, jadi ini yah guys, cewek gatel yang sudah memberanikan diri buat kegatelan dan membuat drama menjijikan di sekolah!" Caramel tidak mengenal cewek di depannya ini. Yang jelas cewek itu terlihat cantik dengan rambut ombre berwarna merah, lalu make up yang mempertegas wajahnya. "Gimana rasanya dicium sama prince sekolah? Ngerasa hebat, huh?!" tanya Veronika dengan nada sinis.

Caramel mengerjap sesaat. "A-aku sama sekali nggak paham maksud kamu."

"Oh, mau sok polos?" sentak Veronika. Caramel mendadak cemas, orang-orang sudah tampak tertarik menonton kejadian ini lagi. Veronika menangkup wajahnya dengan sebelah tangan. "Wajah polos ini ternyata munafik juga ya? Udah berapa cowok yang berhasil lo tipu?"

Caramel membeliak, berusaha melepaskan cengkraman di rahangnya itu, namun susah. Cengkraman Veronika semakin terasa lebih kuat, sehingga membuat Caramel kesakitan dan meringis dengan mata memejam.

"Lo pikir udah jadi princcess dengan pertunjukan menjijikan itu?" desis Vernonika dengan mata yang menusuk netra Caramel. "Cewek kayak lo ini emang bahaua banget. Munafik!"

Erangan dari orang-orang di sekitar mereka menambah ketidaknyamanan Caramel. Dia tak suka menjadi tontonan seperti ini.

"Eitss, woi, Nyonya besar minggir!" Ella datang menyentak tanga Vernonika yang masih mencengkram rahang Caramel itu hingga terlepas. "Nggak usah nunjukin sisi agresif lo dong!"

Veronika menatapnya sengit. "Lo nggak usah ikut campur!"

"Jelas gue harus ikut campur!" Ella merangkul Caramel yang sedang mengelus rahangnya, cengkraman Veronika meninggalkan perih. "Lo sedang membuat masalah dengan anak dari kelas gue! Lagian, kenapa lo mempermasalahkan kejadian kemarin, kalau lo nggak buta, seharusnya lo tahu siapa yang memulai kejadian itu. Siapa yang merugikan dan siapa yang dirugikan!"

Penuturan itu membuat Veronika bungkam. Sementara siswa di sekitar mereka berseru tertahan. Suasana yang semakin panas, tampaknya malah membuat semangat para penonton berkobar. Bel pertanda dimulainya pelajaran sudah menyelamatkan situasi panas itu. Terdengar erangan protes dari para penonton, sementara Caramel diam-diam menghela napas lega.

"Awas lo!" desis Veronika penuh ancaman, sebelum pergi dari sana.

Ella menatap Caramel dengan tampang menilai. "Lo nggak apa-apa, kan?"

"Iya. Makasih, Ella."

"Santai aja. Oiya, yang tadi namanya Vernoika. Ketua fans club Antariksa. Cewek jadi-jadian yang terobsesi banget sama Anta. Heran gue."

Caramel mengeryit. "Sampe ada fans club-Nya? Dia sefamous itu?" Ella meringis kemudian hanya bisa memberi anggukan sebagai jawaban.

>>><<<

A/N : Maaf pendek. Aku ada project baru buat terbit. Mungkin saat Ramadhan, cerita Bad Boy dan Feminim Girl akan hiatus. Kenapa? Karena aku harus fokus menyelesaikan satu naskah. Gimana menurut kalian?

Bad Boy [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang