Keempat

43 7 0
                                    

"Ehh, kripik gue"

Cerri mencoba melihat siapa pelaku yang mengambil kripik pisangnya. Tapi tidak bisa. Orang itu tertutupi rak makanan ini. Dia, hanya bisa melihat bibir cowok itu. Ya sudah Cer, ikhlaskan saja

Herman menyenggol lengan Angka "Udah ada yang punya itu. Main ambil aja"

"Ehh, sorry" Angka menyerahkan keripik itu. Angka mencoba menatap cewek di depannya tapi tidak bisa. Cewek itu tertutupi rak makanan ini

"Ngga papa.Yuk cabut Lil" ucapnya seraya menarik Lila meninggalkan kantin. Lila mengikuti Cerri. Dia masih cengo. Karena tadi-

Lila memegang lengan Cerri, "Tunggu Cer" Cerri menghentikan langkahnya

"Kenapa?"

Lila kembali menoleh ke kantin, "Lo ngga tau tadi bicara sama siapa?"

Cerri ikut menoleh kebelakang "Emangnya siapa?" sahutnya cuek

Lila mengumpat pelan. Benar kan dugaannya, Cerri tidak tau orang itu. Kalo dia tau, mungkin Cerri sudah histeris

"Ka Angka"

Cerri melotot "What? Kenapa lo ngga bilang sih? Kita harus balik kesana" Lila menghadang Cerri yang sudah siap melangkah, "Ngga bisa. Lo mau telat masuk pelajarannya Pak Gendut?"

Cerri mendesah frustasi. Sebenarnya dia hanya penasaran pada wajah Angka yang katanya ganteng itu. Sungguh, dia seperti tidak diberi kesempatan untuk melihat wajah Angka

"Udah lah. Besok juga ketemu lagi" Lila menarik Cerri yang ogah-ogahan. Dia sebenarnya prihatin. Tapi membolos pelajarannya pak Gendut juga bukan pilihan yang bagus

"Ya elah buk. Pagi-pagi udah ngelamun aja" ucapan Anggun membuyarkan lamunan Cerri. Tapi tak urung dia memilih diam. Jelas lah, orang dia masih marah

Anggun menduduki bangku Ayu "Seriusan Cer, Lo marah? Jangan gitu dong" Anggun menggoyangkan lengan Cerri, berharap orang ini luluh

Cerri tidak menggubris Anggun. Dia memilih memainkan ponselnya

"Awas" Anggun berdecak pelan karena Ayu sudah datang. Anggun berdiri, kemudian memilih duduk di meja

Ayu melirik Anggun, Matanya melirik Cerri memberi kode bahwa sahabatnya ini masih marah

"Lo masih marah Cer?" tanya Ayu. "Kita cuma becanda doang elahh"tambahnya

"Udahan dong marahnya" sahut Anggun

Cerri menatap kedua sahabatnya jengah. "Kalian pikir yang kemarin itu lucu?kalian ngga tau kan gimana gue yang udah kaya orang ilang. Bodo. Intinya gue masih marah sama kalian" sungut Cerri

Ayu dan Anggun meringis pelan. Sepertinya kemarin mereka sudah keterlaluan

"Gimana kalo sebagai pertanda minta maaf, kita gratisin baksonya mang Ujang. Gimana?" Cerri menatap Ayu cepat. Baiklah, dia akan memaafkan mereka berdua demi bakso mang Ujang

"Oke. kalo kalian maksa. Tapi plus minumannya juga" setuju Cerri

Anggun dan Ayu cuma mengangguk. Mereka kan tidak memaksa. Cerrinya saja yang doyan makan. Tapi tidak masalah lah. Yang penting, Cerri tidak marah lagi

"Btw, kemarin lo pulangnya gimana?" tanya Anggun penasaran

Cerri tersedak. Apa dia jujur saja kalo kemarin dia diantar Angka? Tapi kan, Anggun sedang masa pdkt. Kalo gantian Anggun yang marah gimana?

Cerri berdehem kecil menghilangkan kegugupannya "Gue pulang naik taksi" ucapnya mantap

Anggun dan Ayu cuma mengangguk, seolah tidak mempermasalahkan lagi. Cerri menghembuskan napas lega

Impossibility (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang