Main di Rumah Nana (1/3)

19 7 9
                                    


Seminggu setelah pengumuman yang lolos seleksi, akhirnya anggota dewan siswa memutuskan untuk mengadakan pesta penyambutan anggota baru di rumah Nanamika, sekaligus menginap bersama. Sekolah sempat heboh karena tahun ini anggota dewan siswa yang keterima hanya 6 orang, 5 orang melalui seleksi umum dan yang satu lagi karena dokumen tambahan dari Mori Ougai jadi dia lewat seleksi yang lebih khusus, yaitu Ichiyou Higuchi.

Saat ini anggota dewan siswa kelas 2 (kecuali Kunikida dan Dazai) sedang menyiapkan makanan dan keperluan lainnya. Tidak lama dari itu anggota kelas 3 dan anak baru pun datang. Rumah Nanamika ini terbilang sangat besar, bahkan ruang tamu ini mampu menampung anggota dewan siswa yang berjumlah 12 orang tanpa berdesak-desakkan.

“Selamat siang semua!”

Tiba-tiba saja Dazai membuka pintu depan dan seenaknya berteriak saat masuk rumah. Anggota lain hanya menatap kesal kearah Dazai, yang bisa dibilang menganggu suasana.

“Dazai! Kan ku bilang datangnya 5 menit sebelum acara, ini masih ada waktu 10 menit!” protes Liliene.

“Dazai, bisa tolong keluar lagi,” usir Hana.

“Kalian jahat banget sih,” protes Dazai dengan ekspresi ngambeknya.

“Dazai, bisakah kamu diam? Enggak malu apa didepan adik kelas,” omel Liliene sambil menunjuk para anak baru yang duduk kalem di sofa.

“Malu apanya sih, Lily-chan?” Dazai menatap sok imut kearah Liliene.

“Kamu kok bisa tahan sama dia sih, Lily,” bingung Hana.

“Entahlah.”

Tidak perlu menunggu waktu lama, beberapa menit kemudian Kunikida datang dengan seorang perempuan.

“Itu siapa?”

“Kunikida bawa pacar?” tanya Dazai dengan heboh seperti biasa.

“Enggak usah heboh juga dong,” balas Chuuya.

“Dia anggota baru yang kubilang kemarin. Kata pak Mori, kemarin ada 1 daftar murid yang tertinggal jadi dia ku seleksi sendiri,” jelas kunikida.

“Namaku Ichiyou Higuchi dari kelas 1-3, salam kenal!” ucap perempuan bersurai kuning itu.

“Salam kenal juga, Ichiyou,” sapa riang Liliene.

⋘ ──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ──── ⋙

“Oi oi, ini hanya permainan poker biasa kan?” tanya Chuuya.

“Iya, tapi kenapa suasananya tegang seperti ini, ya?” Liliene juga ikut bertanya entah kepada siapa.

Setelah tadi makan siang bersama, mereka memutuskan untuk bermain kartu poker atas usul Dazai dan kebetulan juga Nanamika memiliki kartu poker yang masih baru. Mereka terus bermain untuk menentukan siapa pemenang dari keseluruhan anggota dewan siswa dan saat ini tersisa Dazai dan Nanamika.

“Aku tukar 2 kartu,” ucap Nanamika sembari meletakkan 2 kartu diatas meja, kartu King Diamond dan Jack Clumber.

“Woah woah, itu kartu yang besar Nana-chan. Sebenarnya apa yang kamu incar? Aku tukar 1 kartu saja.” Dazai mengeluarkan kartu Queen Spade.

“Ini menarik,” ujar Ranpo.

“Aku tidak mengerti apa incaran mereka,” keluh Hana.

“Mereka lawan yang sulit, bahkan ekspresi mereka juga sulit di tebak.”

Yang lain hanya mengangguk setuju, ekspresi Dazai dan Nanamika memang yang paling sulit di tebak diantara yang lainnya. Dazai yang selalu tersenyum membuat orang yang melihatnya justru merasa jengkel dan Nanamika dengan ekspresi datarnya yang sangat sulit di tebak jalan pikirnya.

Kōkai saki ni TatazuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang