Chapter 22

163 11 0
                                    

Sekarang sudah waktunya Syakila akan melakukan operasi. Dan kini Syakila tengah menunggu para perawat yang akan membawanya ke ruang operasi bersama dengan Fatih yang tengah menggenggam tangan Syakila.

"La, kamu harus kuat ya. Jangan ninggalin aku." Ujar Fatih mendukung Syakila.

"Iya, aku akan bertahan demi kamu." Ujar Syakila sambil tersenyum.

"Yaudah sekarang banyak banyak istighfar dulu, supaya operasinya berjalan lancar." Ujar Fatih yang menggenggam tangan Syakila lalu menciumnya. Dan Syakila pun mengangguk atas suruhan Fatih tadi.

Tidak terbayangkan oleh Syakila selama ini, bahwa ia akan mengalami ini semua secara nyata, karena selama ini ia hanya bisa berhayal dan berhayal saja setiap hari. Sampai sampai hal itulah yang membuat ia sakit hatu akhirnya. Akan tetapi semua itu sudah tergantikan dengan kebahagiaannya hari ini. Ntah ini nyata atau hanya mimpi saja, Syakila serasa tidak peduli, karena yang terpenting bagi Syakila sekarang adalah ia bisa merasakan kasih sayang seseorang yang ia cintai secara diam diam selama ini.

Tidak lama setelah itu para perawat pun memasuki kamar Syakila.

"Excuse me." Ujar salah satu perawat yang berada paling depan.

Syakila dan Fatih pun tersenyum kepada perawat itu. Dan Fatih pun mulai bangkit dari duduknya dan membiarkan para perawat tersebut membawa Syakila dengan ranjangnya, dan Fatih juga ikut bersama para perawat tersebut dengan tangannya yang menggenggam erat tangan Syakila. Dengan tujuan memberikan semangat kepada Syakila.

Dan akhirnya kini mereka pun sampai di depan ruangan operasi. Sekarang Fatih harus menunggunya di luar, sedangkan Syakila memasuki ruangan operasi bersama dengan para perawat.

"Ya Allah hamba mohon selamatkan nyawa istri hamba ya Allah..." ujar Fatih yang mulai duduk di kursi depan ruangan operasi.

Di lihatnya sekarang lampu merah, sudah tergantikan dengan lampu hijau, pertanda sekarang operasinya sudah di mulai. Hati Fatih semakin khawatir ia terus beristighfar dan meminta permohonan atas keselamatan Syakila kepada Allah SWT.

Sudah satu jam berlalu akan tetapi operasinya belum juga selesai, dan sampai pada akhirnya salah seorang perawat keluar dengan tergesa gesa. Fatih ingin bertanya kepada perawat tersebut, akan tetapi perawat itu pergi saja tanpa meladeni Fatih.

Rasa khawatir di dalam diri Fatih serasa semakin menjadi jadi karena melihat suster itu yang tergesa gesa. Dan tidak lama kemudian perawat tadi kembali masuk, dengan membawa satu kantong darah di tangannya.

"Astaghfirullah Ya Allah, apa yang terjadi kepada Syakila? Hamba mohon tolonglah selamatkan nyawa istri hamba Ya Allah. Hamba berjanji jika Syakila selamat dari operasinya ini hamba akan melaksanakan puasa nazar hamba selama satu minggu penuh Ya Allah." Ujar Fatih memohon kepada Allah SWT.

Tidak terasa kini air mata Fatih sudah turun begitu saja, karena rasa takut yang ia miliki sekarang ini sangatlah besar, sehingga membuat dirinya tidak tahan untuk menahan air matanya agar tidak keluar lagi.

Sekarang Fatih tidak peduli jika dirinya harus dibilang cengeng oleh orang orang yang melihatnya. Karena yang terpenting bagi Fatih kali ini adalah kondisi Syakila.

Tidak lama kemudian ponsel Fatih pub berdering dan di lihatnya siapa yang menelfon sekarang, yaitu adalah Raina.

"Assalamu'alaikum..." ujar Raina di sebrang telfon.

"Iya wa'alaikumussalam Rai." Ujar Fatih dengan suara yang serak karena ia habis menangis.

"Nak, kamu baik baik sajakan?" Khawatir Kasih di sebrang telfon.

"Iya umi, Fatih baik baik saja kok...." ujar Fatih yang menghapus air matanya akan tetapi suaranya masih terdengar serak.

"Alhamdulillah..." ujar Kasih yang mulai merasa tenang.

"Bagaimana dengan Syakila, apakah operasinya sudah selesai?" Ujar Sayna dari sebrang telfon juga.

"Belum umi, sekarang Syakila masih sedang operasi." Ujar Fatih yang menurunkan nada suaranya karena menahan air mata yang ingin keluar kembali.

"Nak kamu baik baik saja kan?" Khawatir Sayna ketika mendengar nada suara dari Fatih yang terdengar seperti tidak sanggup lagi.

"Iya umi, Fatih baik baik saja, kalian semu tidak perlu khawatir dengan Fatih." Ujar Fatih yang meyakinkan semuanya. Sedangkan orang orang yang ada di sebrang telfon itu sudah pada saling menatap karena khawatir dengan apa yang terjadi sekarang ini pada Syakila.

"Baiklah nak, subuh nanti kami semua akan tiba di sana, nanti subuh kami kabarkan lagi pada mu...." ujar Kasih dari sebrang telfon.

"Baiklah umi, Assalamu'alaikum." Ujar Fatih dan setelah itu sambungan telfon pun terputus. Dan Fatih pun meletakan ponselnya kedalam saku celananya, dan dilanjutkan dengan ia yang mengusap wajahnya dengan kasar. Karena Fatih merasa sekarang dia lah laki laki yang paling lemah sekarang, dia sudah merasa tidak kuat melihat penderitaan yang dialami oleh Syakila selama ini.

Tidak lama kemudian lampu hijau yang ada diatas pintu ruang operasi mati dan bergantikan dengan lampu merah. Tidak lama kemudian para perawat dan seorang dokterpun yang sudah mengoperasi Syakila keluar dari ruangan opersi itu dengan mendorong ranjang Syakila, yang mana Syakilanya masih belum sadarkan diri karena bius yang di berikan.

Fatih pun menemui dokter tersebut dan bertanya pada dokter itu, tentang bagaimana kondisi Syakila sekarang, sedangkan Syakila dan para perawat tadi sudah menuju ke kamar pasien.

"Sorry doctor." Ujar Fatih yang menghampiri Firman yang akan pergi dari sana, akan tetapi langkahnya terhenti karena Fatih.

"Berbahasa Indonesia saja." Ujar Firman memberitahukan sambil tersenyum.

"Baiklah, bagaimana dengan operasinya dok, dan bagaimana dengan kondisi istri saya sekarang." Ujar Fatih bertanya dan berhasil membuat Firman bingung.

"siapa yang di maksud pria ini sekarang apakah Syakila, tapi bukankah Syakila belum menikah?" Ujarnya dalam hati.

"Maksud anda apakah dokter Syakila?" Tanya Firman kepada Fatih.

"Iya dok, dia adalah istri saya." Ujar Fatih yang memberi tahu seketika Firman terkejut akan tetapi Firman langsung mengubah ekspresinya menjadi tenang.

"Oooh, keadaan dokter Syakila sekarang sudah membaik, hanya saja dia tidak akan bisa memiliki anak setelah ini, karena rahimnya yang sudah diangkat." Ujar Firman mencoba menjelaskan, akan tetapi Fatih tidak akan mempermasalahkan hal tersebut, yang terpenting baginya sekarang ini hanyalah kesehatan Syakila saja.

"Alhamdulillahh.... terima kasih dok.." ujar Fatih yang menjabat tangan Firman lalu setelah itu Fatih pun menyusul Syakila kedalam kamar Syakila.

Di lihatnya di dalam ruangan tersebut Syakila yang tengah tertidur pulas karena masih dalam pengaruh obat biusnya. Dan akhirnya Fatih pun memasuki kamar Syakila dan menutup pintu kamar Syakila, lalu ia pun mendekati Syakila dan mencium kening Syakila dengan sangat lama sekali.

"Sayang, bagi aku sekarang yang terpenting itu adalah keselamatan kamu, aku tidak peduli kalau kamu tidak akan bisa hamil. Kita bisa saja nanti mengadopsi salah satu bayi yang ada di panti asuhan nanti." Ujar Fatih yang sangat senang hari ini.

Safari Luka (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang