Rapat Seleksi

21 8 6
                                    


“Bagaimana dengan hasilnya?”

Suasana sepi mendominasi ruang dewan siswa, tidak ada satupun yang berniat menjawab pertanyaan Kunikida tadi. Ada yang sibuk makan, sibuk baca buku, sibuk menahan kantuk, bahkan ada yang sibuk memperbaiki letak perbannya. Saat ini anggota dewan siswa sedang membicarakan hasil dari seleksi kemarin, yaitu memeriksa kemampuan yang dimiliki oleh para calon anggota.

“Bagaimana dengan kelompokmu, Dazai?” tanya Kunikida.

“Chuuya yang akan menjelaskan,” jawab Dazai tanpa beban.

“Hah?”

Chuuya menatap kesal ke arah Dazai yang memberikan tugas begitu saja, namun pada akhirnya ia tetap bersiap untuk menjawab pertanyaan dari Kunikida.

“Awalnya aku dan maniak perban ini harusnya pergi menemui Fujimura Zakuro, tapi kita justru bertemu dengan Akutagawa Ryuunosuke. Ya daripada bingung lebih lama, kita mengujinya saja. Kemampuannya itu lumayan hebat, tapi tempramennya kurang baik. Dia seperti sangat kesal dengan si sialan Dazai yang satu ini, entah apa yang telah dia lakukan padanya di masa lalu. Intinya dia lolos, kekurangannya ada pada pengendalian emosi saja” jelas Chuuya.

“Lalu, Akutagawa Gin?” Kunikida menatap Yosano dan Ranpo bergantian, meminta penjelasan.

“Dia tidak memiliki kemampuan super, namun pergerakannya sangat cepat dan sunyi. Dia bisa saja membunuh seseorang di keramaian tanpa disadari orang lain. Keberaniannya sudah bagus, refleknya juga. Aku rasa pak Mori akan suka dengan bakat anak ini,” terang Yosano.

“Oke, untuk Fujimura Zakuro aku sendiri yang tidak sengaja menemuinya. Aku tidak tahu kenapa ini bisa tertukar sedangkan yang lain tidak, mari kita abaikan saja. Kemampuan Zakuro ini sangat berbahaya, bahkan dia bisa mengatur peredaran darahnya sendiri saat tertembak.” Kunikida menjelaskan dengan sesekali membenarkan letak kacamatanya.

“Jadi dia tidak akan mengalami pendarahan?” bingung Junichiro.

“Aku rasa tidak. Kemampuan yang luar biasa bukan? Dan juga dia jago bela diri, bahkan dia anak yang jenius.”

“Wah, aku salut padamu yang bisa lolos darinya, Kunikida,” komentar Dazai lalu bertepuk tangan pelan.

“Hah? Apa maksudmu itu?” protes Kunikida yang merasa diremehkan.

“Hhh, kalian enak ya. Setidaknya kalian sudah tahu kandidat itu bisa lolos atau tidak, kandidatku tipe yang tidak sadar akan kemampuannya bagaimana dong?” keluh Liliene.

“Ya benar, dia bahkan tidak sadar saat melukai Nana. Dia hanya anak yang polos,” sahut Hana.

“Tapi dia bisa diasah,” celetuk Nanamika.

Semua anggota dewan siswa langsung menaruh atensi pada Nanamika dan menanyakan apa maksud dari perkataan Nanamika.

“Entah kenapa aku punya firasat kalau suatu hari nanti dia akan menjadi incaran banyak orang.”

“Jadi, dia lolos?” tanya Liliene.

“Lolos, kita akan mengawasinya. Dia tipe yang tidak sadar kan? Akan sangat berbahaya kalau dibiarkan begitu saja,” putus Kunikida.

“Oke, sudah ditetapkan kalau semuanya lolos. Sekarang mari kita bahas tentang pengabulan permintaan,” riang Lily.

“Siapa yang memulai taruhan ini sih,” keluh Dazai.

“Bukannya itu kamu?”

Taruhan ini dimulai sebelum mereka naik kelas, Dazai mengusulkan ide untuk membuat taruhan ini. Dari sebelum daftar murid baru keluar mereka sudah lebih dahulu mengocok undian siapa yang akan menjaga kelas. Dan bagi yang mendapatkan kandidat untuk masuk dewan siswa maka si pembimbing kelas itu akan diberi 1 kesempatan untuk meminta apapun ke anggota dewan siswa lainnya.

Kōkai saki ni TatazuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang