Pertama

142 14 1
                                    

Ada tiga hal yang paling disukai Cerri Almadyara. Pertama hujan. Kedua aroma matcha. Dan ketiga bintang

Ada tiga hal yang paling di impikan Cerri. Pertama menari dibawah hujan. Kedua melihat bintang di hamparan luas. Dan ketiga keliling jogja bersama orang tercinta

Sayangnya ketiga hal itu belum bisa terealisasikan. Ketika dia hujan-hujanan, sang mama akan langsung memarahinya. Dia mungkin sering melihat bintang di setiap malamnya. Tapi, itu belum seperti keinginannya. Dan untuk keliling jogja bersama orang tercinta pun, dia tidak bisa. Untuk alasan ini biar dia pendam sendiri

Cerri mengehela nafas pelan "Semoga semua itu bisa terwujud. Dan lo, orang ya mewujudkan impian gue" gumamnya

Bel istirahat berbunyi nyaring membuyarkan lamunan Cerri. Sedari tadi memang pak Joko tidak hadir. Dia menitipkan tugas pada Bu Berta, guru BK Bina Bangsa.

Lila dan Anggun menghampiri Cerri "Kita mau ke kantin. Lo ikut ngga?" Cerri mengangguk menyetujui ajakan kedua sahabatnya itu.

"Hari ini jadwalnya siapa?" Ceri bertanya kepada kedua sahabatnya itu. Jadwal yang dimaksud adalah jadwal memesan makanan. Itu memang sudah menjadi kesepakatan mereka.

Anggun berpikir sesaat "Kemarin kan gue, berarti hari ini lo." Cerri mengangguk kemudian pergi menuju stand favorit mereka. Tak perlu bertanya apa yang ingin mereka makan, karna sudah pasti jawabannya baksonya mang Ujang dan jusnya bu Gendis.

Sementara Cerri memesan makanan. Lila dan Anggun memilih bangku kosong. SMA Bina Bangsa memiliki dua kantin. Satu dilantai tiga dan satunya lagi dilantai satu. Dan kantin paling ramai ada dilantai tiga. Jadi, jika mau makan disini, harus sesegera mungkin memilih bangku. Alasan mereka memilih kantin dilantai tiga, hanya merekalah yang tau.

Dari sini Anggun bisa melihat gerombolan cowok kakak kelasnya itu, "Gilaaa. Ka Angka ganteng banget." Lila mengikuti arah pandangan Anggun. Seketika Lila menjerit tertahan, "Sumpah nggun, kadar ketampanan mereka makin meningkat aja." Anggun mengangguk menyetujui ucapan Lila. Dan salah satu alasan mereka memilih kantin ini, karena ini. Di lantai tiga banyak cogannya.

Cerri datang membawa tiga mangkuk bakso, dua gelas jus mangga, dan satu gelas matcha. Merasa heran dengan tingkah kedua sahabatnya, Cerri menoleh. Disana, tepatnya lima bangku dari tempat yang dia duduki, tujuh orang cowok sedang bergurau. Tak memperdulikan tatapan kaum hawa yang memuja mereka

Tanpa sengaja tatapan Cerri bersitatap dengan sang mata elang. "Ka Angka ngeliatin gue astagaaa." Cerri menoleh menatap Anggun yang hiperbola. Apa iya tatapan tadi untuk Anggun? Tapi, tatapan itu seperti tertuju untuknya. Cerri menggeleng. Bodo amatlah. Kembali melihat ke gerombolan itu, dan Angka sang pemilik mata elang sudah sibuk dengan ponselnya.

Tak memperdulikan tingkah kedua sahabatnya Cerri lebih memilih memakan bakso favoritnya. Dengan sambal lima sendok tanpa campuran kecap maupun saos. Baginya bakso tanpa campuran kecap dan saos akan jauh lebih enak

Lila ngeri melihat banyaknya sambal untuk campuran baksonya itu, "Lo ngga takut sakit perut Cer?" tanyanya seraya berdigik ngeri. Dia saja yang sambalnya dua sendok terkadang bisa sakit perut.

Cerri mengangkat pandangannya kemudian menggelengkan kepala

Anggun cuma menoleh sekilas "Gue suka sama ka Angka" gumam Anggun bertopang dagu, dan matanya masih tertuju ke gerombolan itu-lebih tepatnya tertuju ke Angka. Lila dan Ceri menoleh sekilas kemudian melihat gerombolan yang menjadi pusat kantin

"Gue juga suka"

"Siapa coba yang ngga suka Ka Angka"

Anggun mendelik tajam. Bukan itu maksudnya, "Maksud gue, gue bener-bener suka sama ka Angka. Dalam artian gue pengin jadian sam dia"

Impossibility (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang