Ketiga

44 10 2
                                    

Pertandingan basket telah berakhir beberapa jam yang lalu. Ya, pertandingan persahabatan itu sudah dilangsungkan di Sma Mutiara. Dan Bina Bangsa kembali menyabet juara

Cerri senang? Tentu saja. Tapi, Cerri tidak henti-hentinya mengumpat. Karna kejahilan kedua temannya itu dia harus berakhir disini. Cerri menghentakkan kakinya kesal. Awas saja, dia akan membuat perhitungan pada mereka berdua

Setelah pertandingan basket selesai, tanpa tau-menahu kedua temannya langsung pergi meninggalkan sekolah. Awalnya dia tidak mau ikut. Tapi karna bujuk rayu kedua sahabatnya, dia jadi terhasut

Jujur saja Cerri menikmati pertandingan tadi. Bahkan, dia bisa melihat betapa kerennya Angka saat bertanding. Karena ke kompakkan timnya itu pun, Bina Bangsa berhasil menyabet juara. Cerri menggeleng. Kenapa dia jadi mengingat cowok itu sihh

Cerri menghentikan langkahnya. Dia melihat suasana sekitar yang cukup sepi. Dia berniat ingin mencari taksi di jalan besar. Tapi, untuk sampai sana dia harus melewati jalan setapak yang cukup sepi. Cerri merinding. Kenapa suasananya jadi menyeramkan seperti ini?

"Cantik"

Cerri menghentikan langkahnya lagi. Matanya menemukan gerombolan cowok yang sedang bersiul menggoda. Cerri mencoba tidak peduli. Dia kembali melangkah. Tapi kali ini, langkahnya terpaksa berhenti karena dihadang satu orang cowok. Cerri menelisik penampilan cowok ini. Tidak terlalu buruk. Bahkan dia cukup tampan. Tapi, Cerri bukan cewek yang dengan gampangnya ikut begitu saja

"Abang anterin yaa" tawarnya dengan tatapan nakal

Cerri mencoba acuh. Dia kembali melangkah ke kanan dan cowok itu ikut ke kanan. Dia ke kiri dan cowok itu juga ikut ke kiri. Cerri menghembuskan napasnya kasar

"Minggir. Gue mau lewat" ucapnya tajam

"Ayolah cantik. Abang anterin yaa?" Cerri mendengus mendengar tawaran itu. Sudah dibilang dia tidak mau. Kenapa masih ngeyel sihh

"Sikat Jer"

"Kalo ngga mau sama bang Jerri, sama bang Riko juga hayuk" sahut teman Jerri lainnya

Jerri melototi Riko "Enak aja. Kali ini jatah gue yaa"

Riko mendengus "Ya elahh jerr. Perasaan dari kemarin jatah lo mulu" Riko tertawa diikuti yang lainnya

Cerri sungguh ingin menyakar muka para buaya ini "Ngga usah dan makasih!" Jawab Cerri Galak

"Galaknya" Jerri terkekeh diikuti sahabatnya

Masih dengan senyuman nakalnya dia berujar "Gue demen nih yang galak-galak begini" ucapan Jerri mengundang siulan menggoda dari teman-temannya

Cerri siap melangkah lagi ketika cowok yang Cerri ketahui bernama Jerri itu memegang tangannya. Cerri mencoba melepaskan pegangan itu. Tapi dasarnya Cerri yang terlalu memiliki badan imut jadi susah deh. Dan cowo di depannya ini pun memiliki badan yang kekar

"Udah ngikut aja"

Cerri meronta mencoba melepaskan "Lepasinn" desisnya kesal

"Dari tadi gue udah pake cara halus yaa. Dan lo malah milih cara yang kasar? Oke gue ladenin" Cerri menatap sekitar. Tempat ini benar-benar sepi. Cerri sudah pasrah jika harus dibawa cowok ini. Dan demi apapun Cerri benar-benar ketakutan. Kelakuannya yang sok pemberani tadi hanyalah kedok untuk menutupi ketakutan gadis itu

"Lepasin dia" Seketika suara tawa yang menggema itu berhenti. Cerri menoleh menatap cowok itu. Ada perasaan lega dan bingung dihatinya. Bagaiman cowok itu bisa ada disini? Oke. Ganti pertanyaannya. Kenapa cowok itu masih ada disini? Pertandingan sudah berakhir sekitar satu jam yang lalu. Dan lagi, dia melihat tim basket sudah meninggalkan sekolah ini. Dan Angka? Cerri menggelengkan kepalanya

Impossibility (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang