Chapter 16 : Go With You

2.3K 337 43
                                    

"Kamu sering kemari ya, Muzan. Padahal sudah memasuki musim semi, apa kamu tidak memiliki pekerjaan?"

Muzan duduk di sebrang Yushio. Mereka berada di kedai sake ketika pertama bertemu. Keduanya beberapa minggu terakhir ini sering bertemu disini sebagai kebetulan--atau itu yang dipikirkan Yushio.

Kebenarannya adalah Muzan yang selalu mengawasi Yushio dimalam hari.

"Aku barusaja mengurus beberapa bawahanku."

Muzan tidak berbohong, dia baru saja merekrut iblis bulan bawah baru bernama Rui. Yushio menyandarkan kepalanya dengan malas. Matanya menyapu gelas ditangannya.

"Aku akan pergi untuk mencari waktu berpiknik."

Muzan mendengarkan informasi baru ini. Dia diam untuk mendengarkan kelanjutannya. Yushio merasa hal ini harus diberitahukan pada Muzan jadi dia melanjutkannya.

"Aku akan pergi ke beberapa tempat yang tenang."

Yushio menyamarkan tempat mana yang dia tuju. Kemudian dengan mata bertanya dia menatap Muzan yang sedari tadi tidak bergeming.

Muzan sadar. Dia kemudian menarik senyuman menawan. Membuat debaran itu kembali lagi di dada Yushio.

Yushio kesal dengan perasaan ini. Dia muak, ketika tanda empat siku imajiner muncul di dahinya. Kedua tangan Yushio maju untuk mencubit kedua pipi pucat Muzan yang kini sedikit merah.

Muzan tidak membalas, hanya menatap Yushio masih tersenyum. Jika salah satu iblis bulan melihat ini, mungkin mereka akan salah mengira jika orang ini bukan Muzan dan bahkan ada kemungkinan serangan jantung karena terkejut. Muzan yang mereka kenal akan segera membunuh orang-orang yang menyinggungnya.

"Jangan tersenyum."

Muzan membuka bibirnya untuk bertanya. Larangan Yushio cukup tidak masuk akal dengan alasan yang juga tidak masuk akal.

"Kenapa?"

"Karena itu terlalu menawan!!"

Muzan diam karena terkejut, bibirnya kembali datar. Tangan Yushio menengang, ketika mulutnya terbuka dengan kaget. Pupilnya bergetar ketika mengingat perkataannya barusan.

Karena itu terlalu menawan!!

Menawan..

Wan..

An..

Suara bergema dikepala Yushio. Seperkian detik dia kembali tersadar ketika menarik kembali tangannya yang mencubit pipi Muzan. Dia kemudian melirik kesana-kemari sebelum berdeham canggung. Ketika batinnya mengutuk

Mulut sialan!

Muzan kembali membentuk senyuman. Kali ini sedikit lebih lebar dari sebelumnya. Jujur dia senang dengan pujian, apalagi itu keluar dari mulut seseorang yang khusus untuknya.

"Menurutmu aku menawan?"

"A-apa? S-Se-Sepertinya kamu salah dengar Muzan."

Muzan menyangga kepala dengan tangan bertopang dagu. Dia menatap lurus pada Yushio yang ada di depannya. Bibirnya terbuka menghasilkan suara serak menggoda.

"Jika kamu berpikir seperti itu, tidak perlu pergi berpiknik sendiri."

Yushio memiringkan kepalanya kesamping ketika manatap muzan dengan bingung. Mulutnya berkerut, sebelum akhirnya mengeluarkan suara.

"Kenapa?"

"Cukup pergi denganku dan tatap aku."

Yushio menatapnya terguncang mulutnya terperangah dengan mata melebar, pipinya merah. Tidak menyangka kata-kata narsis keluar dari mulut Muzan. Keadaan hening sesaat dengan Yushio yang shock, walau sedikit dari Yushio senang dengan dirinya yang diajak pergi.

Dengan cepat yushio mencoba menormalkan ekspresinya yang gagal.

"Jika pergi denganmu, kemana kamu akan membawaku pergi?"

Muzan mengangkat alisnya geli dengan jawaban wanita di depannya. Dengan satu tegukan Muzan menyapu gelas berisi teh itu. Dia kemudian meletakkan cangkir dan kembali menatap Yushio.

"Kamu akan pergi denganku?"

Yushio mengerutkan kening. Barusan dia setuju dengan Muzan. Jadi tentu saja, "Ya."

Muzan mengangguk ringan. Dia kemudian menaruh uang diatas meja yang cukup untuk pesanan mereka. Pria itu menggenggam tangan Yushio dan menariknya, membuat Yushio hanya bisa mengikuti di belakangnya ketika mereka keluar dari kedai.

Pikiran Yushio berputar bingung, dia kemudian mengintip muka Muzan yang sedang memegang tangannya memimpin jalan. Yushio sedikit ragu sebelum akhirnya bertanya.

"Kita mau kemana?"

Muzan melirik Yushio disudut matanya yang merah. Senyumannya seperti biasa ada disana menghiasi wajahnya.

"Tentu saja, mempersiapkan kencan kita."

"Apa?!"

Mata Yushio melebar terkejut dengan pernyataannya. Dia ingin berhenti namun tangan Muzan terus menariknya. Keringat mengalir panik dipelipisnya, ketika jantung berpacu di dalam rongga.

Jadi itu tadi ajakan kencan?! Yushio menjerit dalam hati. Tidak tau apakah harus senang atau sedih. Dia tidak memiliki waktu untuk memikirkan kejadian barusan.

"Tapi, bajuku!" Yushio mencoba beralasan ketika muzan menjawabnya dengan cepat.

"Tinggalkan kain lusuh itu. Aku akan memberikan yang lebih baik."

L-lusuh?!

Yushio ingin memprotes. Namun saat ini argumen lebih dibutuhkan daripada protes. Dia kembali mengajukan hal lain.

"Pedangku!" Sekali lagi, itu hanya dijawab Muzan dengan cepat, matanya memutar malas.

"Itu ada di pinggangmu."

Yang benar saja! Kenapa aku tidak meninggalkannya tadi?!

Yushio hanya bisa pasrah ketika melihat katana tergantung di pinggangnya yang ramping. Setelahnya, seekor burung hantu bertengger di pundaknya. Itu peliharaannya.

Yushio kehilangan minat untuk beralasan dan hanya berjalan mengikuti langkah Muzan yang berada di depannya. Yushio melihat tangan Muzan yang menggenggam miliknya. Dia menggenggam kembali tangan Muzan. Senyum mengembang dibibirnya.

Sepertinya, sudah waktunya untuk melupakan.

Sepertinya, sudah waktunya untuk melupakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komen!!

Leven_Ack

My Life Story || Kagaya X Reader X Muzan || Kimetsu No YaibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang