Yishio memakai hal-hal dengan simple. Dia kemudian menggantungkan pedang di pinggangnya. Wanita itu juga memasukkan dompet ke dalam yukatanya. Yushio berjalan menuju pintu rumah untuk keluar, namun belum sempat memegangnya pintu telah digeser.
"Muzan-san? Kukira kamu akan menungguku di desa."
Muzan tidak menanggapi dan hanya mengoreksi penampilan Yushio yang sederhana. Namun segera alis Muzan berkerut.
"Tinggalkan pedangmu."
"T-tapi ini untuk perlindungan.."
"Tidak perlu, anggap aku sebagai pelindung."
Yushio hendak membalas argumennya. Namun melihat wajah Muzan yang penuh keyakinan dan intimidasi membuatnya menghela napas pasrah. Dia berjalan keluar rumah bersama Muzan menuju desa.
Sesampainya disana Yushio tidak menyangka akan begitu ramai dan sesak. Ketika memikirkannya Yushio ingat ada kuil besar disini yang mungkin membuat desa ini ramai ditahun baru yang penuh orang-orang datang untuk berdo'a.
Dia jalan maju menerobos kerumunan. Namun begitu dia masuk, tubuh kecilnya terdesak kesana-kemari. Dia sedikit bersyukur tidak membawa pedangnya yang akan menambah kerepotan.
Dia terus terdorong ketika tangannya merasakan rasa dingin menariknya kebelakang dan mengaitkan jari-jari pada telapak tangan Yushio. Yushio mendongak, mendapati itu Muzan yang menariknya, dia menunjukkan senyum kecil.
Muzan-san ... Keren.
Namun segera senyumnya turun dan wajahnya menunduk untuk menyembunyikan semburat merah di pipinya. Muzan memperhatikan tindakan yang dilakukan Yushio.
"Ada apa? Apa kamu merasa tidak nyaman?"
Tenang Yushio! Ini bukan kencan, ini hanyalah kompensasi!!
Yushio segera mengakhiri perang batinya. Dia kemudian menatap Muzan untuk menghindari kecurigaannya.
"A-aku tidak apa-apa."
Yushio segera menyeret Muzan untuk membeli permen apel. Menangkap ikan dan permainan tembak berhadiah. Semua hanya Yushio yang terus mengajak Muzan. Muzan hanya mengikuti tanpa permintaan.
Mereka kini duduk di bangku kosong. Yushio mulai merasa tidak enak ketika memikirkan hanya dirinya yang bersenang-senang. Sedangkn tujuan sebenarnya adalah membayar hutang.
"Muzan-san, apa yang kamu inginkan?"
Muzan memandang langit dan berpikir ketika mendengar pertanyaan Yushio.
"Tidak ada."
Yushio menatapnya dengan mata agak melebar. Dia heran kenapa Muzan setuju dengan pertemuan ini jika dia tidak menginginkan apapun. Mencoba menormalkan ekspresi dia bergeser lebih dekat.
"Setidaknya pikirkanlah Muzan-san. Aku akan merasa tidak enak jika begini terus.."
Muzan memandang Yushio dengan mata merah tajamnya. Senyuman masih tergantung di sana.
"Kalau begitu, belikan sesuatu untukku."
Yushio terperangah, dia tidak mengharapkan jawaban seperti ini. Dengan ragu-ragu dia kemudian mengangguk kecil setuju.
"Baiklah."
Keduanya kembali berkeliling mengamati dagangan yang ditawarkan oleh orang-orang di sana. Yushio mulai memikirkan barang-barang yang mungkin cocok untuk Muzan. Dia terus menggandeng Muzan dari toko ke toko lain, terlalu fokus untuk memikirkan hal lain.
Mata Yushio menangkap pedagang datang dengan karavan besar. Banyak hal diangkut di karavan itu. Yang membuat Yushio tertarik, banyak barang-barang yang datang dari wilayah barat. Segera dia menghampirinya.
"Muzan-san! Tidakkah ini cocok untukmu?"
Yushio memakaikan topi di kepala pria bersurai hitam itu. Senyuman merambat ketika mendapati itu sangat cocok dengan Muzan. Yushio menyerahkan cermin yang diberikan oleh penjaga dagangan di depan Muzan. Muzan memegangi topi yang ada dikepalanya saat ini.
"Yah, cukup bagus."
"Benarkan?" Yushio membayarnya tanpa basa-basi. Perasaan hutang yang ada kemarin terangkat. Dia mengembangkan senyum cerah.
Kerumunan yang tadi banyak mengerumuni dagangan dan mainan kini menipis. Mata Yushio memperhatikannya dengan seksama.
"Sepertinya kembang api akan segera dinyalakan."
Muzan berkata menatap ke orang-orang yang mendekat ke danau. Dia kemudian menoleh kembali pada Yushio.
"Mau pergi?"
Yushio sedikit terpana dengan wajah Muzan, namun segera dia sadar dan mengangguk. Mereka pergi bersama beberapa orang menuju danau, banyak pasangan kekasih maupun keluarga dan mereka duduk diantaranya. Mereka menunggu dengan diskusi masing-masing.
Muzan dan Yushio hanya diam dan menunggu kembang api. Jika ingin jujur, Yushio agak merasa canggung.
Pyuu--duar!! Duar!!
Banyak orang berseru dan bertepuk tangan ketika melihat banyak kembang api meledak di langit, menerangi malam gelap. Yushio sering melihatnya ketika dulu merayakan akhir tahun di desa kelahirannya.
Ini sedikit ... nostalgia.
Yushio menoleh kesamping untuk menatap Muzan. Jantungnya berpacu, waktu seakan melambat diantara pengelihatannya. Dia merasakan tangannya yang masih digenggam oleh tangan dingin milik si pria. Yushio mengalihkan pandangan kekakinya.
Sisa debaran jantung masih ada. Matanya sayu, dia mengingat perasaan ini. Rasa yang selalu membuatnya merasa aneh dan sakit. Dia mengingat perasaan ini ketika melihat Kagaya, bagaimana lembut dan halus perkataannya. Bagaimana anggun di setiap gerakannya. Semua membuat jantung di dadanya berpacu. Dengan arti,
Dia menyukainya.
Yushio membendung air disudut matanya. Kali ini dia meremas yukata di dadanya. Dia kembali teringat, Muzan yang ada di sampingnya membuat jantungnya berdegup juga. Sama seperti waktu ketika dia bersama Kagaya. Yushio tidak dapat merasa heran.
Apa ini arti aku menyukainya?
Kenapa aku begitu mudah jatuh cinta?
Apakah aku akhirnya melupakan Kagaya?
Yushio membenamkan kepala dilututnya. Telinganya mendengar ledakan kembang api. Namun dia tetap menyembunyikan wajahnya, tidak mendongak untuk melihat.
"Yushio-san?"
Yushio mengangkat wajahnya. Dia menengok Muzan yang memanggilnya. Yushio memiringkan kepalanya.
"Ya?"
"Apa kamu tidak menyukai kembang api?"
Yushio menggeleng, dia memunculkan senyuman kecil untuk mengatakan dia baik-baik saja. Matanya melengkung seperti bulan sabit. Bibir tipisnya menghembuskan kalimat.
"Aku menyukainya."
Jangan lupa vote dan komen!!
Leven_Ack
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Story || Kagaya X Reader X Muzan || Kimetsu No Yaiba
RomanceKagaya hanya ingin jatuh cinta namun statusnya tidak mendukung, sehingga membuat skema. Sedangkan Muzan terlalu mencintainya hingga lupa mengontrol pikiran. Keduanya hanya pria egois. Ini hanya kisah wanita yang mudah jatuh cinta, Yushio. Dan mudah...