Hashira tertegun oleh kejadian ini. Bahkan Kagaya tidak cukup bereaksi ketika rasa sakit oleh kenangan masa lalunya terus membuat gejolak di dada.
Tangannya menggantung ke depan ketika mencoba untuk menjangkau wanita yang dirindukannya. Berapa tahun? Berapa hari dia menunggu sampai bahkan tak bisa menghitung.
"Yushio?"
Nadanya bergetar ketika mengucap namanya. Citra, ketenangan, bahkan keanggunannya tidak cukup diperhatikan. Namun ketika mengucap nama Yushio kembali sadar oleh dirinya sendiri.
Dia bukan orang lemah seperti yang dulu! Yushio menggertakkan gigi dan mengeraskan hati. Wajahnya mendongak kembali menatap Ubuyashiki Kagaya. Menarik napas dalam kemudian menghembuskan Yushio berkata tenang.
"Kagaya, sudah cukup lama ... Bahkan kamu telah memiliki anak-anak cantik."
Kagaya terdiam. Perkataan Yushio telah menusuk hatinya beberapa kali dan dia merasa seolah berjalan di ladang ranjau. Pujian untuk keluarganya seharusnya menyenangkan hati, namun jika itu keluar dari mulut Yushio itu tidak lebih dari kutukan seumur hidup.
"B*jingan tidak sopan!"
Sanemi kehilangan kesabaran, dia ingin menerjang dan menundukkannya di depan Oyakata-sama untuk meminta ma'af akan ketidak sopanannya. Namun Yushio tidak bergerak seincipun. Tangan Kagaya yang terangkat memberi isyarat untuk berhenti.
Kagaya terlihat tenang, namun hatinya bisa dikatakan cukup gundah. Dia telah bertemu dengan Yushio setelah sekian lama dan tidak ingin kembali mengulang kepergiannya. Yushio hanya melirik oleh tindakannya.
"Karena kamu telah mengijinkan Tanjiro dan Nezuko. Kuharap kamu juga mengijinkan aku ..."
"Apa?"
Kagaya takut disaat sama juga khawatir. Dirinya maju selangkah lagi, dengan firasat buruk menjalari hatinya. Jika bisa, dia tidak ingin melanjutkan percakapan yang membuatnya terus gugup. Dia ingin mereka berbincang ringan seperti dulu.
Tapi itu mustahil, dan Kagaya tau itu.
"Aku kembali untuk keluargaku, dan kata Giyuu butuh ijin darimu jika ingin tinggal."
Yushio berkata dengan tenanh. Namun wanita itu menahan pertanyaan yang sebenarnya. Dia bertanya-tanya apakah orang-orang disini akan menerimanya jika dia berkata dirinya setengah iblis.
Tentu saja tidak.
"Baiklah, aku mengijinkanmu. Namun ..."
Kagaya menarik napas untuk menenangkan diri. Dia tidak ingin menyerah disini.
"Temui aku setelah rapat pilar."
Yushio terkejut. Tapi bukan hanya dia, semua yang hadir di sana memiliki keterkejutan yang jelas di wajah mereka. Yushio mengerutkan dahinya oleh tindakan Kagaya yang terang-terangan.
Tangannya mengepal kuat. Pria ini pria itu, Kagaya ataupun Muzan, mereka sama! Selalu menghancurkan masa depannya dengan kebenaran yang di sembunyikan. Bahkan mempersulit setelahnya.
Yushio keras kepala, dia kemudian melihat Kagaya yang saat ini buta seakan menderita penyakit parah. Wanita itu sedikit melunakkan hatinya dan meringankan kerutan alis.
"Baik ... Aku akan."
"Gyomei,"
Kagaya berkata pelan dan nadanya halus. Pria bermata buta itu mengangguk mengerti, tubuh besarnya berdiri dan maju kedepan untuk meraih tangan Yushio.
Namun, detik berikutnya Giyuu bergerak menghalanginya dengan tatapan datarnya yang sedalam lautan. Hanya mengucap satu kalimat.
"Apa yang akan kamu lakukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Story || Kagaya X Reader X Muzan || Kimetsu No Yaiba
RomanceKagaya hanya ingin jatuh cinta namun statusnya tidak mendukung, sehingga membuat skema. Sedangkan Muzan terlalu mencintainya hingga lupa mengontrol pikiran. Keduanya hanya pria egois. Ini hanya kisah wanita yang mudah jatuh cinta, Yushio. Dan mudah...