Part 10

598 36 0
                                        

Happy reading guys :) Enjoy it❤

-

Seorang pemuda terdiam di tempat. Ia melihat semuanya. Semua tentanganya. Angin berhembus kencang. Satu tetes hujan tak dapat menyingkirkannya. Mata tajam itu terbuka.

Tatapannya kosong..


Tinnnn-----tinnnn jederrrr.


Sebuah tabrakan hebat menghantam tubuh seorang gadis. Ia berlari, napasnya memburu, hampir dekat dan menghilang. Ia tak mampu menggapainya.

AAAARRRGGGGHHTTT!

Di malam gelap tanpa cahaya ia mencari mangsa. Membantai semua musuhnya dengan brutal. Hanya menggunakan tangan kosong ia menang.

Dia berjalan tanpa arah, ia tersesat.

Dooorrr---

Suara tembakan menggelegar. Hampir saja ia tewas. Ia mengambil senapan dan menembakinya bertubi-tubi.

----------------

"Yesh, gue menang," seru lelaki yang baru saja bermain game. Temannya berdecih, "Curang lo, ganti-ganti."

"Lo mah gitu Za, setiap gue menang ganti permainan. Ah dasar pakboi."

Erza menabok mulut Ervan, Ervan balas menghantam wajahnya. Keduanya saling baku hantam.

Tak jauh dari sana, seorang pemuda duduk di tepi jendela, di bawah langit gelap. Dia termenung di keheningan malam. Tetesan hujan turun dengan derasnya.

Wuuussshhhh~

Ah, aku rindu dia? Sedang apakah ia?

Pemuda itu pergi keluar rumah. Menerebos hujan. Dua temannya melongo, "Woy Dim, mau ke mana?"

Suara Evan tersapu angin. Evan menatap Erza. Erza menganggkat bahu cuek. Keduanya melanjutkan permainan.

****

Drap, drap, drap

Langkah kakinya berlari cepat, sampai di mana ia berhenti di sebuah rumah yang cukup sederhana. Ia melangkah kakinya ke pekarangan, berjalan masuk. Mata tajamnya menyorot ke balkon atas.

Srett... Tirai jendela terbuka. Seorang gadis menampakkan dirinya. Dia-- Raina.

Pemuda yang tidak lain itu Dimas, hanya bisa memandangnya dari jauh. Jauh di dasar hatinya yang sudah mencair, ia ingin memeluknya. Bisakah?

Rain membuka jendela, ia mengeluarkan tangannya. Satu tetes air hujan mengenai telapak tangannya. Rain tersenyum sambil bermain dengan hujan itu. Tak sengaja ekor matanya melihat bayangan seseorang. Rain terpaku.

Keduanya bersitatap lama. Seakan waktu berhenti, Rain mengerjapkan matanya. Ia masuk ke dalam kamar. Raut wajah Dimas datar, sekaligus kecewa. Dia berbalik arah.

Langkah kakinya tak semangat tadi, baru beberapa langkah ia mendengar suara.

"TUNGGGUUU!" teriak seseorang dari belakang, dia berbalik. Ia melihat seorang gadis berlari ke arahnya sambil membawa payung. Tepat di depannya.

Rain mengatur napasnya, mata itu mata yang menatapnya tajam tapi mempesona. Rain tertegun. Ia mengulurkan tangannya. Tangan dingin itu menyentuh kulitnya. Dimas menggenggamnya. "Kenapa kau di sini?"

"Aku ingin melihatmu."

Rain berbagi payung yang sama dengannya. Ia tersenyum. "Kenapa kau ingin pergi?"

"Kau tak ingin melihatku."

Rain menggelengkan kepalanya.

"Itu tidak benar, aku ... juga ingin melihatmu lebih dekat." Dimas menatap mata Rain serius. Dia menarik Rain ke pelukannya. "Aku ingin memilikimu."

Rain terdiam, tapi ia mengalungkan tangannya ke lehernya. Keduanya berpelukan di bawah sinar bulan. Di kelilingi hujan deras dan di payung yang sama.

"Aku bersedia ... menjadi milikmu."

****

Malam yang aneh tapi nyata. Suasana sekitar menjadi canggung. Kejadian tadi begitu singkat dan tak dapat di jelaskan dengan kata-kata maupun tulisan. Kedua tangan itu enggan melepaskan.

Dimas menatap Raina lembut. Rain tersenyum manis ke arahnya.

"Sejak kapan ... kau menyukaiku?"

"Pertama kali ku melihamu."

"Aku pikir kau akan menerkamku dengan tatapan tajammu." Rain tertawa kecil.

"Menjadikanmu milikku adalah tujuanku," bisiknya pelan. Hati Rain berdegub kencang. "Gombal, huhh!"

"Tidak ada yang bisa menarikku secepat ini, hanya kau ... maukah kau terus di sisiku walau apa pun yang terjadi."

Rain menangkup wajahnya. "Jangan pernah pergi ke mana pun, karna ku tak ingin kau menghilang. Aku akan bersamamu...." Dimas tersenyum.

"Kau tidak diizinkan menolak pesonaku."

Rain menyenderkan kepalanya di bahunya. "Tugasku selesai."

"Tugas?"

"Aku bermimpi tentangmu, kau pergi dan menghilang. Kau yang selalu menemaniku di kegepalan. Akhirnya aku berhasil menemukanmu."

Dimas berbisik lembut, "Gadis yang baik."

Rain tertidur dengan nyaman. Ini bukan mimpi ataupun imajinasi. Tapi keajaiban. Dimas memandang Rain. Sekali lagi ia tersenyum.

Dimas menggendongnya masuk ke dalam rumah. Menidurkannya di kasur empuknya. "Good night dear."

Sampai bertemu lagi, Rain Syakira :)

-TBC-

Devil or Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang