Happy reading gaes.
-
Budayakan vote baru baca.
--Hari Pertama Sekolah-
Rain pergi sekolah diantar oleh Papanya naik mobil. Karna ia orang baru. Jadi tak berani pergi sendiri. Papanya dengan senang hati mengantarkan putrinya.
Tepat di gerbang.
"Kamu bisa sendirikan"
"Bisa, kok Pa. Rain kan dah gede"
Papanya mengusap lembut kepalanya.
"Kalau pulang, telpon Pak Ujang ajah ya"
"Asyiap Kapten"
Mobil Papanya pergi meninggalkan area sekolah. Rain mengatur napasnya. Hari pertama Sekolah. Semangat.. Rain berjalan santai masuk ke area sekolah.
Cuacanya kebetulan cerah. Hatinya ikut tercerahkan. Sampai ia melewati Lapangan, langkahnya terhenti. Ia tercengang. Tatkala. Lapangan itu rusuh. Rain berdiri kaku. Ia tengok kanan-kiri sepi. Tapi di depan sana ada perkelahian mainstream. Sekelompok remaja saling baju hantam. Baju-celana ikut ternoda.
Rain menelan salivanya. Bibirnya kelu. Sampai dimana satu orang meliriknya. Ia menyeringai, mendekat kearahnya. Karna bahaya, Rain melangkah mundur.
Tap, tap, tap..
Tepat didepannya. Senyum miringnya masih tercetak jelas.
"Hey cantik. Ikut abang yuk"
Rain menggelengkan kepalanya. Tangannya ditarik, ia tersentak. Berteriak minta tolong... "TOLOOOOO-MMH"
Mulutnya dibungkam. Rain pasrah ditarik-tarik. Helep woy!..
Bughh..! Bugg!
Sang lawan mental, di hajar brutal oleh pemuda. Tatapannya tajam, licin dan berbisa. "Enyahkau.."
Sang lawan lari terbirit-birit. Rain nahan napasnya. Adegan tadi tepat di depan matanya. Rain lihat tangannya penuh darah. Rain ambil. Dia membeku.
"Em-Ma-kasih.."
Dia diam tak bersuara, dengan ragu Rain berdiri tepat didepanya.. "Kau terluka" raut wajahnya cemas. Keduanya bersitatap. Dia mandang Rain datar. Rain meneliti wajahnya. Rain buka tasnya. Ia ambil kapas, dan plester. Ia tuang air minumnya sedikit, terus ia obatin itu luka dengan hati-hati. Ia meringis.
Rain panik. "A-apakah sakit, ah.Maaf"
Dia mandang Rain intens. Rain merasakan perasaan aneh. Bukan takut melainkan. Perasaan yang lain. Tangan lembutnya menyentuh setiap luka itu, ia usap terus ia plester. Rain tersenyum.
"Nah, kalau gini kan enak dilihatnya"
"Kenapa?" tanyanya datar.
Rain mengeryit, "Apanya?"
"Kenapa kau mengobatiku, bukannya kau takut padaku.." jelasnya.
Rain terdiam, lalu ia menatapnya.
"Aku juga gak tau. Tapi satu hal. Aku tak bisa lihat orang terluka sendirian. Pasti rasanya sakit.. Aku hanya ingin membantu... Maaf untuk yang kemarin"
Rain menundukkan kepalanya. Rain tak mendengar sahutannya. Rain mengintip. Terkejut, saat kedua matanya saling bertabrakan. Tatapan tajamnya. Mampu menghipnotis siapapun. Termasuk dirinya..
Lelaki itu mandang gadis didepannya. Mata itu, mata yang tulus. Dan terlihat khawatir sekaligus. Lelaki itu tak yang dipikirkan. Satu hal dia hanya ingin menyentuhnya. Lebih....

KAMU SEDANG MEMBACA
Devil or Angel [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Namanya Dimas Ardian. Dijuluki The Devil di dunia hitam. Hobinya tawuran mainstream, balap liar, troublemaker sejati, dingin dan kejam. DIA tak punya hati. Tidak ada satu pun yang berani one-on-one dengannya. DIA tak kenal a...