Kedua

69 11 0
                                    

Bel pulang berbunyi nyaring, menandakan waktu pembelajaran di sekolah telah selesai. Dan disinilah mereka, memulai misi "pdkt" antara Anggun dan Angka

"Nah itu Ka Angka" mendengar seruan dari Cerri, Lila dan Anggun kompak menoleh menatap sang objek. Dari sini, terlihat Angka dan kedua sahabatnya sedang berjalan menuju lapangan basket. "Jadi, apa yang mau lo lakuin?" tambahnya lagi

"Bukan gue yang mulai"

Lila menoleh cepat, begitupun Cerri. "Lah, katanya lo mau mulai misi lo sekarang. Terus yang dimaksud bukan gue yang mulai itu apa? Ngga mungkin kan ka Angka yang ngedeketin lo duluan" Lila mengangguk membenarkan ucapan Cerri

"Maksud lo gimana sih?" tambah Lila bingung

Anggun berdecak kesal "Dengerin" Cerri dan Lila mendekat setelah mendapat instruksi dari Anggun

"Hah?" itu seruan Cerri. Maksud Anggun apa coba? Masa dia yang harus kesana "Kok jadi gue sihh" ujarnya kesal. Gila aja dia disuruh begituan

Anggun menatap Cerri dengan tatapan memohon "Ayolah Cer, sekali doang ini"

Cerri menggeleng "Kenapa harus gue coba? Kenapa ngga lo? Yang mau pdkt kan lo, bukan gue" jawabnya bingung

"Gini" Anggun mengambil nafas sejenak "Lo kan tau gue orangnya ngga se-pemberani lo. Kalo gue kesana trus di tolak gimana? Kan malu"

"Trus lo mau numbalin gue gitu?" sahutnya kesal

Anggun meringis pelan seolah membenarkan ucapan Cerri

"Kenapa ngga Lila aja?" Tunjuknya pada Lila

"Lah kenapa jadi gue? Gue ngga mau yah disuruh begituan. Lo juga tau gue gimana Cer" Mereka kan tau, Lila itu orangnya tidak banyak tingkah. Beda dengan kedua sahabatnya itu. Jika disuruh begituan, bisa mati berdiri dia

Anggun menatap kedua sahabatnya dengan pandangan sedih. Lila menyenggol Cerri, meminta sahabatnya itu untuk menuruti keinginan Anggun

Cerri menghela nafas. Matanya menatap Angka yang mulai memasuki lapangan basket, "Oke" Seketika itu juga Anggun tersenyum lebar. Dia tahu sahabatnya ini memang paling tidak tegaan terhadap orang

"Yess" Cerri memutar bola matanya mendengar nada semangat Anggun. Lila merangkul bahu Cerri pertanda menyemangati

Anggun menatap ketiga cowok itu "Sekarang lo mintain nomer telfon ka Angka" Cerri melotot "Hah?" ucapnya cengo

Dia kira bukan seperti itu taktiknya, tapi ini? "Udah Cer nurut aja" Lila menahan tawa. Mampus dah Cerri

"Sekarang?" tenggorokannya seperti tercekat. Dia butuh minum. Tapi dalam kondisi seperti ini, mana mungkin dia pergi ke kantin untuk sekedar membeli air mineral. Tidak mungkin.

Anggun dan Lila mendorong Cerri. Cerri hanya pasrah diperlakukan seperti itu. Siapa yang mau pdkt, siapa juga yang harus berjuang

Cerri menoleh sekali lagi. Menatap kedua sahabatnya dengan tatapan memohon, dan yang dilakukan kedua sahabatnya malah tersenyum lebar menyemangati. Bangke emang

                           💥💥💥

"Ka Angka!" bukan hanya Angka yang menoleh, tapi semua anggota basket juga ikut menoleh. Dasar. Memangnya semua orang disini namanya Angka? Seolah buta dengan keadaan sekitar, Cerri kembali melangkah mendekati Angka dan kedua temannya

"Ada apa adek manis?" Herman menyahut terlebih dahulu. Jika menunggu Angka menyahut, bisa-bisa sampe lebaran gajah juga ngga akan menyahut. Cerri tidak menghiraukan godaan Herman

Cerri menyodorkan ponselnya ke Angka "Minta nomer ponsel lo" Angka memandang gadis itu dalam diam. Tatapan matanya masih tajam, seolah ingin menguliti Cerri. Tapi, itu tidak membuat Cerri gentar

Impossibility (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang