Kasus Perdana

25 6 1
                                    

"Mika enggak ada?" Chuuya terhenti didepan pintu dewan siswa sambil memperhatikan semua anggota yang bersiap untuk rapat.

"Dazai juga enggak ada?" Liliene yang datang berbarengan dengan Chuuya ikutan bertanya.

"Dazai, Nana, kak Yosano, dan kak Ranpo sedang latihan untuk lomba besok," balas Kunikida sambil menyusun dokumen-dokumen di mejanya.

Setelah mendengar jawaban dari Kunikida, Chuuya dan Liliene langsung duduk ke bangkunya tanpa bertanya lebih banyak lagi. Hari ini merupakan rapat perdana bagi kelas 1 dan kebetulan sekali mereka mendapatkan sebuah kasus dari kepolisian. Terlihat memalukan memang jika seorang polisi meminta bantuan kepada anak SMA, namun situasi darurat dapat mengalahkan ego seseorang.

"Ah, menyebalkan. Kenapa kita dapat kasus disaat trio jenius itu sedang tidak ada," keluh Hana.

Trio jenius yang dimaksud Hana adalah Nanamika, Ranpo, dan Dazai. Mereka bertiga biasanya memang yang paling di andalkan saat menghadapi situasi seperti ini, sayangnya saat ini mereka sedang terfokus untuk mengikuti sebuah lomba.

"Kita dapat kasus? Aku kira mereka tidak mau menerima bantuan kita lagi," ujar Liliene.

"Ya, tadi ada polisi yang datang kesini untuk meminta kak Ranpo menyelesaikan kasus. Tapi karena kak Ranpo tidak ada, jadi dia meminta kita untuk membantunya. Dia terlihat tergesa-gesa sepertinya ini kasus yang harus diselesaikan dengan cepat," jelas Hana.

"Kasus apa?" tanya Chuuya yang sepertinya mulai tertarik, padahal tadi dirinya sempat tidak bersemangat karena Nanamika tidak ada.

"Pengeboman."

✧༝┉┉┉┉┉˚*❋ ❋ ❋*˚┉┉┉┉┉༝✧

Di lain tempat, Dazai, Nanamika, Ranpo, dan Yosano sedang belajar di perpustakaan. Di sore hari ini hanya ada mereka berempat di perpustakaan, sedangkan murid lain tidak ada yang berminat ke perpustakaan di sore hari.

"Bukan begitu jawabannya."

"Ah, aku memang tidak sepintar kalian semua. Kenapa juga aku harus ikut lomba ini," keluh Dazai.

"Sayang sekali kita beda lomba ya, Nana-chan. Apa kamu akan baik-baik saja bersama Dazai?" tanya Yosano khawatir.

Nanamika hanya mengangguk menanggapi. Ya kalau Dazai tidak mau mengikuti lomba, dirinya sendiri yang harus berjuang untuk memenangkan lomba itu, pikirnya.

"Jangan membebani dirimu sendiri loh, Nana."

Nanamika lagi-lagi mengangguk dan mulai membaca bukunya, terlihat menyerah untuk mengajari Dazai.

"Dan juga Ranpo bisakah kamu berhenti makan? Di perpustakaan tidak boleh makan dan minum," protes Yosano.

"Biarin, disini enggak ada penjaga dan guru," balas Ranpo.

"Tetap saja tidak boleh," balas Yosano.

"Hmm? Aku yakin Nana dan Dazai akan menang." Ranpo mengalihkan pembicaraan, dan tetap melanjutkan makan cemilannya.

"Iya juga sih. Kepintaran Nana dan keberuntungan Dazai membuat mereka berdua menjadi pasangan yang luar biasa," Yosano ikut ke arah pembicaraan Ranpo dan sengaja menekankan kata 'keberuntungan'.

"Keberuntungan?" Nanamika tidak mengerti dengan maksud Yosano.

"Iya, keberuntungan. Kamu dengar sendiri kan kalau dia tidak sepintar kita, berarti dirinya yang berada pada peringkat 15 besar dalam peringkat paralel sekolah ini hanya keberuntungan."

"Aku tidak mau ikut lomba ini," keluh Dazai.

"Aku juga malas ikut," balas Nanamika.

"Kenapa orang pintar itu sifatnya aneh-aneh," keluh Yosano.

Kōkai saki ni TatazuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang