12 Januari, tanggak lahir putra pertamanya, kulit putih, rambut hitam, dan tahi lalat di bawah mata, sungguh wajah yang sangat sempurna.Sean membawa putranya yang baru lahir ke ruang pribadinya yang telah ia ubah menjadi kamar bayi, tanpa diketahui Sena tentunya.
Ruangan yang sangat luas dengan desain klasik serta adanya 12 box bayi yang telah ia siapkan, ya Sean berencana ingin memiliki 12 anak.
Sean meletakkan putranya yang tidur dengan pulas di box bayi paling pojok dengan bertuliskan angka 1 dan bertuliskan nama Daniel Alexander, sebelum itu ia sudah memandikan putranya itu.
Aku terlihat seperti manusia, tetapi aku berbeda sekali dengan kalian, batin Sean sambil mengelus rambut Daniel dengan lembut dan menyelimutinya.
"Tumbuhlah dengan sehat, jadilah anak yang kuat seperti ayah, jangan merepotkan orang lain, dan jangan menyakiti ibumu, aku menyayangimu." Sean mencium kening Daniel dengan lembut dan meninggalkan putranya sendiri yang sedang tertidur pulas.
Sean terduduk sebentar, seakan ada yang lupa dalam ingatannya.
Sean memukul jidatnya pelan, ia lupa dengan Sena, dengan langkah panjangnya, ia menuju kamarnya untuk mengecek Sena.
Sean langsung masuk ke kamar, ia melihat Sena sedang berbaring di atas kasur dengan tatapan marahnya.
"Dasar Sean sialan!Apa yang telah kau perbuat kepadaku hah?!" Teriak Sena.
Sena melempar semua bantal yang ada di atas ranjang ke arah Sean.
Sena bangkit dari ranjang, berencana ingin mengguyur seluruh tubuhnya, berjalan dengan pelan, bagian bawahnya terasa sakit.
Dasar iblis sialan!, Batin Sena.
Sean hanya melihat tingkah Sena di dekat ranjang.
Jedar!!!!!!!!
Sena membanting pintu kamar mandi dengan kerasnya menggunakan seluruh tenaganya yang masih tersisa.
"Dasar Sean sialan! Iblis! Monster! Bajingan! Brengsek!" Teriak Sena dari dalam kamar mandi.
"Ha? Apa kamu bilang? Iblis? Monster? Bajingan? Brengsek? Ya, aku akui bahwa aku seorang iblis juga monster yang brengsek dan bajingan hahahaha." Tak kalah dengan Sena, Sean ikut berteriak dan tertawa menggelegar.
"Dasar iblis sialan!" Gerutu Sena dalam hati.
"Aku masih bisa mendengarmu Sena." Sean berucap kembali.
"Terserah kau saja!" Sena berteriak kembali, kemudian menuju bath up untuk berendam juga untuk menghilangkan tanda merah sialan yang ada di sekujur tubuhnya.
•••••
Sean sibuk dengan peralatan di dapur, ia berencana memasak, ia memasak karena ingat ada seseorang yang butuh asupan.
Tentang Daniel, ia masih tertidur di box-nya, ia sudah pernah bilang kan kalau anaknya tak akan menyusahkan orang, Daniel akan bangun atau menangis ketika ia merasa lapar.
Sean menatap tangga ketika melihat Sena turun dengan tergesa-gesa dengan tangan yang diletakkan di depan dada.
"Apa liat-liat?" Tanya Sena saat sudah sampai di dapur, rambutnya masih basah dan juga belum disisir, terlihat seperti gadis liar, batin Sean.
"Nggak ada baju lain di sini? Aku sudah memakai baju ini selama dua hari, tidak ada niatan ingin membelikanku baju?"
Sean mendekati Sena, memojokkannya di meja makan, kemudian mendudukkannya di atas meja, mereka kini saling berhadapan.
Tangan Sena sedari tadi juga tak lepas dari dadanya, Sean tak tau apa yang terjadi.
Sean menurunkan tangan Sena dan memegangnya, dan terlihatlah baju Sena yang basah di bagian dadanya.
"Produksi susuku terlalu banyak hingga tumpah-tumpah, di mana anakku? Aku ingin menyusuinya." Sena ingin turun dari meja, tapi Sean menahan pinggang Sena.
Sean mencium bibir Sena sekilas, tangannya bergerak ke dada Sena, ia meremas pelan dada Sena, yang membuat baju Sena tambah basah lagi.
Plak!
Sena menampar tangan Sean, Sean hanya tersenyum lebar.
"Dasar pria tak tau malu, asal pegang dada orang saja, om-om tak tau diri." Gerutu Sena di depan Sean.
"Terserah, yang penting aku bahagia."
Sean kembali menggenggam kedua tangan Sena, ia mengecup kedua tangan Sena dan berakhir mencium kening Sena.
"Terimakasih karena mau melahirkan anakku."
R E V I S I 22-08-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster [✓]
Fanfiction[PART SUDAH TIDAK LENGKAP/SEBAGIAN ADA DI KARYAKARSA] Langit malam tak menghentikan langkahnya, jika suatu hal sudah ada keinginannya, maka tak akan ada yang dapat menghalanginya. Sean terjun bebas, meninggalkan jembatan tempat dirinya berpijak. Tuj...