Yushio berlari melalui salju untuk keluar dari kota yang penuh kenangan dengan Kagaya. Dia hanya membawa pedang dan beberapa perlengkapan.
Yushio telah memberikan perpisahan dengan orang-orang yang dekat dengannya. Saat ini hanyalah jarak yang dibutuhkan untuk menyembuhkan luka dihati.
Larinya begitu kencang melawan salju. Tidak sebelum dia menabrak seseorang.
Buk!
Yushio meringis dan memegangi bahunya. Di mendongak untuk melihat siapa yang ditabraknya. Dan matanya melebar ketika mengetahui orangnya. Wajahnya pucat karena dingin dan Rambut yang berantakan tidak membantu penampilannya. Mulut tipis Yishio terbuka kecil dengan ragu.
"Gyomei ... -san?"
Yushio kenal baik dengan orang ini setelah Urokodaki dan Kagaya. Pertemuan mereka berawal ketika Yushio menunggu Kagaya setelah berlatih pernapasan. Saat itu Kagaya tidak kunjung datang ke tempat biasanya mereka menghabiskan waktu bersama.
Waktu itu sesosok datang menghampiri Yushio dengan tangan menangkup seperti berdo'a. Dia duduk di dekat Yushio tanpa menatapnya. Yushio melihat dengan penasaran, dan mendapati bahwa pria itu buta.
Bunyi kecil dihasilkan oleh kalung ditangannya. Dia kemudian sedikit mengeluarkan air mata dari matanya yang putih.
"Amu Amidabutsu ..." gumam si pria buta.
"Siapa anda?" Yushio bertanya penasaran. Dia pernah mendengar dari Urokodaki bahwa pria ini salah satu pilar yang baru dari pernapasan batu, namun dia tidak mengenal detailnya.
"Saya Himejima Gyomei, apakah anda Yushio Mushigiwara?"
"Ya."
Yushio mengangguk sembari menjawab. Dia masih penasaran tentang alasan pria ini datang menghampirinya. Apa lagi di belakang pagar tembok rumah Ubuyashiki, tempat sepi dengan hutan dan tebing terhampar setelahnya.
Seakan tau tatapan Yushio, Gyomei menggerakkan kalung ditangannya sekali lagi dan menjawab.
"Saya tau anda adalah kekasih Oyakata-sama dan saya disini untuk memberitahu bahwa beliau tidak bisa datang kemari karena urusannya."
Yushio menatapnya ragu. Dia sedikit menggigit bibir sebelum kembali bertanya.
"Apa anda diutus oleh Kagaya, Himejima-san?"
Himejima menggelengkan kepala. Yushio mengalihkan pandangannya ke kaki dan mengayun-ayunkannya secara teratur. Sesaat dia agak kecewa dengan beritanya. Suasana hati agak menurun, namun Yushio masih terus berusaha berpikir positif.
"Kalau begitu, saya akan tetap disini. Kagaya tidak memintaku pergi, dan biasanya saya juga akan menunggu sampai sore jika dia datang. Jika dia tidak datang ..."
Yushio menatap hutan yang dipenuhi warna kuning dan oranye. Daun tersebar sepanjang tanah yang ada di hutan. Senyum kecil merambat dibibirnya tidak serasi dengan mata yang memandang sedih.
"Saya tetap akan menunggunya ..."
Himejima tidak bisa tidak tersentuh dengan ketulusan dan kesabaran wanita di sampingnya.
Dia tau membedakan suara orang berbohong atau tidak setelah sekian lama hidupnya, dan jarang bertemu dengan seseorang sejujur Yushio. Himejima bersyukur Oyakata-sama memilih kekasih yang begitu baik.
Air mata sedikit mengalir keliar dari matah putih polosnya. Himejima hanya bisa berkata.
"Namu Amidabutsu., Namu Amidabutsu.."
Setelah itu, tiap kali Kagaya sibuk dengan urusannya yang tidak memungkinkannya untuk bertemu Yushio, Himejima akan muncul untuk menemani Yushio di belakang pagar tembok rumah Ubuyashiki.
Mereka duduk bersebrangan di salah satu meja restoran. Himejima memesan teh olong untuk menghangatkan Yushio, namun Yushio tidak menyentuhnya samasekali.
Himejima tau apa yang diketahui Yushio. Oyakata-sama pernah memintanya untuk menjaga rahasia agar Yushio tidak tau tentang pernikahannya dan Amane, sama seperti Urokodaki.
Namun bertemu Yushio yang saat ini terburu-buru keluar desa membuatnya yakin keegoisan Oyakata-sama tidak berhasil. Yushio pasti mengetahui pernikahan yang diadakan hari ini, dan memutuskan untuk pergi.
"Ma'af Gyomei-san, aku harus pergi."
"Saya tau Yushio-sama, tapi saya yakin perasaan Oyakata-sama terhadap anda nyata."
Yushio menahan napas agar tidak mengeluarkan isak tangis. Setelah seperkian detik dia menghembuskannya. Matanya menatap Himejima yang ada di depannya.
"Gyomei-san, dia sudah memiliki istri. Aku tidak dapat mencintainya lagi, dan dia mungkin tidak mencintaiku lagi."
Gyomei mengerti seberapa keras Yushio menhan tangisnya. Dia tau sakit hati yang di alami ketika seseorang merasa dikhianati, jadi dia tidak memiliki hal untuk menyangkal.
Yushio menyapu air mata yang hampir keluar disudut matanya dan kemudin berdiri.
"Aku harus pergi Gyomei-san, tolong jaga Kagaya."
Dengan itu Yushio keluar dari restoran dan pergi mengangkat kaki dari desa. Himejima tidak bisa menghentikannya, Yushio telah menitipkan Oyakata-sama kepadanya. Di sisi lain dia juga hashira yang tidak dapat meninggalkan tanggung jawabnya.
"Saya menunggu kepulangan anda Yushio-sama."
Himejima menunduk dan menangkupkan tangannya berdo'a untuk keselamatan dan kesejahteraan Yushio. Karena sakit hati jarang memiliki obat untuk menyembuhkannya.
"Namu Amidabutsu ... "
Jangan lupa vote dan komen!!
Leven_Ack
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Story || Kagaya X Reader X Muzan || Kimetsu No Yaiba
RomansaKagaya hanya ingin jatuh cinta namun statusnya tidak mendukung, sehingga membuat skema. Sedangkan Muzan terlalu mencintainya hingga lupa mengontrol pikiran. Keduanya hanya pria egois. Ini hanya kisah wanita yang mudah jatuh cinta, Yushio. Dan mudah...