Chapter 20 : Blood

2.4K 341 29
                                    

Yushio menghabiskan waktunya dikamar atau biasanya berjalan-jalan di tempat dengan banyak ruangan yang lebar itu. Nichirin selalu ada di pinggangnya ketika hidup dikelilingi iblis.

Suatu kali Muzan pernah sangat marah karena dia tidak lagi menerimanya. Waktu selanjutnya Yushio mendengar dari pelayannya bahwa Muzan membantai rumah-rumah yang ditemuinya di jalan.

Yushio yang telah mendengarnya mencoba untuk tidak membuat Muzan marah. Suatu kali, dia juga merasakan hatinya tidak dapat berubah dengan mudah.

Hati Yushio masih mencintainya, setelah semua yang dia lakukan pada manusia. Ini membuat wanita itu sendiri frustasi dan membenci dirinya sendiri.

Pernah juga dia mencoba memikirkn jalan melarikan diri, namun ternyata beberapa iblis setingkat hashira tinggal disini, membuat pikirannya pupus.

Banyak hal diketahui ketika para pelayannya berbicara. Muzan merupakan iblis terkuat dan iblis yang mampu membauat iblis lain dengan darahnya. Bawahan utamanya ada 12 dibagi iblis bulan atas 6 dan iblis bulan bawah 6.

Yushio menghela napas lelah ketika pelayan iblisnya masuk bersama dengan seekor burung hantu ditangannya. Iblis itu menyerahkan sepucuk surat.

Yushio membuka dan membacanya. Matanya menyipit ketika mendapati itu adalah tulisan tangan Urokodaki.

Aku pikir kamu masih sehat disana. Aku menuliskan surat ini hanya untuk memberitaumu bahwa akau akan pensiun. Jika kamu mencariku datang ke kaki gunung .

Giyuu, Sabito, dan Makomo telah melakukan tugasnya sebagai murid dengan baik. Mereka pergi ke seleksi ujian pemburu iblis dua bulan lalu. Namun, hanya Giyuu Tomioka yang keluar dengan selamat.

Kuharap dengan segera dia akan menjadi penerus pilar air jika kamu tidak menginginkan posisi itu. Jika kamu membutuhkanku dalam keadaan darurat selalu ingat untuk mengirimku surat.

Urokodaki Sakonji

Yushio meremasnya dan terisak dalam tangisan. Kesedihan melanda hatinya ketika tau bahwa Sabito dan Makomo tidak selamat. Air mata tetap mengalir ketika dia membaca baris terakhir.

Jika kamu membutuhkanku dalam keadaan darurat selalu ingat untuk mengirimku surat.

Mata Yushio melebar ketika tidak lagi peduli dengan air mata dipipinya. Dia memiliki alat untuk meminta tolong, yaitu burung hantunya.

Yushio ingin meraih burung itu ketika suara pintu digeser oleh seorang pria jangkung dengan mata merah delima. Mata Muzan menangkap pipi basah milik Yushio membuat dahinya mengernyit. Dia melihat Yushio ingin meraih burung hantu ditangan Pelayan iblis itu.

"Apa yang membuatmu menangis?"

Muzan segera menghampiri dan dia merebut surat dari tangan Yushio. Kedua kekuatan saling menarik membuat kertas itu sobek. Muzan membacanya ketika fokus pada nama yang tertera.

Urokodaki Sakonji?

Dia meremasnya menjadi debu. Kemarahan berkibar ketika dia melihat Yushio menatapnya dengan kesedihan. Hati Muzan juga serasa di jatuhi puluhan ton beban. Dia masih tidak suka ketika Yushio tidak menatapnya seperti dulu. Mata yang penuh kegembiraan yang telah berlalu lama.

Muzan melirik burung hantu yang telah mengantar surat dan menatap pelayan yang memberikan surat pada Yushio. Dia menebas kepala pelayan iblis yang memegang burung hantu ditangannya dengan kekuatan seperti daging menerjangnya. Semua terjadi dalam hitungn detik, sehingga Yushio tidak dapat bereaksi.

"Tidak!"

Sayang, seperti yang di duga Yushio, burung hantu itu tidak selamat. Mereka ikut terkubur oleh tumpukan daging dari kekuatan Muzan. Yushio hanya bisa kembali merelakan kebebasannya.

"Teng!"

Suara bergema ditelinga Yushio ketika dia tiba-tiba berpindah ke kamar yang berbeda. Di ruangan itu hanya ada dirinya dan Muzan.

Mereka duduk berhadapan dengan meja kecil memisahkan. Diatas meja terdapat cangkir kosong. Yushio mengangkat tatapannya dari cangkir pada Muzan.

Tidak butuh waktu lama Muzan mengiris pergelangan tangannya dan menumpahkan darah pada cangkir yang kosong dan mengisinya penuh darah. Mata Yishio melebar ketika mengetahui maksud dari tindakan Muzan.

"Minumlah."

"Kamu mengurungku disini, namun sekarang kamu juga ingin mengubahku menjadi Oni?!"

Muzan tak bergeming. Menurutnya ini adalah jalan untuk membuat Yushio hidup abadi bersamanya. Dia tidak ingin kehilangan Yushio yang sebagai manusia berumur pendek. Dia tidak pernah tahan ketika mengingat Yushio akan pergi meninggalkannya. Jadi dia akan memaksanya meminum darahnya.

Tangan Muzan menggeser cangkir itu pada Yushio. Mata Muzan tidak memalingkannya dari Yushio, senyumnya telah hilang ketika Yushio tidak lagi menerimanya.

"Minumlah!"

"Tidak! Aku tidak mau!"

Yishio berteriak, tubuhnya bergetar ketika hatinya menolak sepenuh hati. Dia mengayunkan tangannya untuk melempar gelas penuh darah Muzan itu. Namun dengan cepat pergelangan tangannya dihentikan oleh Muzan. Pria itu segera memasukkan darah yang ada di cangkir kedalam mulutnya dan mencium Yushio.

Ciumannya kasar dan mendominasi. Muzan memainkan lidahnya dan mendorong darah yang ada dimulutnya pada mulut Yushio. Dia akan meminumkan darahnya entah apapun caranya, namun menolak untuk memberi cedera. Darah sedikit mengalir keluar ketika Muzan melakukannya. Yushio hanya bisa berjuang tidak berdaya dalam ciumannya.

"Mpp!! Mmhh!!"

Dengan paksa Yushio menelan cairan itu. Cairan lengket dan hangat mengalir melalui tenggorokannya. Yushio berharap dia tersedak, namun tidak terjadi. Muzan melepaskannya dan mngusap bibir Yushio hati-hati. Yushio hanya terengah-engah ketika paru-paru mencoba memasok oksigen sebanyak mungkin.

Itu tidak berlangsung lama ketika darah Muzan mulai menyatu dengan darah Yushio. Wanita itu memegangi dadanya yang kesakitan, urat-urat menonjol melalui dahinya dan taring sedikit tumbuh.

"Aaah!"

Muzan memeluknya berharap rasa sakit akan segera mereda. Namun tidak seperti yang diharapkannya darah Yushio memiliki penolakan terhadap darah iblis. Membuat organ-organ mengalami kerusakan karena darah saling menolak.

"Guh."

Yushio memuntahkan seteguk darah merah segar membuat mata Muzan melebar. Yushio yang ada dalam pelukannya memiliki detak jantung makin lambat. Muzan dilanda kepanikan, tangannya sedikit bergetar memgangi tubuh Yushio.

"Yushio? Yushio?!!"

Mata Yushio berlahan kabur ketika mendengar teriakan Muzan. Tubuhnya terasa sangat sakit dan kepalanya berdengung keras. Dahinya yang penuh keringat menandakan perjuangannya. Bernapaspun menjadi semakin menyakitkan, seolah paru-parunya tercabik-cabik.

Namun sayang, Tangan yang menggenggam haori Muzan melemas ketika perlahan visinya telah menjadi hitam.








Tamat.


















Canda deh.

Jangan lupa vote dan komen!!

Leven_Ack

My Life Story || Kagaya X Reader X Muzan || Kimetsu No YaibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang