Cerri mendesah melihat hujan yang tidak mau berhenti. Bagaimana dia pulang jika sudah begini. Dia jadi menyesali tindakannya yang tidak menerima ajakan Anggun tadi.
Cerri berlari menuju halte depan dengan tas sebagai pelindungnya. Dia tersenyum mengingat memori yang melintas bersama Angka. Apakah cowo itu masih ingat kejadian itu?
Cerri terlonjak kaget melihat bajunya yang basaha akibat mobil kurang ajar. Mobil itu berhenti dia mendengus melihat pelaku sebenarnya.
"Ups, sorry gue sengaja" Intan tertawa melihat baju Cerri yang basah kuyup
"Sorry juga ya gue ngga bisa nawarin lo naik mobil gue. Lo kotor sih" ejeknya lagi
Cerri menatap tajam Intan. Dia bersiap melempar sepatu miliknya tapi keburu Intan pergi. Cihh, gaya aja selangit.
Cerri menunduk menepuk pelan seragamnya yang sudah kotor. Tunggu saja balasan darinya.
Tittt
Cerri mendongak mendapati Angka yang berhenti di depannya "Naik" perintahnya
Cerri mengangkat alisnya kemudian menggeleng "Ngga usah. Baju gue basah"
Angka melirik seragam Cerri. Dia melepas jaket yang dia pakai kemudian melemparnya kasar ke wajah Cerri.
"Pake"
Cerri menatap Angka tajam kemudian memakai jaket itu dan masuk ke mobil Angka. Cerri jadi berpikir, dia baru pertama kali melihat cowo itu memakai mobil.
"Ini mobil lo?" tanyanya setelah mobil melaju
"Bukan"
Cerri menatap bingung Angka "Lo nyolong?"
Angka melirik Cerri tajam "Oke oke, jadi ini mobil siapa?" tanyanya lagi
"Dirga"
Cerri mengangguk "Terus motor lo dimana?"
"Dan kenapa lo malah pake mobil?"
"Terus-"
"Berisik!" potong Angka
Cerri mendengus kemudian memilih diam. Angka tersenyum tipis melihat Cerri yang diam tapi bibirnya seperti menyumpahi dirinya.
"Gue nyalain radionya ya" ijinnya pada Angka
Angka hanya mengangguk kecil. Cerri menyalakan radio itu tanpa minat. Dia hanya tidak suka keheningan saja. Cerri mendengus tidak mendapati siaran yang bagus.
Dia beralih menatap samping. Cerri mengetuk pelan kaca mobil itu. Seharian ini hujan terus datang tanpa adanya istirahat. Cerri tersenyum melihat hujan yang bertambah deras.
Angka melirik ke samping. Dia tersenyum kecil melihat Cerri tersenyum "Kenapa gue jarang liat lo jalan sama Anggun?" Cerri beralih menatap Angka
Angka buru-buru menatap ke depan takut tertangkap basah menatap Cerri "Kenapa gue harus jalan sama dia?"
Cerri melongo "Heh, kalian kan pacaran, jadi harus sering jalan berdua"
Angka mengangkat alisnya. Siapa juga yang pacaran.
"Banyak-banyakkin jalan berdua biar hubungan kalian makin langgeng. Biar-"
"Gue ngga pacaran" potong Angka cepat
Cerri menabok lengan Angka "Lo ngga mau ngakuin status kalian?!" tanyanya marah
"Status apa? Gue pernah bilang suka aja ngga" sahut Angka santai
Cerri terdiam. Jadi waktu di mall "Bukannya waktu itu-"
"Lo hanya liat sebagian. Makanya kalo ada sesuatu itu liat sampe akhir" Angka menggetok pelan kepala Cerri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossibility (On Going)
Teen Fiction"Orang se-sempurna dirimu, tidak mungkin menyukai orang se-biasa diriku" -Cerri Almadyara- "Aku bukan orang sempurna. Kamu hanya melihat sebagian dari diriku, belum sepenuhnya" -Angka Gamalika- Jika kesempurnaan menjadi tolak ukur sebuah perasaan, l...