Kelima

28 6 0
                                    

Cerri berdecak pelan melihat pelaku yang menghadang langkahnya

"Kenapa?" tanyanya jutek

Intan tersenyum sinis mendapati juniornya yang cukup pemberani, "Gue mau lo sama temen lo itu, jauhin Angka" perintahnya mutlak

Cerri bersidekap dada. Matanya menatap tajam senior yang suka berbuat semena-mena pada setiap juniornya

"Kalo gue ngga mau?" tanyanya sinis

Intan maju selangkah mencoba mengintimidasi Cerri, "Lo akan tau akibatnya" matanya menyorot Cerri dengan pandangan tajam

Cerri tersenyum sinis, "Dan perlu lo ketahui kalo gue?" tunjuknya pada dirinya sendiri "Ngga takut sama lo" lanjutnya

Cerri menyenggol lengan Intan kasar setelah kemudian meninggalkan Intan yang sudah merah padam

"Tunggu permainan dari gue adik manis" batinnya licik

Cerri menghembuskan napas lega. Siapa juga yang mendekati Angka? Hell, Intan itu salah satu fans fanatik Angka. Konon katanya, dia sudah mengejar-ngejar Angka dari jaman smp. Tapi tidak pernah dapat. Jangankan dapat, dilirik saja tidak. Cerri tidak pernah berhubungan dengan senior yang terkenal sadis itu. Tapi beberapa waktu ini, Intan sering sekali mengancamnya. Salah satunya seperti tadi

"Cerr"

Cerri menoleh menatap Daffa "Kenapa?" tanyanya heran. Tumben saja Daffa menyapanya. Daffa ini juga salah satu dari sekian banyak cogan di Bina Bangsa

"Fisika kita kan satu kelompok. Jadi, nanti pulsek kita cari bahannya" jelasnya

Cerri ingat. Tugas biologinya memang satu kelompok dengan Daffa. Tapi, bukankah jadwal pengumpulannya minggu depan

"Lebih cepet selesai lebih baik. Gue ngga mau tugasnya numpuk" tambahnya. Seolah tau apa yang Cerri pikirkan

Cerri mengangguk. Benar juga sihh. Apalagi Daffa ini termasuk murid yang rajin, "Oke. Tapi gue nebeng ya" ucapnya menyengir. Daffa mendengus kemudian mengangguk

Anggun menghampiri Cerri yang sedang sibuk dengan ponselnya "Cer, Gimana kalo pulsek kita nongkrong"

Cerri menggeleng "Ngga bisa. Gue mau cari bahan buat tugas biologi sama si Dappa" jelasnya

"Bukannya itu masih minggu depan yah?" tanyanya heran

Cerri mengangguk kemudian melirik Daffa yang sedang bermain gitar "Lo kan tau sendiri, Dappa orangnya gimana" Anggun ikut menatap Daffa. Daffa itu anaknya rajin. Jadi, pantas saja mengerjakan tugas urutan pertama

"Gimana kalo weekend aja?" tawar Cerri

"Oke. Jangan lupa kasih tau Lila" Cerri mengangguk kembali menyibukkan dirinya dengan ponsel

                                 💥💥💥

'Ya ampun Angka tambah keren kalo lagi main basket'

'Jodoh gue tuh'

'Ya tuhan masa depanku'

'Kapan ka Angka ngelirik gue'

Angka tidak menghiraukan pekikan histeris perempuan yang kurang kerjaan seperti mereka. Dia mendrible bola dan memasukkannya kedalam ring basket

"Kaa!" teriak Yudha dari pinggir lapangan

Angka menghentikan permainannya "Kenapa?" tanyanya seraya menghampiri Yudha

"Lo di panggil pak Wahyu" Angka mengangguk kemudian memberikan bola itu pada Yudha. Yudha mendengus pelan. Dasar bangke, untung temen.

Impossibility (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang