Chapter 23

151 12 0
                                    

Di ruangan pasien ini Syakila masih belum sadar juga, sedangkan Fatih harus sahur sekarang, karena ia ingin menepati nazarnya tadi malam.

Akan tetapi ia harus menunggu Syakila sadar dulu, biarlah ia tidak sahur sekarang, dan dia akan tetap berpuasa hari ini.

Setelah lima menit menatap Syakila yang masih belum sadarkan diri, tiba tiba ponsel Fatih berbunyi. Dan Fatih pun langsung mengangkatnya dengan tangan kiri yang masih setia menggenggam tangan Syakila.

"Wa'alaikumussalam umi, oh umi udah sampai, yaudah tunggu di luar dulu ya umi, biar Fatih yang jemput." Ujar Fatih dan setelah itu sambungan telepon pun terputus, dengan segera Fatih memanggil suster penjaga, dan menitipkan Syakila pada suster tersebut, sedangkan ia langsung ke luar rumah sakit dan menemui keluarga besarnya yang sudah tiba di depan rumah sakit, akan tetapi sebelum itu Fatih mencium kening Syakila dulu, barulah ia pergi.

"Assalamu'alaikum umi abi, kak, mbak, Quri, Kira, Raina, tante." Ujar Fatih menyapa semua yang hadir di sana.

"Wa'alaikumussalam." Ujar semuanya sambil tersenyum.

"Ayo ikut Fatih..." ujar Fatih yang mulai berjalan. Dan semua orang pun mulai mengikuti Fatih dari belakang dengan menggeret koper mereka masing masing.

Dan akhirnya sekarang mereka semua pun sudah sampai di depan kamar Syakila.

"Ini kamar Syakilanya, oh iya maaf, Fatih mau keluar sebentar dulu, nggk papakan kalau Fatih tinggal dulu." Ujar Fatih meminta izin untuk pergi keluar karena ia ingin mencari makanan untuk sahur sekarang.

"Yasudah nggk apa apa nak." Ujar Kasih sambil tersenyum dan begitu juga dengan semuanya.

"Gue ikut ya tih..." ujar Quri menyarankan.

"Lo yakin, kan lo baru datang?" Ujar Fatih yang takut nantinya Quri kelelahan.

"Yaelah lo kayak bukan sahabat gue aja." Ujar Quri dan membuat semua orang tertawa jadinya.

"Yaudah..." ujar Fatih yang langsung merangkul pundak Quri.

~*~

Setelah tiga menit peninggalan Fatih menemui keluarganya, Syakila pun membuka matanya, ia melihat sekitar kamarnya dengan mencari keberadaan Fatih.

"Astaghfirullah.... Ya Allah kemana Fatih, apakah yang terjadi kemaren hanya hayalan hamba saja Ya Allah...." ujar Syakila yang kini berlinang air mata.

Setelah beberapa menit Syakila menangis tiba tiba ia mendengar suara suara bising dari luar kamarnya. Karena mendengar itu ia pun langsung kenghapus air matanya. Dan tidak lama kemudian pintu pun terbuka dan menampakkan Kasih bersama dengan yang lainnya di ambang pintu.

"Umi...." ujar Syakila yang langsung mengeluarkan air matanya dan Kasih yang melihat putrinya menangis langsung menghampirinya dan memeluk Syakila. Sedangkan yang lainnya juga ikut memasuki kamar Syakila.

"Maafin Kila umi....." ujar Syakila yang menangis di pelukan Kasih.

"Udah, sekarang anak umi yang cantik ini jangan nangis lagi, udah cukup selama ini anak umi tersakiti terus, umi nggk mau liat kamu sedih lagi sekarang." Ujar Kasih yang menghapus air mata Syakila.

"Makasih umi...." lirih Syakila sambil tersenyum.

"Iya sayang..." ujar Kasih sambil mengusap kepala Syakila yang tertutup jilbab instan.

"Kamu cari siapa nak?" Bukan Kasih yang bicara akan tetapi Saynalah yang berbicara, karena sedari tadi ia memerhatikan Syakila yang sedang mencari seseorang.

"Oh iya umi lupa, kamu kan belum kenal sama umi ya." Ujar Sayna yang menghampiri Syakila, karena ia melihat Syakila yang kebingungan.

"Sekarang umi adalah umi kamu juga nak, umi adalah uminya Fatih suami kamu sekarang." Ujar Sayna sambil tersenyum ramah.

"Su-suami? Jadi aku benar benar udah nikah sama Fatih? Dan kemaren itu bukanlah mimpi?" Ujar Syakila yang sudah berbinar binar.

Dan Raina pun menghampiri Syakila dan ia pun berdiri di sebelah Sayna.

"Iya La." Ujar Syakila yang duduk di pinggiran ranjang Syakila.

"Maaf ya Na, aku udah buat kamu gagal nikah." Ujar Syakila yang merasa bersalah.

"Udah nggk usah mikirin itu lagi, karena lima hari lagi aku bakalan nikah kok, dan asal kamu tau, aku nikahnya di sini juga." Ujar Raina menceritakan tentang pernikahannya lima hari lagi.

"Waww, benarkah? Semoga saja sebelum hari pernikahan kamu aku sudah di perbolehkan pulang." Ujar Syakila yang turut bergembira.

"Iya La, aku berharap juga seperti itu, supaya lengkap rasanya." Ujar Raina yang mulai membayangkan pernikahannya lima hari lagi.

"Kamu ini, ada ada saja." Ujar Syakila yang terkekeh.

~*~

Sedangkan kini Fatih dan Quri tengah berada di sebuah tempat makan yang buka selama 24 jam.

"Tih, gue nggk nyangka ya, kita bisa mencapai impian kita dulu." Ujar Fatih yang mengingat ingat perkataan mereka dulu, sewaktu kelas 3 SMA.

"Iya ya, gue juga mikir itu cuma hayalan gue aja." Pikir Fatih sambil tersenyum simpul.

"Hhh, sumpahlah gue sekarang senang banget rasanya bisa mengalami ini semua." Ujar Quri yang mulai menyuapkan makanannya kedalam mulutnya.

"Sama gue juga gitu, tapi gue hanya takut Syakila bakalan kenapa napa, gue nggk mau kehilangan bidadari gue satu satunya." Ujar Fatih yang teringat dengan kejadian tadi malam.

"Lo harus kuat Tih, gue yakin Syakila bakalan baik baik aja. Syakila itu adalah wanita yang kuat, walaupun ia sudah sering tersakiti, tapi dia tetap bertahan, lo ingatkan sewaktu Syakila sering kena bully waktu itu oleh Siliya dan Syakila juga yang waktu itu membuat Siliya menangisi dirinya sendiri. Jujur gue salut sama Syakila, dia satu satunya cewek yang penyabar. Lo sangat beruntung tih bisa dapatin dia, gue harap lo jangan pernah membuat dia menangis lagi ya." Ujar Quri sambil menepuk pundak Fatih. Dan hal itu membuat Fatih bingung karena kata kata terakhir yang dilontarkan Quri tadi.

"Maksud lo, gue jangan buat dia nangis lagi? Emangnya gue pernah buat dia nangis?" Bingung Fatih.

"Pernah, waktu lo bilang mau nikahin Raina, dia selalu nangis tiap hari apalagi sewaktu foto keluarga kemaren itu." Ujar Quri menjelaskan sambil tersenyum sumringah.

"Itu bukan gue yang bikin dia nangis tapi dia yang cemburuan." Ujar Fatih yang tidak mau di salahkan.

"Tapi dia cemburu karena lo kan?" Ujar Quri sambil menaik naik turunkan alisnya.

"Serah lu dah ..." ujar Fatih yang meninggalkan Quri sendirian dengan uang yang di selipkan oleh Fatih di bawah piringnya karena makanannya sudah habis.

"Eh Tih, lo ninggalin gue...." ujar Quri yang masih duduk di sana.

"Lo kalau mau ikut ayok, tapi kalau mau duduk saja, duduklah, makanan lo udah gue bayarin." Ujar Fatih dengan sedikit berteriak, karena ia harus melanjutkan langkahnya karena ia ingin bertemu dengan Syakila sang istri.

"Iya iya...." ujar Quri yang langsung mengikuti langkah Fatih yang sedikit tergesa gesa.

Safari Luka (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang