Main di Rumah Nana (2/3)

21 7 6
                                    


Nanamika mengerjapkan matanya beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Ia mengambil kain yang digunakan sebagai kompres semalam dan meletakkannya di nakas samping tempat tidurnya. Dan ia tersadar bahwa ada seseorang yang tidur disamping tempat tidurnya.

"Chuuya?" bingung Nanamika.

Nanamika bergeser sedikit menjauh dari Chuuya, lalu ia membangunkan Chuuya dengan colekan pelan di pipi Chuuya. Chuuya dengan wajah masih setengah sadar hanya bangun dan berbaring di samping Nanamika setelah melihat gestur tangan Nanamika yang menepuk kasur disampingnya. Setelah itu Chuuya kembali tertidur, sepertinya ia sangat mengantuk.

"Terima kasih," gumam Nanamika dengan senyum tipis andalannya, walau ia tahu Chuuya tidak dapat mendengarnya.

Nanamika beranjak pelan dari kasurnya, mengambil baskom yang berisi air bekas kompresannya semalam di nakas lalu pergi keluar kamar. Jam masih menunjukkan pukul 8, entah kenapa Nanamika sangat yakin kalau yang lain pasti belum bangun. Nanamika pergi menuju dapur dan dia justru bertemu dengan pembantunya.

"Loh, hari ini bibi sudah masuk?" bingung Nanamika.

"Eh iya nona, syukur anak saya sudah sembuh," jawab bibi Touko dengan senyum ramahnya.

"Bibi pikir Nona akan bangun siang karena ada pesta semalam," ujar bibi Touko.

"Aku tidur duluan kemarin, semalam aku demam," jawab Nanamika.

"Eh? Kenapa sekarang Nona malah kesini? Nona istirahat saja di kamar, biar bibi yang siapkan sarapannya." Bibi Touko mengambil baskom yang ada di tangan Nanamika dan menyuruhnya duduk saja.

"Maaf, nona. Ada berapa orang yang datang kesini?" tanya bibi Touko dengan sopan.

"Ditambah aku totalnya ada 14."

Melihat bibi Touko yang mulai sibuk memasak untuk sarapan, Nanamika berjalan menuju pintu yang menuju ke taman belakang.

"Aku mau menyiram bungaku," ucap Nanamika sambil membuka pintu belakang.

"Tidak usah, nona. Biar tukang kebun saja," larang bibi Touko.

"Tidak mau." Nanamika bersikeras untuk menyiram sendiri tanaman favoritnya itu.

Bibi Touko hanya bisa membiarkan Nanamika, mau dilarang bagaimanapun juga akan percuma. Tidak lama Nanamika pergi, pemuda bersurai jingga memasuki dapur.

"Mika?" panggilnya yang berharap dapat menemukan seseorang yang dicari.

"Nona ada di taman," jawab bibi Touko.

"Eh? Dia ngapain, bi?" bingung Chuuya.

"Menyiram bunga kesukaannya," jawab bibi Touko lagi, menghentikan kegiatan memasaknya sebentar untuk menaruh atensi ke Chuuya.

"Oke, makasih, bi." Chuuya hendak pergi menyusul Nanamika.

"Aish, dia baru saja sembuh," dumel Chuuya sebelum akhirnya menghilang di balik pintu.

Bibi Touko tersenyum, terlihat bahagia melihat ada seseorang sangat khawatir terhadap Nanamika.

"Mika!"

Chuuya menghampiri Nanamika dengan penampilan khas bangun tidur, rambut acak-acakan serta muka yang terbilang kusut. Nanamika hanya melirik sekilas. "Setidaknya cuci mukamu sebelum mencariku," ucap Nanamika yang masih sibuk menyiram bunganya.

"Ya, aku kan panik. Aku terbangun di atas kasurmu dan kamu tidak ada disana."

Nanamika hanya menatap Chuuya datar. Tatapan yang bisa Chuuya artikan sebagai, "kamu terlalu berlebihan."

"Sebegitu pentingnya bunga itu untukmu ya," bingung Chuuya.

"Ya, sangat penting," ucap Nanamika dengan pelan.

"Oh iya, demammu sudah turun?"

Gembor yang Nanamika gunakan untuk menyiram tanaman terlepas dari tangannya karena perlakuan yang tiba-tiba dari Chuuya. Ya tiba-tiba saja Chuuya meletakkan tangannya di dahi Nanamika dan mendekatkan wajahnya ke Nanamika.

"Chuu ... chuuya." Rona merah tipis muncul di kedua pipi Nanamika.

"Sudah tidak panas, kamu juga sudah tidak pucat." Chuuya menjauhkan tangannya dari dahi Nanamika.

"Haduh haduh, pagi ini panas sekali ya." Sebuah suara familiar mengambil atensi Nanamika dan Chuuya.

"Lily?"

"Pagi, Nana. Kamu sudah sembuh?" tanya Liliene dengan senyum cerianya.

"Eh, kamu tahu-"

"Tentu saja aku tahu! Nana kan sahabat aku," jawab Liliene bahkan sebelum Chuuya selesai bertanya.

"Acara 'bermesraan di pagi hari' kalian sudah selesai, kan? Sekarang gabung sama yang lain yuk," ajak Liliene.

"Bermesraan apanya?" protes Chuuya.

━━━━━━♡♤♡━━━━━━


Setelah semuanya bangun dan sarapan bersama, sekarang mereka memutuskan untuk bermain 'truth or dare' terlebih dahulu daripada mandi.

Bukan menggunakan botol di putar untuk menentukan pemain, mereka lebih memilih berurutan berdasarkan tempat duduk saat ini. Permainan ini lebih cocok disebut sebagai ajang jujur-jujuran, karena daritadi tidak ada yang memilih 'dare'. Siapa juga yang mau ngambil resiko memilih 'dare' disaat ada Dazai yang ikut bermain.

"Chuuya! Truth or Dare?" tanya Dazai dengan semangat.

"Truth," jawab Chuuya singkat.

"Ah, Chuuya enggak asik!" Dazai terlihat sangat kecewa dengan pilihan Chuuya.

"Yaudah, aku mau bertanya. Semalam kamu tidur dimana?"

"Oi oi Dazai, semalam kan dia tidur bersama kita," sahut Ranpo.

"Awalnya memang begitu, tapi saat aku terbangun tadi malam Chuuya tidak ada di tempatnya. Ah, jangan-jangan ... Chuuya tidur bersama Nana, ya?" Dazai menepuk kedua tangannya sekali dan tersenyum, yang bagi Chuuya sangat menjengkelkan.

Chuuya menatap kesal kearah Dazai, namun saat melihat yang lain penasaran Chuuya segera menjawabnya.

"Ya, aku tertidur di kamar Mika," jawab Chuuya dengan penekanan pada kata tertidur.

"Woah, apa yang kalian lakukan?" tanya Dazai bersemangat.

"Permainan ToD kita hanya boleh bertanya 1 kali, jadi aku tidak mau jawab," tolak Chuuya.

"Heehh, tapi kalau kamu tidak menjawab yang lain bisa salah paham loh." Dazai memasang ekspresi polosnya yang justru berkali-kali lipat lebih menyebalkan dibanding senyumannya.

"Argh, sialan. Aku merawat Mika yang sedang sakit, puas?" Akhirnya Chuuya menjawab pertanyaan Dazai tersebut.

"Nana sakit?" tanya Yosano.

"Sudah sembuh," jawab Nanamika.

"Sudah-sudah, kita lanjutin yuk. Sekarang giliran Nana, ada yang mau nanya?" ujar Liliene berusaha mengalihkan perhatian yang lain.

"Aku!" seru Hana.

"Nana diantara buku, sesuatu yang lembut, manisan, dan Chuuya, mana yang lebih utama?" tanya Hana dengan ekspresi penasaran yang terlihat jelas.

"Buku," jawab Nanamika dengan cepat.

"Cepatnya."

"Tentu saja dia memilih buku, itu kan pemberian dari orang tuanya," jelas Chuuya.

"Tapi aku tidak menyangka dia akan menjawab secepat itu."

"Aku ingin mandi." Nanamika beranjak dari tempatnya, sepertinya ia sudah tidak betah dengan kondisi tubuhnya yang belum mandi.

"Oke, kita istirahat dulu, saatnya mandi. Nanti kita lanjut lagi mainnya," seru Kunikida.





To be continued...

Kōkai saki ni TatazuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang