20. Back To You

56.8K 2.9K 245
                                    

Pagi menjelang siang ini, di kediaman Sean tengah ribut berdebat bagaimana mereka akan pergi ke kediaman orang tua Sean.

" Lebih baik kita jalan kaki saja " Usul Jerome.

" Aku tidak mau, di luar sangat panas kak " Elina menolak usulan Jerome.

" Bagaimana kalau kita pakai mobil saja " Usul Yasdar.

" Memangnya siapa yang akan menyetir? Supir yang bekerja di rumah kita sedang libur " Daniel ikut bergabung dalam obrolan.

" Iya juga sih, bagaimana kalau tidak jadi ke rumah nenek dan kakek? " Usul Jeremy.

" Jeremy !!!! "

" Kakak!!!! "

Protes semua keduabelas saudara itu, Sean yang melihatnya hanya bisa memutar matanya malas, di rumah ini yang bisa menyetir hanyalah dirinya jadi tidak mungkin kalau mereka pergi menggunakan mobil.

" Bukankah kita punya kekuatan? Kenapa tidak memakai kekuatan kita saja ? " Edward bertanya dengan suaranya yang serak.

" Wah!! Ternyata sekalinya kamu berbicara semua masalah terselesaikan " Puji Lia kepada Edward.

" Betul sekali, baiklah papi ayo kita berangkat " Ajak Ellen

Sean mengangguk, mengajak semua anak-anaknya berpegangan tangan satu sama lain, dalam hitungan detik mereka semua telah sampai di depan pintu gerbang sebuah rumah megah yang terletak di tengah-tengah hutan.

" Wah, rumahnya megah sekali " Jesselyn terkagum dengan rumah tersebut.

" Bapak, kenapa rumahnya mewah sekali, berarti kakek dan nenek orang kaya? Jadi, kapan kita bisa miskin ? " Tanya Leon yang membuat Sean dan anak-anaknya geleng-geleng kepala.

" Benar sekali, sekali-kali, kita hidup miskin dong pak, biar ngerasain rasanya jadi orang miskin " Tambah Jeremy yang malah mendapatkan pukulan di kepalanya, yang ternyata pelakunya adalah Jerome, sang kakak yang sama absurdnya dengan dirinya.

" Kalau begitu ayo kita masuk " Ajak Sean melangkah masuk ke dalam.

" Kalian tunggu di luar pintu, ayah akan mengecek dulu apakah orang tua ayah ada di rumah " Ucap Sean ditanggapi anggukan oleh anak-anaknya.

Sean melangkah masuk, membuka pintu dan disuguhi oleh interior rumah tersebut yang bertema modern, ia mendengar suara langkah kaki seseorang yang sedang turun dari tangga.

" Sean! " Panggil seseorang.

" Ayah " Dan ternyata seseorang tersebut adalah ayah Sean, Bastian Alexander.

Sean mendekati ayahnya dan memeluknya sebentar.

" Bagaimana kabarmu nak? " Tanya ayah Sean.

" Aku baik-baik saja, di mana ibu ? "

" Ibumu sedang ada di atas " Ayah Sean berucap lagi.

" Ada sesuatu yang ingin aku katakan " Sean menjelaskan kedatangannya ke sini.

Sean menyuruh anak-anaknya masuk, Ayah Sean yang melihatnya hanya menatap mereka dengan bingung.

" Mereka siapa?" Tanya ayah Sean.

" Halo kakek " Jesselyn menyapa lebih dulu.

" Hai Grandpa " Lia ikut menyapa ayah Sean.

" Jangan-jangan mereka......"

" Ya, mereka adalah anakku " Sean memberikan jawaban kepada ayahnya.

" Bagaimana bisa? "

" Ya, bisalah kek, kan bapak menghamili ibu " itu bukan suara Sean melainkan suara Jerome.

" Jerome! Diam dulu " Daniel sebagai kakak tertua mengingatkan Jerome.

" Ya karena aku ingin punya anak " Jawab Sean

" Tapi kenapa banyak sekali? " Ayah Sean bertanya lagi.

" Ya karena aku ingin, ayah " Ayah Sean menghela nafas panjang, jawaban anaknya sangat tidak memuaskan.

" Terserah kau saja Sean, ayo semua duduk dulu" Ajak ayah Sean kepada anak-anak Sean.

Anak-anak Sean mengikuti ajakan kakeknya, mereka duduk di ruang tamu dengan diikuti Sean juga.

Seorang wanita cantik memasuki ruang tamu, matanya melihatkan sebuah tatapan keterkejutan.

" Sean! " Ibu Sean , Rachel Alexander, tidak percaya bahwa anaknya sedang ada di sini.

Ibu Sean mendekati Sean dan duduk di samping ayah Sean.

" Sejak kapan kamu ada di sini? " Tanya Rachel, ibu Sean.

" Baru saja " Jawab Sean seadanya.

" Mereka siapa? Apakah mereka temanmu ? " Rachel bertanya sambil menunjuk anak Sean .

" Bukan, mereka adalah anakku "

" APA?!!!!!!!!!!!!!!!! " Rachel berdiri saking terkejutnya.

" Kenapa bisa? " Tanya Rachel sambil memegang kepalanya karena kepalanya mulai pusing.

" Tanya ayah saja Bu, aku tidak ingin menjawab "

Rachel kembali duduk, kepalanya bertambah pusing.

" Di mana ibu mereka? "

" Mama cantik kami sedang pergi " Elina menjawab pertanyaan Rachel.

" Pergi kemana? "

" Entahlah, aku tidak tahu, hanya saja papa sering bilang begitu " Elina menjelaskan.

" Sean, tolong jelaskan! " Bastian menatap mata anaknya.

" Nanti akan ku jelaskan lagi "

" Oke, kalau begitu, perkenalkan diri kalian masing-masing nak "

Anak-anak Sean memperkenalkan diri mereka satu persatu.

Mereka semua mengobrol dengan senangnya, mulai dari Daniel yang menceritakan kegiatannya saat bekerja di kantor ayahnya, Leon yang memelihara Liong, dan sampai dengan Jesselyn yang sangat manja.

Menjelang sore hari, mereka semua berpamitan kepada orang tua Sean, Rachel dan Bastian sebenarnya tidak rela jika semua cucunya pulang, tapi mereka semua juga tidak mau menginap di sini, alasannya mereka tidak ingin berpisah dengan Sean.

Melihat alasan mereka membuat Rachel dan Bastian tersenyum, itu menandakan kalau Sean merawat cucunya dengan baik.

Mereka semua telah kembali ke rumah dan langsung menuju kamar masing-masing kemudian beristirahat.

Sean tersenyum melihat semua anaknya, anak-anaknya hari ini terlihat sangat bahagia.

Sean memasuki ruang pribadinya yang kini telah diganti menjadi tempat istirahatnya dan juga ruang kerjanya.

Sean menuju meja kerjanya kemudian duduk di sana, membuka lemari kecil yang ada di samping meja dan mengambil sebuah foto

" Sekarang, anak-anak kita sudah besar, apakah kamu tidak ingin kembali kepadaku? "

Sean mengelus-elus foto tersebut dengan pelan kemudian mendekapnya.

" Aku merindukanmu Sena."













    R E V I S I  23-08-2020






Monster [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang