Chapter 9 : Frozen Tears

2.5K 368 14
                                    

Hari ini, adalah pernikahannya dengan Amane, wanita dari kuil yang dipilih untuknya. Dia ingin menyembunyikan semua dari Yushio. Kagaya telah meminta Urokodaki untuk membuat Yushio berlatih keras hari ini walau Yushio telah lulus. Kagaya meminta Urokodaki menyembunyikan pernikahan ini dari Yushio dengan pelatihan.

Salju turun dari langit, tapak kaki Yushio terlihat di salju. Wanita itu mendatangi latihan mendadak Urokodaki. Dinginnya cuaca tidak mengganggunya namun sesuatu membuatnya gusar.

"Urokodaki-san, apa kamu tau apa yang terjadi pada Kagaya? Aku yakin beberapa hari ini dia bersikap aneh,"

Urokodaki melihatnya terus mengayunkan pedang. Tangan kanannya sedikit menengang ketika ditanyai. Dia ingin sekali menuruti permintaan Oyakata-sama. Namun, melihat murid di depannya yang berusia 17 tahun tak tau kebenarannya. Dia menjadi sedikit merasa bersalah. Dia tidak ingin membohonginya.

"Mungkin dia merasa sakit?"

Urokodaki balik bertanya membuat ayunan pedang Yushio berhenti. Wanita itu menatap Urokodaki dengan mengerutkan alis juga bibir merahnya. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran.

"Mungkin saja., ma'af Urokodaki-san sepertinya aku harus menemuinya."

Kaki Yushio berlari meninggalkan tempat berlatih. Nichirin dia sarungkan ketempatnya, dia pergi ke rumah Ubuyashiki. Urokodaki melihat kepergian Yushio, dia mengepalkan tangan dan berbicara dengan bisikan.

"Ma'afkan saya Oyakata-sama.,"

Yushio lewat gerbang belakang rumah yang selalu di datanginya. Namun, apa yang berbeda hari ini adalah, ada aksesoris acara resmi di halaman. Mengerutkan alis, dia memasuki rumah Ubuyashiki yang selalu tanpa penjagaan itu.

Dia mendengar lantunan do'a buddha. Dan berjalan mendekatinya, akhirnya berhenti ke aula utama dibatasi pintu. Tangannya mencoba menggeser, namun sesuatu dalam hati berkata untuk tidak membukanya. Yushio memberanikan diri untuk mengintip sedtidaknya.

Pintu digeser sedikit, memberikan celah kecil pada Yushio untuk mengintip. Banyak orang duduk berjajar. Namun selain itu Yushio memperhatikan sepasang pria dan wanita yang memakai baju beda dari yang lain.

Itu Kagaya yang memakai pakaian resmi, sedangkan disampingnya. Seorang wanita tak dikenal memakai gaun pengantin. Kagaya berjalan ke arah Amane untuk mengakhiri prosesi pernikahan. Sebelum matanya menangkap sosok yang seperti pergi dari pintu, Kagaya mengerutkan kening.

Siapa ... ?

Jika bisa Kagayaakan ergi untuk mengeceknya. Namun dia disini harus terus melanjutkan prosesi pernikahannya.

Ba dump!

Tidak! Tidak! Tidak! Aku pasti bermimpi..,

Yushio mundur dengan terkejut oleh apa yang dilihatnya. Dengan mata melebar air mata mulai mengalir di pipinya. Dengan kaki yang bergetar Yushio bangkit.

Yushio berlari kembali ke belakang rumah Ubuyashiki, tidak menyadari jepit rambut bunga sakuranya terjatuh ketika dia berbalik dengan cepat.

Setiap langkah dibuat dengan terburu-buru, airmata selalu meluncur keluar tanpa permisi. Tangannya menutupi mulut agar tidak menghasilkan suara. Namun, hatinya berdegub menyakitkan, begitu menyakitkan membuatnya sadar setiapkali menyangkal ini adalah mimpi.

Yushio menyandarkan diri pada dinding pagar bagian luar rumah ubuyashiki. Dia memejamkan mata membuat air mata mengalir di kedinginan musim. Dia duduk di salju kakinya kedinginan begitu sakit, tapi tidak lebih menyakitkan dari hatinya.

Matanya menatap dengan kosong pada hutan salju di depannya. Napasnya menimbulkan uap yang menyebar. Perasaannya telah hancur hari ini, menjadi debu. Seakan semua waktu yang dilewatinya dengan Kagaya tidak lagi berarti. Semua karena pernikahan yang dilihatnya.

My Life Story || Kagaya X Reader X Muzan || Kimetsu No YaibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang