34

158 17 3
                                    

Mina samperin Mark yang lagi duduk sendiri.

"Mau latihan?" Tanya Mark ke Mina tapi pandangannya tetep ke buku yang ada di depannya.

"Bukan-"

"Kalo gaada yang penting, gausah kesini."

"Mark, Gue minta maaf banget sama sikap Gue yang semena - mena sama Lo. Jujur, sebenernya Gue cuma mau ngedeketin Lo karena bosen. Gue juga minta maaf soal yang di cafe. Disana Gue sengaja karena ngeliat Herin."

Mark menghela nafasnya kasar.

"Cukup. Gua udah tau semuanya Min. Gua ga abis pikir kenapa Lo bisa kaya gitu ke Herin. Dia ga salah apa - apa, Min. Gua ga peduli mau di jadiin bahan pelampiasan sama Lo atau apa."

Mark langsung berdiri, natap Mina yang sedang menunduk ketakutan karena setiap kata - kata yang Mark ucapin penuh penekanan.

"Tapi, kalo Lo main - main sama Gua dan bawa - bawa Herin, jangan harap Gua bakal mau ngomong sama Lo lagi. Bahkan bisa aja Gua batalin penampilan buat pensi nanti."

"G-gue ga akan ngelakuin hal semacam itu lagi Mark. Tolong Mark, maafin Gue."

"Gua pegang omongan Lo. Jangan pernah ngelakuin itu lagi, dan jangan ganggu hubungan Gua sama Herin."

"Thank you so much, Mark." Mina mengulurkan tangannya.

Mark merasa gaenak kalo ga ngebales jabat tangannya Mina.

"Keep your promise."

Mark menjabat tangannya Mina.

"Mark-"

Mark dan Mina langsung ngelirik ke sumber suara.

Mereka langsung lepas jabat tangannya.

"Rin!"

Terlambat, Herin udah lari keluar kelas.

"Mark sorry, Gua udah gaada niat apa - apa.

"Herin salah paham, Gua cari Dia dulu." Mark langsung keluar kelas.

"God, padahal mau selesai malah panjang gini urusannya." Mina merutuki dirinya sendiri.





















"Dasar trenggiling, gara - gara Dia jadi sakit perut gini kan."

Hina lagi ngeflush di kamar mandi. Abis minum kopinya Jaemin yang kafeinnya tinggi, akibatnya lambung Hina ga nerima.

"Hiks hiks"

Hina berusaha buat denger lagi, ternyata bener ada yang nangis.

Bukan sekali atau dua kali Hina denger suara nangis gini.

Setiap mau ngeliat orangnya, malah keduluan karena udah keluar.

Hina buka pintu toilet ternyata masih ada cewe yang nangis di depan wastafel sambil tutupin mukanya.

"Lo yang suka nangis disini? Lo kenapa emangnya?" Hina

"Baru kali ini Gua kelepasan nangis di sekolahan. Hin, sorry Gua gabisa nahan. Tadi-" Herin sesegukan.

"Oke Herin Lu tenang dulu baru cerita ya, coba berhenti dulu nangisnya."

Akhirnya setelah beberapa menit, Herin nenangin dirinya dan berhenti nangis.

"Sebelum ke intinya, Gua jadian sama Mark. Kemaren Hin."

Hina langsung kaget tapi dengan perasaan senengnya.

"Serius? oh my God, itu berita baik Rin! selamat ya akhirnya perasaan Lo kebales juga." Hina meluk Herin.

"Bentar - bentar, tapi kenapa Lo nangis?"

"Itu-"

Tiba - tiba pintu kamar mandi langsung kebuka.



















TBC








choose your fighters!

this

this

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



or

that?

that?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
many obstacles || mark;herinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang