Giyuu membawanya ke sebuah ruangan dengan satu lemari dan meja kecil yang penuh laporan dengan bantal duduk disudut. Yushio kini berdiri menunggu sejenak saat Giyuu pergi dan berkata untuk tinggal disini.
Beberapa saat kemudian suara langkah kaki datang dan disambut dengan mata birunya yang menatap Yushio. Giyuu membawakannya seember air dan kain bersih. Membuat Yushio agak bingung.
"Ini ... Untuk wajah Yushio-san."
Yushio merasakan pipinya merah malu karena tidak terpikir bahwa matanya bengkak. Dia dengan buru-buru mengambil ember kayu kecil dari tangan Giyuu.
"Terimakasih."
Giyuu hanya mengangguk tanpa suara sebagai tanggapan, dia kemudian membuka lemari di sebelahnya dan menggelar futon di lantai. Pria itu menatap Yishio sejenak, yang tidak bergerak dari tempat berdirinya.
"Silahkan tidur saja Yushio-san, aku akan menulis laporan."
"Baik."
Yushio duduk di futon dan memeras air dari kain yang disiapkan kemudian berbaring sembari menaruhnya di atas mata merahnya. Wanita itu mengangkat sedikit kain dri matanya dan mengintip Giyuu saat ini duduk tegak menulis laporan. Malam hening diruangan itu hanya bisa terdengar gesekan kuas dengan kertas.
Yishio melihat punggung kokohnya kini dengan jelas terlihat ketika haori dia gantung di tempat lain. Yushio hanya bisa menghela napas, bagaimana dia tumbuh dengan cepat. Dia memikirkan bagaimana Muzan tidak mungkin menemuknnya ketika tiba di tempat persembunyian pemburu iblis.
Yushio menyandarkan kepalanya dengan nyaman ke bantal dan mulai menutup mata mencoba untuk tidur. Beberapa saat kemudian ruangan itu dapat terdengar napas Yushio yang teratur dalam tidurnya.
Wanita itu sama sekali tidak bangun ketika Giyuu yang telah selesai dengan laporannya kini menggelar futon disebelahnya dan mengganti kompres mata dengan yang baru.
Giyuu menatap atap kamarnya sebelum akhirnya berbalik menatap Yushio yang tertidur. Alisnya sedikit berkerut menandakan hati kecilnya gelisah. Pria itu perlahan membuka mulutnya dengan suara rendah yang maskulin.
"Yushio-san, kenapa kamu ..."
Giyuu mengulurkan tangannya dan menyingkirkan rambut Yushio yang sampai kewajahnya. Walau hanya cahaya bulan yang menyinari kamar itu, Giyuu dapat melihat wajah Yushio-san cantik yang diingatnya. Dia perlahan bersuara dalam bisikan.
"... Menjadi iblis?"
Giyuu mengingat ketika dirinya tadi pamit pergi meninggalkan Yushio dikamarnya, dia dalam dilema. Pedang yang disarungkannya siap memenggal iblis manapun. Namun bahkan, dia tidak dapat menatap mata Yushio ketika memikirkan pedangnya adalah pembunuh iblis. Karena dia tau bahwa Yushio adalah iblis.
Tangannya mengepal erat dengan buku-buku jarinya yang memutih. Berharap suatu saat dapat mengubah Yushio menjadi manusia, sebagaimana tekat Tanjirou pada Nezuko.
Dia tidak tau harus berbuat apa lagi.
Yushio menjadi iblis mungkin tidak memakan manusia, namun Giyuu tidk memiliki saksi seperti Tanjirou. Bahkan Yushio menjadi iblis langsung di tangan Muzan. Giyuu dapat berspekulasi sangat banyak sehingga di beberapa waktu membuat hatinya goyah. Dari semua itu hanya satu solusi paling masuk akal bagi dirinya sebagai Hashira Air.
Bunuh dia.
Giyuu bangkit duduk di atas futonnya. Tangan kirinya menyeret nichirin yang di taruh di sampingnya. Goresan ringan antara sarung pedang dan lantai kayu dapat di dengar seakan juga mengiris jantung Giyuu. Pria itu mengerutkan alisnya dalam-dalam ketika jantungnya terus berdetak keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Story || Kagaya X Reader X Muzan || Kimetsu No Yaiba
RomanceKagaya hanya ingin jatuh cinta namun statusnya tidak mendukung, sehingga membuat skema. Sedangkan Muzan terlalu mencintainya hingga lupa mengontrol pikiran. Keduanya hanya pria egois. Ini hanya kisah wanita yang mudah jatuh cinta, Yushio. Dan mudah...