Hanya dengan menatapmu
Hati ini bergetar
Hanya mendengar suaramu
Jiwa ini tergerak
Hanya berbicara denganmu
Rasa ini terbuaiKau bagai bintang
Yang bersinar terang
Yang buatku mengambang
Hanya dengan memandang Kamu seorangSiapa kau?
Aku bertemu denganmu
Apakah ini takdir
Kau hadir
Kegelapanku seakan berakhir🌹🌹🌹
R
eina membuka matanya perlahan, ia mengedipkan kelopak matanya. Ia bangun dan duduk. Nyawanya masih setengah.
"Aku dimana...?" Ekor matanya bergerak melihat sekitaran. Rein mengeryit,
"Ini dimana?" Rein panik, ia bangkit dari tempat tidur mulai merangkak ke pintu. Ia buka.. Tapi pintu tak bisa dibuka.
Tok! tok! tok!
Tak ada jawaban dari luar, Rein mencari ponselnya. Ia kembali mengobrak-abrik tempat tidur, semuanya di geledah.
Rein menghembuskan napasnya,
Rein berhasil menemukan ponselnya. Di layar ponselnya sudah pukul 3 sore. Rein berjalan ke arah jendela. Apakah aku diculik? Kenapa aku selalu terculik?! Dan apakah ini ada hubungannya dengannya.
Rein melamun sejenak.
Tak selang berapa lama pintu terbuka Kriet, menampilkan sosok yang pria dingin, datar dan jangan lupakan tatapannya tajam setajam silet.
Dia natap gadis yang sedang melamun, di menedekat ke arahnya. Tepat di belakang gadis itu, ia menatapnya diam.
Rein tak terusik dengan suara-suara apapun. Pikirannya saat ini melabuh jauh tersapu ke dia yang selalu di ingat.
Rain kembali teringat akan sahabatnya, dia merindukannya. Eve, masih ingatkah kau denganku. Aku selalu mengingatmu.
"Rein rindu Eve, " gumamnya pelan.
Sosok pemuda di belakangnya tergugah, hatinya mencelos. Gadis di depannya sedang bersedih. Dia tak berdaya.
Siapa yang mengusik pikiranmu?
Siapa Eve, apa dia berarti untukmu.
Kenapa aku peduli. Kenapa?
Pemuda itu mengepalkan tangannya, tatapannya menusuk. Bulu kuduk Rein merinding, ia menghapus air matanya.
Pemuda itu berbalik, pergi tanpa kata. Rein merasakan kehadiran seseorang di dekatnya. Rein berbalik, ia melihatnya. Bayangannya menghilang di balik pintu.
Rein menautkan alisnya bingung, Rein mengikutinya keluar kamar. Rein kehilangan jejaknya. Tempat yang ia lewati terdapat banyak lorong-lorong gelap. Rein melangkahkan kakinya.
Tap! Tap! tap!
Tap! tap! tap!
Rein berjalan tanpa arah, ia menerangi langkahnya dengan senter yang ada di ponselnya. Rein arahkan sekelilingnya. Hanya terdapat tembok dan di sana tidak apapun.
Rein berhenti.
"Hahaaa...haha..."
Rein mendengar tawa anak kecil. Rein melihat ke kanan dan ke kiri.
"Hey, apakah ada orang di sana.."
Suaranya menggema di lorong tapi tak ada jawaban. Apakah aku tersesat?
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil or Angel [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Namanya Dimas Ardian. Dijuluki The Devil di dunia hitam. Hobinya tawuran mainstream, balap liar, troublemaker sejati, dingin dan kejam. DIA tak punya hati. Tidak ada satu pun yang berani one-on-one dengannya. DIA tak kenal a...