Yushio memberikan masing-masing dari mereka sebungkus kain perlengkapan yang akan mereka gunakan untuk perjalanan ke rumah Urokodaki.
Burung hantu datang kemarin membawakan surat. Itu berisi Urokodaki akan menunggu kedatangan murid baru dan memberikan do'a untuk Yushio agar hidup baik. Yushio segera mempersiapkan barang-barang untuk perjalanan mereka.
"Akhirnya, aku akan sendiri lagi."
Yushio berkata agak sedih sembari menepuk kepala Giyuu. Sabito memandang Yushio dengan keyakinan dan tekad. Sedangkan Makomo ketidakrelaan terpampang jelas diwajahnya.
"Kami akan mengunjungimu ketika kami lulus Yushio-san! Tidak perlu khawatir." Sabito berkata meyakinkan diikuti anggukan Giyuu dan Makomo.
Melihatnya membuat air mata Yushio mengancam keluar dari matanya. Yushio merentangkan tangannya dan menarik mereka bertiga kedalam pelukan beruang. Yang dipeluk agak terkejut namun segera membalas kembali.
"Kalian harus sukses."
"Ya, pasti." Giyuu menjawab dengan tenang. Yushio makin mengeratkan pelukannya.
"Jadilah hashira!"
"Tentu!" Kali ini Sabito yang menjawab. Wajahnya memperlihatkan senyum lebar. Yushio mengelus pipinya yang masih menyisakan luka.
"Dan jangan terluka.," Yushio berkata dengan lemah. Sabito dan 2 lainnya memeluknya untuk menenangkan Wanita yang lebih tua. Setelah bertukar salam perpisahan mereka bertiga berangkat dengan perbekalan yang disiapkan Yushio.
Yushio memasuki kembali rumahnya setelah kepergian tiga anak tadi. Dengan hati-hati duduk dan tak henti memikirkan tentang tempat yang mereka tuju.
Rumah Urokodaki dekat dengan Mansion Ubuyashiki. Yushio ingin mengantar mereka, namun hatinya yang egois tidak ingin kembali mengingatnya. Jadi dia memilih untuk tinggal, dia tau tidak mudah melupakan Kagaya.
Yushio keluar dari rumah menjelang malam. Berusaha mengeluarkan perasaan sepinya. Dia berjalan di jalanan desa itu, matanya sayu dan berjalan tanpa tujuan hanya menikmati angin malam. Tidak sebelum melihat kedai sake, dia segera memasukinya.
Desahan keluar dari mulutnya ketika melihat kedalam toko itu tempat duduk penuh. Namun ada bangku yang hanya di tempati seorang saja. Yushio mendekatinya dengan ramah.
"Permisi, apakah anda keberatan berbagi tempat duduk denganku?"
Pria itu menoleh. Matanya tajam dengan iris merah, rambut hitam gagak agak ikal membingkai wajahnya. Pria itu memiliki kulit agak pucat dan memakai kimono hitam yang cocok untuknya. Pria itu memandang nichirin dipinggng Yushio dan senyum kecil terlihat diwajahnya.
"Tentu."
"Terimakasih."
Yushio tidak memperhatikan ada yang aneh dengannya jadi dia mengembalikan senyum dan duduk di depannya dengan tenang. Yushio mengangkat tangannya ke pegawai yang lewat.
"Tolong bawakan 2 botol sake."
Pelayan itu mengangguk dengan ramah, dia berjalan kedapur belakang dn memberitahukan pesanan Yushio. Pelayan itu segera kembali dan menaruh pesanan di depan Yushio.
Yushio segera menuangkannya pada cangkir kecil dan meneguknya, desahan puas keluar dari bibirnya.
"Siapa namamu?" Pria di depan Yushio tiba-tiba bicara. Yushio menuang sake ke cangkir lain dan mendorongnya di depan lelaki itu.
"Namaku Yushio Mushigiwara, tolong panggil Yushio saja. Bagaimana denganmu?"
Lelaki itu mengambil cangkir yang di dorong dan meminum dengan satu tegukan dia kemudian melihat wanita di depannya.
"Namaku Muzan. Kibutsuji Muzan."
Muzan menunggu reaksi Yushio untuk menghunuskan pedang padanya. Dia cukup yakin wanita Yushio itu adalah pemburu iblis melihat pedang nichirin di pinggangnya. Namun dia tidak tau Yushio bukan pemburu iblis resmi jadi dia juga tidak menerima informasi resmi seperti adanya pencipta iblis Kibutsuji Muzan.
"Apa kamu pemburu iblis?" tanya Muzan blak-blakan. Yushio melebarkan matanya.
"Y-ya, tapi aku bukan anggota resmi."
Muzan menatap heran, baru pertama kali mendangar hal ini. Apalagi wanita di depannya memiliki aura seorang hashira. Bagaimana bukan anggota resmi membuatnya sangat aneh. Namun Muzan tidak ingin membahasnya lebih lanjut.
"Begitu.,"
Yushio mengangguk dengan senyum dan melanjutkan minumnya. Dia kemudian menyerahkan gelas kosong kepada pria bersurai hitam itu.
"Jadi Muzan-san, sebagai tanda perkenalan kita mau berlomba minum sake?"
Muzan melebarkan matanya terkejut. Muzan tak habis pikir tentang Yushio. Menilai reaksinya tadi dia yakin Yushio tidak tau tentang Kibutsuji Muzan. Mungkin karena dia anggota tidak resmi jadi dia tidak tau pikir Muzan.
Muzan menertawakannya dengan kekehan kecil. Dia mengambil gelas kosong itu kemudian menuangkan sake dari botol pada cangkir kecil miliknya dan milik Yushio.
Keduanya menegak sake.
Setelah beberapa putaran meja mereka dipenuhi botol sake. Banyak orang yang melirik mereka namun segera takut ketika melihat tatapan tajam Muzan. Yushio sendiri telah memerah dipipi matanya sayu karena mabuk. Sedangkan Muzan, sake tidak berpengaruh padanya. Dia mulai bertanya.
"Kenapa kamu datang kemari sendirian jika kamu begitu mabuk?"
Yushio berusaha mengangkat botol namun tidak sanggup. Dia menopang dagu dengan tangannya matanya menatap meja. Bibirnya sedikit mengerut.
"Aku., Kesepian.,"
"Kesepian?"
"Ya., aku pergi dari rumah dan tinggal sendirian. Kadang aku berharap untuk kembali namun harga diriku berkata tidak."
Muzan mendesah mendengarnya. Seorang pelayan mendatangi meja mereka meminta bayaran yang akhirnya dibayar oleh Muzan. Pria itu melirik Yushio yang sangat mabuk mencoba berdiri. Kakinya menapak tidak seimbang, Muzan segera meraih pinggangnya dengan kesal juga geram.
Mereka berdiri diluar pintu. Muzan meilirik Yushio dengan niat membunuh kental. Sedangkan yang dilirik tidak sadar hanya terus bersandar di lengan Muzan dengan wajah merah dan mata sayu.
Muzan memperhatikan dari tulang selangka ke wajah. Dia cantik, Muzan tau. Namun hal seperti ini biasanya tidak bisa menghentikan keinginan membunuh karena merepotkan.
Namun kali ini, sesuatu dalam hati Muzan mengganggu. Pria itu mengacak rambut hitamnya dan mendesah kesal. Baru pertamakali menghadapi konflik batin aneh ini.
Muzan berjalan untuk pergi, dia tidak peduli jika Yushio akan jatuh atau diculik. Tapi Yushio mengencangkan cengkramannya dan menatap Muzan dengan mata memelas.
"Muzan ... -san."
"Apa?"
Mata merahnya melirik pada Yushio yang setengah sadar. Pria itu mengerutkan alis dengan kasar, merasa tidk bisa lagi bersabar. Namun, Yushio tidk menyadarinya, dia hanya tidak ingin sendirian lagi.
"Jangan pergi ..."
Ohohoho ...
Masih pengen sama Kagaya?Jangan lupa vote dan komen!!
Leven_Ack
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Story || Kagaya X Reader X Muzan || Kimetsu No Yaiba
RomantikKagaya hanya ingin jatuh cinta namun statusnya tidak mendukung, sehingga membuat skema. Sedangkan Muzan terlalu mencintainya hingga lupa mengontrol pikiran. Keduanya hanya pria egois. Ini hanya kisah wanita yang mudah jatuh cinta, Yushio. Dan mudah...